Risty Azalea, gadis cantik yang berasal dari keluarga sederhana bertekad merubah hidupnya menjadi wanita yang sukses dan dihormati semua orang, tapi siapa sangka kisah asmaranya tidak semulus karirnya saat ini. Dia malah jatuh cinta pada Bima Arya Dalwyn, seorang laki-laki menyebalkan dan bermulut tajam yang tidak menyukainya sama sekali. Penasaran kan bagaimana lika-liku perjalanan kisah cinta mereka? Yuk ikuti terus kisah mereka, jangan lupa beri like dan komen ya kesayangan!😍😍
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ocha Zain, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34.Membandingkan
Satu minggu telah berlalu, Risty memutuskan untuk menemui orangtua angkatnya dan mengatakan jika dirinya dan Bima telah bercerai.
"Assalamualaikum mama.. papa.." sapa Risty kepada kedua orangtua angkatnya yang terlihat bersantai di taman belakang.
"Wa'alaikumsalam.. Warahmatullahi.. Wabarakatuh.." jawab keduanya.
"Kamu kesini sama siapa Ris?" tanya Pak Haris.
"Aku sendirian pah, sepulang kerja aku langsung kesini!"
"Ini kan weekend, apa suamimu nggak anterin kamu? Apa karena alasan pekerjaan lagi? Seharusnya kalian bisa memanfaatkan weekend dengan baik untuk menghabiskan waktu berdua, bukannya terus sibuk dengan kerjaan aja!" nasehat Bu Hana.
"Benar kata mamamu nak!" Pak Haris menimpali.
Risty hanya terdiam tak berkata apapun, dia mengumpulkan segala keberanian untuk mengatakan kepada orangtua angkatnya.
"Papa.. Mama.." panggilnya ragu-ragu.
"Iya," mereka memandang Risty bersamaan dengan sedikit heran.
"Apa ada masalah sayang?" tanya Bu Hana.
"Aku dan Kak Bima sudah bercerai hampir dua bulan lalu mah," ucap Risty sembari memejamkan matanya.
"Apa cerai!" Seru keduanya bersamaan dengan perasaan terkejut dan Risty pun mengangguk.
Dia begitu lega bisa mengatakan semuanya walau dia tahu saat dia menyelesaikan kalimatnya orangtua angkatnya begitu terkejut dengan kabar buruk yang dia bawa.
Pak Haris dan istrinya terlihat sangat shock mendengar kabar dari putri angkatnya. Baru dua bulan lalu mereka melihat kebersamaan putri dan menantunya saat dirumah sakit, tapi tak disangka mereka malah memutuskan bercerai. Pak Haris dan Bu Hana terus bertanya-tanya dalam hatinya, pasti semua ada penyebabnya. Mereka sangat tahu karakter putrinya itu, Risty adalah gadis yang baik dan tidak pernah membuat masalah.
"Coba ceritakan pada papa nak! Kenapa kalian bercerai? Apa papa melewatkan banyak hal beberapa bulan ini?"
Kemudian Risty menceritakan semuanya dari awal sampai akhir tanpa airmata lagi, dia ingin menunjukkan kepada kedua orangtua angkatnya jika saat ini dia baik-baik saja dan semua sudah berlalu baginya.
Dia juga menceritakan kejadian saat di Mansion Pak Prabu satu minggu lalu. Risty mengatakan jika Pak Prabu begitu tulus meminta maaf atas kelakuan putranya dan tidak ingin hubungan persahabatan ini berakhir begitu saja.
Sedangkan Pak Haris terlihat seperti menahan amarah tangannya terkepal erat, raut muka dan matanya memerah saat mendengar putri kesayangannya terlalu banyak merasakan kesedihan selama ini.
Bu Hana yang mengerti kebiasaan suaminya mencoba mengelus punggung suaminya dengan lembut untuk meredam amarah sang suami. Pak Haris benar-benar merasa bersalah menerima perjodohan ini, putri angkat yang begitu dia sayangi terluka karena ide perjodohan ini. Dia terus menyalahkan dirinya sendiri dalam hati.
"Nak maafkan papa! Harusnya papa nggak menyetujui ide perjodohan ini, kamu terluka karena papa. Sungguh malang nasibmu nak! Papa benar-benar minta maaf udah membuatmu jadi begini"
Pak Haris memeluk putrinya dengan sayang, dan Ristypun akhirnya tak bisa menahan airmatanya lagi. Tangisnya pecah dipelukan papanya.
"Menangislah nak, menangislah sepuasnya dipelukan papa! Kamu akan baik-baik saja, ada papa dan mama yang akan selalu menjagamu. Pulanglah kemari bersama kami, ini rumahmu juga. Papa tidak ingin kamu bersedih sendirian diluar sana,"
Hati Pak Prabu begitu sakit seperti diremuk dari dalam, dia ingin sekali berkata kasar dan memukuli mantan menantunya itu. Tapi dia menahan semua kemarahannya, dia hanya tak ingin Risty semakin bersedih apalagi Risty juga mengatakan jika Pak Prabu sampai mengusir putranya tanpa harta sepeserpun.
Pantaskah dia senang dengan penderitaan pemuda itu, dia tidak peduli bahkan jika pemuda itu mendapatkan karma yang lebih pedih lagi dia akan lebih bahagia. Baginya Bima dan selingkuhannya tidak pantas mendapatkan kebahagiaan. Risty terlalu baik dan suci untuk disakiti laki-laki br****sek seperti Bima.
Saat tangisnya telah berhenti, Risty memandang keduanya sembari mengenggam tangan keduanya.
"Papa, jangan menyalahkan diri papa sendiri! Aku menangis bukan menangisi laki-laki itu, dia nggak pantas untuk ditangisi. Tapi aku menangis karena udah membuat mama dan papa ikut bersedih, tolong jika kalian menyayangiku ikhlaskan semua yang terjadi. Semua yang aku alami adalah Takdir Ilahi, kita manusia hanya berusaha menjalankan yang terbaik aja. Apalagi dari awal aku juga menyetujui perjodohan ini, secara tidak langsung semua juga karena salahku. Jadi papa jangan meminta maaf lagi karena bagiku semua udah berlalu, mari sekarang kita buka lembaran baru lagi, mengukir mimpi dan kebahagiaan kita. Aku akan disini lagi, kembali dipelukan kalian, terimakasih banyak selalu ada untukku Papa.. mama.. aku sangat menyayangi kalian!" ucap Risty sembari memeluk keduanya kembali.
"Kami juga sangat menyayangimu sayang!" ucap Bu Hana lalu mencium pucuk kepala putrinya penuh sayang.
Dan hari itu juga Risty pindah lagi ke Mansion milik Pak Haris, beberapa pekerja membantu Risty untuk mengemas dan mengangkut semua barang-barangnya yang masih ada di apartemennya.
Apartemen itu akan kosong sementara waktu dan Risty akan menyewa seorang pembantu untuk membersihkan apartemen itu tiga hari sekali.
***
Di apartemen Bima, terlihat dia hanya berdiam diri saja seminggu ini tanpa kemana-mana. Dia disibukan untuk menyiapkan makan Vania dan melakukan apapun yang diminta Vania. Dia juga membersihkan apartemennya sendirian tanpa bantuan asisten rumah tangga, karena sekarang dia seorang pengangguran. Terlalu sayang jika dia harus mengeluarkan uang jika sekedar untuk membayar ART, walaupun sebenarnya tabungannya pun masih banyak di rekening pribadinya.
Lagipula dia masih tidak ada perkerjaan saat ini, jadi tidak ada salahnya dia melakukan pekerjaan rumah. Toh dulu saat dia kuliah di luar negeri dia sudah terbiasa melakukan apapun sendiri di apartemen yang orangtuanya sewakan.
"Sayang!" panggil Vania.
"Hmm!" jawab Bima tanda menoleh.
Bima sedang memikirkan usaha yang cocok untuk dia rintis nantinya, dengan berbekal uang tabungan miliknya. Dia akan memulainya dari nol tanpa bantuan maupun koneksi dari papanya, dia sangat yakin dia akan lebih sukses dari sebelumnya.
"Aku bosan di apartemen! Ayo kita jalan-jalan ke Mall! Aku udah lama nggak beli baju, lagipula aku kan hamil, pasti sebentar lagi semua bajuku nggak akan muat! Jadi aku ingin membeli banyak baju hamil yang cantik dan elegan. Aahhh.. aku udah nggak sabar pengen cepet-cepet kesana!" ucap Vania penuh antusias dan senyumnya pun terus mengembang.
"Van! Kamu kan tau aku udah nggak kerja lagi saat ini! Tolong jangan menghambur-hamburkan uang untuk sesuatu yang nggak penting! Baju kamu kan masih banyak di lemari, pakai dulu yang masih longgar!"
"Nggak penting katamu! Oohh jadi kehamilanku ini nggak penting buat kamu! Aku dan calon bayimu ini nggak penting gitu!" Vania mendadak emosi.
"Bukannya kayak gitu Van! Kalian sangat penting buatku!"
"Lalu apalagi alasannya! Apa nyenengin aku itu beban buat kamu! Aku tahu kok kamu masih punya banyak uang di tabunganmu, nggak mungkin kan mantan CEO yang sukses nggak punya apa-apa! Kenapa sekarang kamu jadi pelit banget sih?" ucap Vania mendengus kesal.
"Van! Tolong ngerti sedikit lah! Tabunganku akan aku jadikan modal untuk usaha kita nanti, jadi mulai sekarang kita harus sedikit berhemat. Kalau kita nggak ada pemasukan tapi pengeluaran terus-menerus lama-lama uangnya juga akan habis!" Bima memberikan pengertian.
"Urusan mencari uang kan urusan kamu! Dan aku nggak mau tau! Selama ini hidupku mewah bersama kedua orangtuaku! Jadi aku nggak mau ya hidup kekurangan kalo sama kamu!"
Bima terdiam sembari menghela nafasnya panjang, dia benar-benar menahan agar dirinya tidak emosi. Dia hanya takut jika pada akhirnya kondisi Vania akan drop lagi.
Dan lagi-lagi dia membandingkan Vania dengan Risty, sungguh mereka dua wanita yang sangat berbeda jauh. Risty wanita yang sederhana dan pekerja keras. Dia lebih mementingkan keluarganya dan lebih senang jika dia membeli barang-barang dengan kerja kerasnya sendiri.
"Ya udah kalo kamu nggak mau anter aku belanja, aku minta uang aja sama papaku! Dia selalu nurutin semua yang aku mau!" sungut Vania kemudian mengambil ponselnya.
"Ckkk! VAN! TUNGGU!" teriak Bima yang menghentikan Vania.
"Jangan hubungi papamu! Oke, aku akan nganterin kamu belanja! Sekarang kamu ganti baju dulu!"
Ucapan Bima sontak membuat Vania berbinar bahagia, dia tersenyum mengangguk dan berjalan tergesa-gesa ke kamarnya untuk ganti baju.
Pada akhirnya Bima mengalah dan membiarkan Vania belanja sesukanya saat ini, dia hanya tidak ingin dicap sebagai suami yang tidak bertanggungjawab. Dia akan sangat malu didepan orangtua Vania, jika tidak menuruti kesenangan putri semata wayang mereka.
***
Setelah beberapa hari berlalu, di mansion milik Pak Haris, Risty dan kedua orangtua angkatnya sedang sarapan bersama. Risty mengambilkan sarapan untuk kedua orang yang dia sayangi itu.
"Ris, apa kamu nggak ingin ngabarin ibu dan kedua adikmu tentang perceraianmu?" tanya Pak Haris saat menyelesaikan sarapan mereka.
"Aku hanya nggak ingin pulang kampung saat ini pa, beberapa kali aku pulang kampung sendirian tetangga udah membuat gosip kalau aku dan Kak Bima sedang ada masalah." Risty menghela nafasnya panjang.
"Ya mungkin semua yang mereka katakan emang benar adanya, tapi aku nggak ingin keluargaku dikampung jadi nggak nyaman dengan gosip miring tentang pernikahanku. Aku belum siap jika mereka tau aku udah sendiri,"
"Iya sayang kami mengerti! Jika kamu udah siap, kamu bisa menemui mereka," ucap Bu Hana dengan lembut.
"Atau aku suruh supir jemput mereka aja di kampung, udah lama kan mereka nggak jalan-jalan ke Ibukota. Ajaklah mereka bersenang-senang pasti kamu akan lebih bahagia jika melihat mereka tersenyum bahagia,"
"Wah ide bagus itu Pah!" timpal Bu Hana dengan mata berbinar.
"Terimakasih banyak Pah! Kalian yang selalu mengerti aku!" ucap Risty memeluk papanya dan mamanya.
btw thanks thor udah up 2 uluh" sarangheo thor semngaaat trus thor up satu" ngak papa thor asal jngan lama" thor