Afika Lestari, gadis cantik yang tiba-tiba di nikahi oleh pria yang sama sekali tidak di kenal oleh dirinya..
Menjalani pernikahan dengan pria yang ia tidak kenal yang memiliki sifat yang kejam dan juga dingin, membuat hari-hari Afika menjadi hancur.
Mampukah Afika bertahan dengan pernikahan ini?
Atau mampuka Afika membuat pria yang memiliki sifat dingin dan kejam menjadi baik, dan mencintai dirinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon momian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MKD 13
"Jangan pergi." Kata Adrian dengan mata yang masih terpejam. Afika yang penasaran kini mendekat ke arah Adrian, Afika menatap Adrian yang saat ini terbaring dengan air mata yang menetes di sudut matanya.
"Jangan pergi." Ulang Adrian sambil meraih tangan Afika dan menggenggamnya dengan erat. "Aku mencintaimu. Jika kau katakan akan kembali, maka aku akan menerimamu kembali." Gumam Adrian, membuat Afika masih bertanya-tanya, apa yang membuat seorang Adrian yang terkenal dingin dan kejam bisa membuat air matanya menetes dalam keadaan tidur. Mungkinkah seorang Adrian Manganta sedang mengalami patah hati sehingga membawanya hingga ke dunia tanpa sadar.
Perlahan Afika melepaskan genggaman tangan Adrian, namun saat akan terlepas tiba-tiba Adrian menarik tubuh Afika dan membawa Afika ke dalam pelukannya.
"Lepaskan!" Teriak Afika sambil memukul tubuh Adrian.
Adrian yang awalnya masih memejamkan mata, kini perlahan membuka matanya. Samar-samar Adrian melihat wajah Inggrid yang begitu cantik berada di hadapannya, sehingga membuat Adrian tersenyum. Dan untuk pertama kalinya Afika melihat senyum indah di wajah Adrian. Senyum yang belum pernah sama sekali di lihat oleh Afika.
"Lepaskan aku Adrian." Teriak Afika sambil terus memberontak.
"Jangan pergi, jangan tinggalkan aku Inggrid. Aku mencintaimu, apa pun aku lakukan asal kau kembali padaku. Tolong, kembalilah." Ucap Adrian sambil memeluk erat tubuh Afika. Afika yang awalnya terus memberontak kini perlahan tenangannya berkurang. Semakin ia mencoba melepaskan diri maka semakin erat pula Adrian memeluk tubunya.
"Baiklah, untuk saat ini saja." Batin Afika sambil berpasrah diri agar Adrian bisa kembali tertidur dan melepaskan pelukannya.
•••
Dokter yang telah tiba, langsung berjalan bersama Nadi hendak masuk ke dalam kamar Adrian, tapi di cegah oleh Baby.
"Maaf dok, tapi kak Adrian sudah membaik. Maaf karena membuat dokter harus datang sejauh ini." Kata Baby.
"Tidak apa. Jika ada masalah, jangan sungkan hubungi aku saja."
Setelah Nadi dan dokter pergi, Baby kembali membuka pintu kamar secara perlahan. Baby dapat melihat dengan jelas saat ini Adrian tengah tidur dengan posisi Afika yang menjadi bantal gulingnya.
"Baiklah aku akan menunggumu." Gumam Baby sambil perlahan kembali menutup pintu.
•••••
Farah menceritakan kepada Siti tentang dirinya yang kemarin sempat mendatangan Rangga.
"Di mana Afika sekarang?" Tanta Siti
"Rangga tidak tahu bu. Ia sama sekali tidak mengatakan dimana Afika berada." Mendengar jawaban Farah, membuat Siti terduduk lemas. Sudah hampir seminggu lamanya, tapi belum ada kabar sama sekali tentang di mana Afika berada. Perasaan khawatir menyelimuti Siti. Ia takut sesuatu hal yang buruk menimpah Afika, karena mengingat hingga sampai saat ini belum ada kabar sama sekali tentang Afika.
"Afika di mana kamu nak. Setidaknya beri kabar pada ibu, jika kau baik-baik saja." Lirih Siti.
Farah memeluk tubuh Siti sambil mengusap pundak belakang memberi kekuatan agar bu Siti tegar mengahadapi ujian yang sedang terjadi.
Beberapa saat kemudian Sulis kembali datang menemui Siti dan bertanya apakah sudah ada kabar di mana Afika berada. Namun, kedatangan Sulis justru membuat Farah marah dan mengusir Sulis agar pergi dari panti. Farah marah, karena Sulis tidak berperan baik dalam hal mencengah Rangga membawanya keluar negeri. Andai saja hari itu Sulis member kabar jika mereka pergi, mungkin saja pernikahan Afika tidak akan pernah terjadi, dan mungkin saat ini Afika masih bisa berada di panti asuhan.
"Maaf, aku akui itu salahku." Kata Sulis mencoba menenangkan Farah yang marahnya sudah tidak terkendali.
"Jika maaf anda tidak bisa mengembalikan Afika, maka jangan pernah meminta maaf. Tolong, jangan pernah datang ke sini lagi. Dan katakan pada putra anda, suatu saat dia pasti akan menyesal telah membuang Afika." Kata Farah dengan suara yang mulai emosi. Sahabat mana yang tidak emosi melihat tingkah Sulis yang masih terlihat baik-baik saja, padahal andai saat itu Sulis bertindak pasti semua ini tidak akan terjadi.
"Nak, sudah. Kasihan banyak anak-anak yang melihat." Ucap Siti. Farah menatap kebelakang, banyak anak panti yang sedang mengintip pertengkarannya dengan Sulis, ibunda Rangga.
"Lebih baik ibu pergi, dan bujuk anak ibu untuk bilang dimana keberadaan Afika." Kata Farah lalu pergi dari sana.
••••
Saat Adrian tertidur dengan sangat pulasnya, dengan perlahan Afika melepas pelukan dari Adrian. Afika merasa beruntung karan kali ini tangan Adrian sudah bisa terlepas dari tubuhnya. Perlahan Afika turun dari tempat tidur. Dan menatap wajah Adrian. "Kasihan sekali kamu. Kau pasti sangat kesepian." Gumam Afika lalu berjalan keluar dari dalam kamar. Saat Afika berada di depan pintu tiba-tiba tangannya di tarik oleh Baby.
"Ikut aku." Kata Baby sambil terus berjalan membawa Afika menuju taman belakang, tepat di samping kolam.
Pikiran Afika kembali terputar pada hari itu. Pada saat dirinya terjatuh ke dalam kolam dan seorang pria datang memberikan pertolongan padanya.
"Hey, kenapa kau hanya diam. Apa kau tidak dengar apa yang aku katakan?" Afika tersadar saat mendengar Baby teriak di dapannya.
"Kau bilang apa?"
"What? Jadi tadi kamu tidak dengar aku berbicara apa?" Afika menganggukkan kepalanya, karena memang dirinya sama sekali tidak mendengar ocehan dari Baby. Afika hanya sibuk memikirkan pria yang menolongnya pada saat itu.
"Dampingi kak Adrian. Kau harus selalu berada di sampingnya." Kata Baby meringkas permintaanya.
"Apa aku tidak salah dengar?"
"Hey, kau!"
Afika menyentak tangan Baby hingga membuat genggaman tangan Baby terlepas. Afika langsung berjalan meninggalkan Baby.
"Aku minta kau ada di samping kak Adrian. Dia baru saja di tinggalkan oleh kekasihnya. Dan aku ingin kau ada di sampingnya membersihkan dirinya saat dia mabuk." Teriak Baby, membuat Afika menghentikan langkahnya. Kini Afika sudah dapat memestikan jika Adrian memang sedang menangis karena patah hati. Dan kini sebuah ide pun terbesit di pikiran Afika. Dengan cepat Afika memutar tubunya dan berjalan medekati Baby.
"Apa balasan jika aku selalu menjaga kakakmu itu."
"Sial" Rutuk Baby dalam hati. Bisa-bisanya gadis yang ada di hadapannya ini meminta balasan untuk apa yang Baby inginkan. Baby terus terdiam tidak menjawab pertanyaan Afika.
"Baiklah jika tidak ada. Maka aku tidak akan mengurusnya." Kata Afika lalu menolehkan tubuhnya, baru saja Afika sekali melangkah, tiba-tiba tangannya di pengang oleh Baby.
"Apa yang kau inginkan.?" Afika tersenyum dalam hati mendengar jawaban dari Baby. Kini Baby bisa masuk ke dalam perngkap Afika membuat Afika bahagia, setidaknya sudah ada harapan untuk dirinya bisa pergi dari kehidupan yang suram ini.
"Aku akan menjaganya dengan baik tapi dengan satu syarat. Kau harus membawaku pergi ke panti, bertemu dengan keluargaku di sana."
"Tidak!" Tolak Baby dengan cepat. Baby tidak ingin jika Afika lolos dengan sangat mudanya. Baby tidak ingin Afika keluar dari penjara yang ia buat. Karena Baby takut jika Rangga kembali menikahi Afika.