Naas, kemarin Ceren memaksa hatinya untuk menerima Gilang, si teman sekolah yang jelas-jelas tidak termasuk ke dalam kriteria teman idaman, karena ternyata ia adalah anak dari seorang yang berpengaruh membolak-balikan nasib ekonomi ayah Ceren.
Namun baru saja ia menerima dengan hati ikhlas, takdir seperti sedang mempermainkan hatinya dengan membuat Ceren harus naik ranjang dengan kakak iparnya yang memiliki status duda anak satu sekaligus kepala sekolah di tempatnya menimba ilmu, pak Hilman Prambodo.
"Welcome to the world mrs. Bodo..." lirihnya.
Follow Ig ~> Thatha Chilli
.
.
.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sinta amalia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MDND ~ Bab 21
Hembusan angin membawa sebagian jiwanya pergi.
Tangisan ibu meraung-raung mencoba membangunkan Gilang namun sosok menyenangkan itu tak pernah menyahut sopan lagi, seperti biasanya. Sementara ia, mematung seperti sosok bayangan Gilang yang telah pergi meninggalkannya dengan mata yang telah mengabur. Ditatapnya seragam SMA yang baru ia bubuhkan parfum favorit Gilang dengan niat agar Gilang suka.
Bahkan suara tangisan Kai yang diredam dan kemudian dibawa Hilman keluar terasa seperti gema tak berkesudahan diantara rasa pilu memanggil namanya.
Air matanya meluruh seperti air bah, turun tanpa bisa ia seka membuat pipinya banjir.
Sayangggg, inikah akhir kisah kita?
Cerenia Aqila Yumna, aku suka kamu....
Will you marry me?
Kamu anak soleha, gadis baik-baik....
"Gilang," lirihnya memanggil sosok yang tak lagi dapat mendengarnya.
Bau melati dan pandan bercampur sedap malam mengiringi kesedihannya melepas Gilang dalam dekapan ridho illahi. Mereka penuh berlalu lalang di sekitar Ceren, putih berubah menjadi sekelebat hitam pekat di matanya sekarang. Cahaya yang semula hangat mendadak dingin mendekapnya. Sebesar itu pengaruh Gilang.
Bapak ikut mengurusi kepergian Gilang itu, dan keluarga begitu sibuk termasuk ibu yang berlarut dalam kehilangan.
*Kamu curang, Lang*. *Kamu tinggalin aku ketika aku sudah mulai merasakan apa yang kamu berikan, cinta*..... Ceren menatap wajah yang telah sepenuhnya pucat terbungkus kain jarik dan mengecup dahi yang telah mendingin itu penuh sayang, sebagai pengantar Gilang ke alam sebrang.
*Kamu ngga akan kesepian, Lang. Rasa sayangku mengantar kepergianmu*....
Jojo dan kawan-kawan sekolah Gilang yang banyaknya bukan main berbondong-bondong melayat dan menangisi kepergian sosok humble itu.
"Sabar ya Ren..." Fira merangkul bahunya yang terasa...entahlah...Ceren sendiri tak dapat menjabarkan perasaannya kini.
*Wurrr*.....
Tanah merah mulai menutup raga Gilang di pemakaman elite yang telah dipersiapkan sebelumnya bersama kenangan yang akan selalu tersimpan di memory orang sekitarnya.
Tangisan ibu semakin menjadi, sementara ia sendiri masih merasa syok, tak percaya jika sang cinta telah pergi, baru semalam Gilang dan ia menguntai rencana indah tuk hari ini dan seterusnya. Namun sekejap Gilang membiarkannya kehilangan arah untuk beberapa waktu dan meninggalkan dirinya bersama rangkaian rencana yang terbengkalai pada akhirnya.
Bapak memeluknya, baru kemarin juga ia menyampaikan jika hatinya memiliki pemilik, lantas hari ini si pemilik hati pergi untuk selamanya.
*Selamat jalan, cinta....sampai jumpa di haribaan sang pencipta...sleep well*....
~ Cerenia ~
"Mas," diantara orang rumah, mungkin saat ini Hilman yang terlihat mengosongkan jadwalnya bertegur sapa dengan para pelayat dan sanak saudara.
Pria itu duduk di ayunan, tempat biasa Gilang duduk, Gilang's favorite place.
Sempat Ceren terperanjat kaget, merasa jika Gilang masih disana, namun ia segera menyadarkan diri kalau Gilang tidak merokok, dan jelas itu bukan Gilang.
Pria itu menoleh malas, seperti biasa. Wajahnya jelas kusut, meskipun tak sekacau dirinya dan ibu.
"Kaisar dimana?" tanya Ceren basa-basi.
"Saya ungsikan ke rumah ibunya barang sehari dua hari. Kondisi rumah masih ramai, dan kami masih harus menata hati...biar ibunya mengajak kemanapun dia suka, setidaknya mengusir rasa kehilangan atas Gilang."
Ceren beroh singkat tanpa suara, "Ceren ijin menata hati juga di rumah bapak. Belum sanggup kalo mesti disini terus..." akuinya. Hilman menatapnya singkat, "sebaiknya jangan dulu. Masih banyak keluarga dari Solo dan riskan omongan jelek kalo kamu main pergi saja." Ia menyesap helaan terakhir dari batang tembakau miliknya lalu menggerus itu di dalam asbak kayu.
"Minimal seminggu, setelah 7 hari Gilang berpulang kamu boleh ke rumah bapakmu. 40 hari nanti....ibu dan bapak pasti memanggilmu lagi."
Ceren mengangguk paham.
Dan seminggu Ceren lewati dengan tidak mudah, bayang-bayang Gilang selalu membekas di benaknya. Kedekatan mereka yang singkat jelas telah meraih separuh hati Ceren, ditambah...tak ada barang milik Gilang yang bergeser sedikitpun membuat sosok Gilang tetap terlihat di rumah itu.
Ceren menggusur tas ransel yang berisi baju-bajunya. Pagi ini keberangkatannya ke sekolah akan menjadi pamitannya yang terakhir juga dari rumah ini.
Ibu menaruh garpu dan sendoknya, "loh nduk, mau kemana bawa tas besar begitu?"
Seharusnya ibu tak mesti bertanya kemana Ceren akan membawa tasnya.
"Ceren mau pulang ke rumah bapak, bu."
Bapak berdehem melirik ibu dan menggerakan alisnya sebagi kode.
"Nduk, apa nanti kita bisa bicara sebentar jika kamu ada waktu?" wanita ini menyilahkan Ceren melanjutkan kegiatannya membalikan piring.
"Boleh bu. Setelah pulang sekolah?"
"Di ruangan Hilman saja bagaimana, jadi tidak harus pergi atau janjian kemanapun?"
Alisnya memang cukup dibuat mengkerut namun tak sampai bertanya mencerca takut salah berucap, "nggih bu."
Menjadi nyonya Gilang tak lantas membuatnya *unggah adat*, Ceren tetap berangkat sekolah menggunakan angkutan umum atau ojek online.
Hilman yang langsung berangkat dari rumahnya melihat kedatangan Ceren yang baru saja turun dari angkutan umum.
Sejenak lirikan matanya mendarat sekilas pada Ceren yang baru saja ia lewati. Bahkan gadis itu sudah kembali dapat tersenyum dan tertawa kecil bersama Fira.
Hilman mengangguk saat satpam menghormat padanya.
"Pagi pak."
Hilman menerima jabatan tangan dari para guru disana saat kakinya menginjak lobby kantor sekolah. Kakinya melangkah berbeda arah dari Ceren, namun meskipun begitu langkah dan gerak-gerik muridnya itu masih dapat terlihat dari ujung mata.
Syukurlah...kehilangan Gilang tak lantas membuat gadis itu terpuruk. Ia tetap melanjutkan hidupnya walaupun pada awalnya Ceren terlihat begitu jatuh.
Ia salah menilai Ceren, awalnya ia sangat tak suka pada gadis yang dinikahi almarhum adiknya itu, mengingat alasan keduanya menikah cepat adalah karena kondisi Gilang, dan Ceren memanfaatkan itu demi kepentingan pribadi. Ia ingat pesan terakhir Gilang padanya.
*Titip Ceren, mas. Aku tau bapak akan menarik seluruh warisanku atas Ceren. Tolong perjuangkan haknya dan rasa tanggung jawabku atas hidupnya*.
Argghhh! Kenapa harus dirinya lagi yang terbebani! Pikirannya terusik. Bahkan acara seminar mendatang harus terdistrack oleh masalah pelik ini.
*Nikahi adik iparmu, Man. Agar warisan Gilang tak jatuh jauh dari keluarga kita. Susah payah bapak rintis usaha keluarga hingga di titik ini. Jika harus terpisah jauh dan dimiliki orang, bapak sungguh tak ikhlas...setidaknya jika Ceren tetap berada di nama keluarga kita, saham tetap menjadi milik keluarga Prambodo*.
Sapaan miss Yunita tak membuatnya membalas sapaan guru muda nan cantik itu.
"Pak, bapak sehat?" suara lembut mendayu yang membuat para guru lelaki selalu menggodanya nakal demi keusilan semata walau tak sedikit guru pria yang masih jomblo seperti dirinya menjadikan misa Yunita calon istri idaman.
"Alhamdulillah. Saya masuk ke ruangan dulu...." pamit Hilman menyudahi lamunannya di luar yang menyebabkan dirinya tak dapat merespon manusia lain selain pikirannya sendiri.
.
.
"Ren, sedih ih...." sesal Fira tak dapat mengembalikan Gilang lagi.
Ceren tersenyum, "iya...umurku emang masih 18 tahun Ra, tapi status ku janda...miris ya?" cibirnya terkekeh sumbang.
"Sabar ceu," ia merangkul pundak temannya itu mencoba memberikan kekuatan tambahan.
.
.
.
.
.
happy ending buat pasangan mas bodo dan cerenia, happy selalu bersama keluarga...makasih mbk sin, udah bikin novel yg greget kayak maa bodo
next, going to the next novel, gio adik bontotnya mas tama ya
kopi sudah otewe ya..