Ayesha hidup bagai di neraka karena tinggal bersama mertua dan kakak ipar yang slalu semena mena terhadapnya.
Bukan hanya itu saja, kekesalan Ayesha pun memuncak saat Rama memilih akan menikah lagi dan di dukung oleh keluarganya .
"Jika bercerai dari Rama, siapa yang mau menikahi janda miskin sepertimu!" -Ratna (Ibu Mertua)-
"Aku akan berlaku adil, Yesha." -Rama-
Ayesha memilih bercerai dari Rama dan memulai kehidupan baru, tidak ia sangka takdir membawanya bertemu kembali dengan mantan kekasihnya semasa sekolah dulu.
"Menikahlah denganku, Ay." -Kevin King Wiguna-
"Aku seorang janda, tidak pantas untukmu." -Ayesha-
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shann29, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 27
Rama membawa Tiara memeriksakan kandungannya, beruntung nasib Tiara tidak seperti Ayesha yang kehilangan janinnya.
"Mas, aku gak mau pulang ke rumah Ibumu. Aku ingin ngontrak saja atau ceraikan aku, aku akan menyusul kakakku di luar pulau dan membawa anakku." Kata Tiara dengan aktingnya. "Aku trauma, Mas. Aku takut hal yang terjadi pada Ayesha terjadi juga padaku."
Rama tampak diam dan berpikir, ia juga tidak ingin kejadian hal yang sama menimpa Tiara seperti Ayesha.
"Baiklah, kita pindah ke apartemenmu dulu, bukankah sewanya masih satu bulan lagi?" Tanya Rama.
Tiara mengangguk setuju.
Rama mengantar Tiara hingga ke apartemen dan kembali ke rumah untuk mengambil barang barangnya.
Rama masuk ke dalam rumah dan membuka pintu dengan kasar. Ratna yang sedang curhat dengan Mira pun terkejut melihat Rama datang dengan wajah tak bersahabat.
"Ram.." Panggil Ratna.
Rama tidak menjawab dan segera masuk ke kamar untuk mengemasi barang barangnya dan juga barang milik Tiara.
"Ram, mau kemana?" Tanya Ratna.
"Rama mau pindah, Bu."
"Pindah? Pasti wanita ular itu yang sudah meracuni pikiranmu." Kata Ratna tak terima.
"Rama gak mau kehilangan anak Rama lagi, Bu. Cukup Ayesha yang menderita di rumah ini karna ulah Ibu dan Mbak Mira."
"Ram kalau kamu pindah, Ibu bagaimana?"
"Kan ada Mbak Mira. Biar Mbak mira belajar tanggung jawab membiayai rumah ini, Aku sudah tidak mau tau lagi, kalian terlalu banyak mencampuri urusanku."
"Ibu tidak mengijinkanmu untuk keluar dari rumah ini." Tegas Ratna.
"Aku tidak perduli." Sentak Rama. "Aku sudah muak dengan sifat otoriter Ibu."
Rama menggaret dua koper, satu koper miliknya dan satunya koper milik Tiara.
"Harusnya aku melakukan hal ini dari dulu, dari saat aku menikah dengan Ayesha." Kata Rama kemudian pergi begitu saja.
"Mir, gimana ini?" Tanya Ratna saat mobil Rama sudah pergi meninggalkan rumah itu.
"Mira gak tau, Bu. Sepertinya Mira juga akan mengungsi ke rumah mertua Mira." Jawab Mira.
Ratna mendelik, "Apa apaan kamu, Mir? Kamu mau ninggalin Ibu?"
"Mira gak sanggup Bu kalau harus bayar listrik, air dan biaya lainnya untuk rumah ini. Lagi pula Mira perempuan, wajib ikut dengan suami Mira."
"Lalu Ibu bagaimana?" Tanya Ratna.
"Ya ibu pikir aja sendiri." Mira segera ke kamarnya dan membereskan barang barangnya. Saat suaminya pulang nanti, ia akan langsung pindah ke rumah mertuanya untuk sementara waktu. Mira terlalu pelit untuk mengeluarkan uang, ia lebih senang hidup menumpang dari pada harus keluar uang untuk biaya ngontrak rumah.
Ratna hanya bisa mendengus kesal akan kelakuan Mira dan Rama, keduanya begitu sulit di kendalikan membuat Ratna menjadi geram sendiri.
Hari berlalu, Rama di sibukan dengan pekerjaannya. Entah mengapa akhir akhir ini pekerjaan Rama semakin berat. Belum sempat mengejar kekurangan targetnya, pekerjaan Rama malah bertambah membuat Rama sibuk sekali di kantor dan pulang slalu larut malam.
Tentu saja hal itu menarik perhatian Tiara dan membuat Tiara dilanda cemburu.
"Kamu dari mana sih, Ram?" Tanya Tiara menghakimi.
Rama hanya menghela nafas, Tiara sangat berbeda dengan Ayesha, jika dulu Rama pulang larut malam, Ayesha tetap melayaninya, menyiapkan air hangat, pakaian ganti bahkan masih menawari makan malam, dan jika Rama belum makan, Ayesha akan menghangatkan makanan untuk Rama. Tapi kini semua seolah terbalik, tidak ada penyambutan yang menenangkan, yang ada omelan dari Tiara yang terus mencurigainya. Tidak ada lagi air hangat yang sudah disiapkan, dan tidak ada lagi pakaian ganti juga makanan yang di siapkan oleh istrinya yang ke dua yaitu Tiara.
"Aku tanya kamu dari mana, Ram. Kenapa slalu pulang larut malam?"
"Aku kerja, Ra. Kerjaan ku lagi banyak, target aku bertambah." Jawab Rama.
"Halah alasan, pasti kamu mengantar dulu salah satu karyawan wanita, kan?" Selidik Tiara.
"Diam, Ra!! Aku lelah habis bekerja. Kamu tuh kerjaannya curigaan terus sih."
"Iyalah, wajar jika aku curiga, karena kamu dulu menikah denganku karena hasil perselingkuhan. Mana tau kamu juga begitu sekarang."
Rama mengusap wajahnya kasar, "Kamu mendapatkanku juga hasil merebut, wajar saja jika kamu juga berpikir begitu." Kata Rama lalu masuk ke dalam kamar mandi dan membanting pintu dengan keras hingga membuat Tiara terkesiap.
**
Ratna tengah berjalan menuju warung nasi terdekat rumahnya, ia malas masak dan berpikir untuk membeli nasi dan lauk matang siap makan saja. Di warung nasi, Ratna mendengar percakapan tiga orang yang menarik perhatiannya.
"Wahh keuntungannya besar ya?"
"Iya, dalam tiga bulan, masukin uang 100 juta, dan keuntungan setiap bulannya nanti 20 juta perbulan."
"Ya, aku juga menggadaikan sertifikat rumah, nanti juga bisa ku tebus lagi, setelah itu aku tinggal menikmati deposito setiap bulannya sebanyak 20 juta, gak perlu capek capek kerja lagi."
"Betul itu, cuma dengan masukin uang 100 juta, setiap bulan bisa dapat keuntungan 20 juta."
Percakapan ke tiga orang itu terus saja berputar putar di telinga Ratna. Satu orang berdiri dan memberikan brosur selebaran pada Ratna.
"Bu barangkali berminat." Seloroh orang itu.
Ratna mengambilnya dan segera membacanya. "Seratus juta di awal ya?" Tanya Ratna.
"Iya, Bu. Nih salah satu nasabah saya yang sudah berhasil." Kata Orang itu sambil menepuk pundak temannya.
"Boleh pikir pikir dulu?" Tanya Ratna.
"Silahkan, Bu. Rembukan saja sama keluarga dulu." Kata orang itu.
Ratna mengangguk, kemudian ia bertukar nomer ponsel dengan orang itu, setelah itu Ratna pulang dengan nasi bungkus di tangannya.
Ternyata ketiga orang itu adalah kaki tangan Egi. Salah satu dari mereka menelpon Egi.
"Target sudah mulai mendekati perangkap."
"Lanjutkan." Jawab Egi memberi perintah.
Sementara itu, Kevin tengah pulang ke Apartementnya, ia merasakan apartemennya sepi dan sunyi kembali. Ia melihat ke setiap sudut apartemennya dan seperti melihat ada sosok Ayesha tengah berada di sana. Kevin mengambil air minum ke dapur dan lagi lagi melihat bayang bayang Ayesha yang sedang memasak untuknya.
"Ahh Ayesha, kenapa aku slalu mengingatmu?" Tanya Kevin dalam hatinya.
Kevin ke dalam kamar Ayesha, ia mengedarkan pandangannya dan melihat masih ada beberapa barang yang Ayesha tinggalkan. "Apa aku sudah tertarik padamu? Atau sedari dulu aku memang sudah tertarik padamu?" Gumam Kevin.
Wangi parfum yang biasa Ayesha pakaipun masih tercium oleh Kevin dan seketika membuat hasrat Kevin naik.
"Akhh shiitt, kenapa aku mudah sekali terpancing oleh wanginya." Umpat Kevin.
Namun berbeda dengan Ayesha, Ayesha tengah menerima laporan dari Egi yang melaporkan sejauh mana dirinya sudah bertindak.
"Aku juga ingin keluarga Mbak Mira hancur, bongkar sikap suaminya yang suka bermain wanita, dan aku juga ingin Mas Rama hancur dalam karirnya." Kata Ayesha dengan nada dingin.
Tidak ada lagi Ayesha yang lembut dan mudah di tindas, kini Ayesha seakan berubah menjadi wanita penuh dendam dan amarah.
Ayesha memegang perutnya seolah olah masih ada bayinya di dalam perutnya, "Mereka harus membayar semuanya."
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Like, Koment, hadiah dan Vote sangat berarti untuk menaikan semangatku dalam menulis bab selanjutnya 🙏