Pada jaman kuno ada makhluk yang sangat taat kepada sang penguasa langit. Orang yang di angkat ke langit dan tinggal di bersama Sang Dewa. Ketaatannya sangat dalam hingga merasuk kedalam jiwa, hingga sebuah Dom tercipta yang menjadi sumber kekuatan jiwa baginya. Dengan adanya kekuatan Dom di dalam dirinya, Makhluk itu pun merasa setara dengan makhluk langit lainnya dan mulai melawan kekuasaan langit. Sang Dewa pun marah dan mengusir makhluk itu dari surga ke sebuah Dunia bernama Gaia. Sebuah dunia yang tidak memiliki sihir, hanya ada kekuatan jiwa (Dom) yang di berikan oleh Sang Dewa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Adam Erlangga, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
13 - Arwah Gentayangan
Diatas bukit.
Terlihat, Dion masih pingsan selama dua hari diatas sana. Dan terdengar suara yang sangat samar sedang ia dengarkan dari alam bawah sadar Dion.
"Aku ciptakan kekuatan yang dahsyat untukmu manusia. Sebuah kekuatan yang mampu melawan Iblis suatu hari nanti."
"Separuh serpihan cahaya yang aku tinggalkan, sudah memilih Tuannya, seseorang yang berjuang antara hidup dan mati. Aku wariskan kekuatan dari serpihan tubuh kami, sebuah Dom Heavenly kepadamu."
Kata-kata itu terus terngiang-ngiang di telinga Dion. Bahkan kata-kata itu terus di ulang-ulang.
"Heavenly.? Dom Heavenly.? Apa, kenapa.?"
"Dion, bangun. Bangunlah Dion. Masih banyak yang harus kau lakukan." suara Guru Sima yang terdengar
"Bangunlah nak, bangunlah."
Dengan sontak, Dion pun membuka matanya "Ha". Ia pun melihat langit yang cerah dari atas bukit.
"A, apa aku masih hidup.?" sahut Dion sambil mengangkat tangannya.
"Tentu saja kau masih hidup nak."
"Ha.? Siapa disana ?" sahut Dion dengan sangat terkejut mendengar suara orang lain.
"Bangunlah, dan lihatlah kemari."
"Siapa.?" Dion pun berusaha bangkit dan ia pun melihat Siluet seperti Arwah berwarna putih yang ada di depannya.
"Guru ?" sahut Dion.
"Hmm. Sampai kapan kau akan tertidur seperti itu.?"
"Apa yang terjadi padamu Guru.? Kenapa tubuhnya berwarna putih, bahkan kau terlihat tembus pandang." kata Dion yang berusaha duduk.
"Nanti saja ceritanya. Untuk sekarang, berdirilah, dan keluar dari lubang itu. Kau butuh asupan makanan sekarang."
Dion pun berusaha berdiri. "Ini masih sakit Guru, sakit sekali."
"Jangan cengeng. Seharusnya lukamu sudah sembuh total, dan kau hanya tidak mempunyai energi saja. Cepat keluar dari situ dan carilah makanan."
"Baik"
Dion pun mencoba sekuat tenaga untuk keluar dari lubang itu, sampai akhirnya dia berhasil keatas.
"Huh huh, bahkan hanya naik ke atas sini saja aku sangat lelah."
"Berhenti mengeluh, dan ikuti aku."
"Em ? Kemana guru.?" tanya Dion.
"Sudah ikuti saja aku. Dan ambil tongkat itu untuk membantumu berjalan."
"Baik Guru."
...
Beberapa saat kemudian, Dion pun di bawah oleh Sima kesebuah kebun buah milik warga desa Majaren.
"Kebun buah. tempat ini masih utuh." kata Dion sambil berjalan mengunakan tongkatnya.
"Pasukan kekaisaran tidak akan sempat berkeliling di semua wilayah desa. Dan tempat ini bisa kau jadikan sebagai pemasok bahan makanan. sebaiknya kau memakan beberapa buah disini." kata Sima.
"Ah, baik guru."
Dion pun memetik beberapa buah apel disana dan memakannya. "Uh, Uhuk uhuk."
"Kau sudah lima hari tidak makan dan 3 hari tidak minum. Pelan-pelan saja, dan ambil botol itu, di dalamnya ada sedikit air."
Dion pun langsung mengambil botol itu dan meminum airnya.
"Haaaaah. Akhirnya aku bisa minum dengan puas." sahut Dion sambil memakan apelnya lagi.
Dan Sima hanya melihat Dion dengan penuh kesedihan.
Lalu, beberapa saat kemudian. Dion pun sudah tidak kuat memakan makanan lagi dan berbaring di bawah pohon.
"Jadi, apa yang sudah terjadi padamu guru ?" tanya Dion.
"Hm, Dion, keadaan Clan Siga sekarang sudah terhapuskan oleh kekaisaran. Dan keadaan di desa Majaren masih di penuhi bau busuk dari sisa mayat yang masih ada disana."
"Em.?" Dion pun masih kebingungan dengan perkataan gurunya itu.
"Hah. Dion sebenarnya aku sudah meninggal."
"He.?" Dion pun sangat terkejut mendengarnya
"Aku berhasil membunuh semua pasukan dari Clan Shinbi, bahkan ketua mereka pun sudah meninggal saat itu. Aku menggunakan teknik terlarang dari Clan Siga dengan bayaran nyawa, tapi ternyata efeknya adalah memisahkan Jiwa dengan Raga. Dan inilah yang terjadi pada gurumu saat ini."
"Jadi, Jiwa guru bergentayangan saat ini.? Apa tidak bisa di kembalikan ketubuhmu sendiri.?" sahut Dion dengan santai.
"Aah, bajingan cilik ini. seharusnya kau memasang wajah yang sedih. Gurumu ini sebenarnya sudah meninggal."
"Tapi kenapa jiwa guru masih ada disini.? Menurutku Guru hanya bergentayangan saja."
"Hmm, sudahlah. Dalam bentuk jiwa spiritual seperti ini, aku juga tidak bisa bertahan lebih lama. Sebelum aku pergi dari dunia ini, ada beberapa hal yang ingin aku ajarkan padamu." kata Sima.
"He.? Jadi benar, guru sudah meninggal.?" sahut Dion dengan sangat terkejut.
"Reaksimu sangat lamban sekali. Untuk sekarang, itu tidaklah penting Dion, Guru akan membimbingmu sebisanya. Dengan batasan waktu, entah itu satu tahun, atau dua tahun, aku sendiri tidak tau. Jadi lebih baik kita langsung memulai pelatihan."
"Itu terlalu mendadak guru. Bahkan aku masih memulihkan tubuhku." sahut Dion.
"Hm. Ada sesuatu yang masuk kedalam tubuhmu Dion. Apa kau merasakan sesuatu.?" tanya Sima
"Aku tidak mengingat dengan jelas Guru. Waktu malam hari, aku melihat sebuah cahaya yang turun dari langit, dan aku berusaha untuk menghampiri turunnya cahaya itu. Setelah aku sampai di atas bukit, aku tidak mengingatnya lagi."
"Apa kau tidak merasakan sesuatu.?" tanya Sima.
"Ah, aku merasa ada energi lain di dalam diriku. Dan aku mendengar seseorang yang berkata. Aku titipkan kekuatan ini padamu, sebuah Dom Heavenly yang kami ciptakan dari tubuh kami. Kurang lebih seperti itu." kata Dion.
"Itu adalah Gemstone. Kau berhasil mendapatkannya Dion." kata Sima
"Apa.? Gemstone.?" teriak Dion dengan sangat terkejut.
"Itu benar. Meskipun gurumu ini tidak memiliki Gemstone, tapi pengetahuan ku sangat luas. Apa kau ingin melatihnya.?" sahut Sima.
Dion pun hanya menelan Ludah. Lalu ia pun langsung bersila dan bermeditasi. Sebuah Aura berwarna putih keluar dari tubuh Dion.
"Aura warna putih. Warna itu tidak ada di dalam daftar catatan kuno tentang Gemstone. Apa yang sebenarnya dia dapatkan."
"Guru, kekuatanku melesat sangat jauh." sahut Dion dengan terkejut.
"Setelah kau meresap semua esensi Gemstone, kau akan langsung menerobos tingkat Dom sangat jauh. Bahkan jenis Gemstone yang kau serap tidak ada di dalam daftar catatan kuno. Mungkin jenis Gemstone milikmu adalah jenis yang berbeda, atau lebih tinggi tingkatannya dari yang lain."
"Jadi, ada jenis Gemstone lainnya.?" sahut Dion.
"Melihat kasusnya, itulah yang terjadi. Bahkan kau berhasil menerobos ke tingkat Evril bintang 5 sekaligus."
"Jadi inikah rasanya menjadi seorang Evril Guru. Aku benar-benar sangat terkejut saat bermeditasi barusan. Kekuatanku benar-benar naik sangat pesat."
"Namun, kau masih harus belajar menggunakan kekuatan itu. Karena kau belum pernah merasakan Dom Bride dan Dom Baidu, jadi kau akan kehilangan kontrol atas kekuatan itu. Disinilah tugasku mengajarimu, karena sebelumnya, aku juga seorang Evril tanpa bantuan Gemstone. Jadi aku tau batasan dan memaksimalkan kekuatan itu."
Dion pun langsung berlutut dan bersujud di hadapan Sima.
"Mohon bantuannya Guru."
"Hm, pertama-tama ada sedikit tugas yang akan aku berikan padamu. Ini menyangkut ibumu." sahut Sima.
"Ibu.? Aku bahkan melupakannya. Apa ibuku masih hidup Guru.?" tanya Dion.
"Dia sekarang berada di Castle kediaman Clan Siwa. Kakekmu menjaga dia dengan baik. Jadi kau tidak perlu khawatir. Tapi, dia menerima kabar yang mengatakan bahwa kau sudah meninggal karena serangan tombak hijau kemarin, dan muncullah persepsi lain yang mengatakan bahwa tubuhmu hancur total. Kabar inilah yang membuat ibumu shock berat."
"Ibu."
"Jadi tugasmu adalah, temui pasukan patroli yang berada di desa Majaren saat ini. Karena mereka tidak akan kembali lagi setelah ini. Dan berikan pesan singkat kepada ibumu bahwa kau masih hidup dan tidak bisa kembali menemuinya dalam waktu dekat."
Dion pun hanya terdiam seribu bahasa.
...