Arya, seorang pria yang memiliki istri yang sangat cantik dan juga memiliki seorang putera yang masih balita harus menelan pil pahit saat mengetahui sang istri dijodohkan oleh keluarganya dengan pria kaya raya.
Hal yang menyakitkannya, sang istri menerima perjodohan itu dan berniat melangsungkan pernikahan meskipun mereka belum sah bercerai.
Semua itu karena Arya dianggap pria miskin dan tak layak mendampingi Tafasya yang cantik dan memiliki body sempurna.
Akan tetapi, dibalik semua itu, ternyata Arya sedang menyembunyikan jati diri yang sebenarmya. Siapakah Arya,?
Bagaimana kisah selanjutnya, maka ikuti novel ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti H, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kaget
Tafasya sangat syok dengan apa yang didengarnya. Ia tak mungkin salah. Pasti sang penjaga toko yang salah.
"K-kamu jangan ngawur, ya! Saya ini istri konglomerat!" ia menekankan ucapannya dengan kedua mata yang menatap tajam.
Penjaga toko tampak tersenyum datar, lalu memanggil bos mereka dan meminta untuk menjelaskannya.
Tampak sang pemilik toko datang menghampiri, lalu mengecek kartu milik Tafasya. "Maaf, Mbak. Ini sudah benar, credit card anda sudah diblokir dan limitnya sudah kosong alias dibekukan," seorang pria bertubuh tinggi dan berkulit putih berusaha berkata santun dan menjelaskan semuanya.
Tafasya tak terima. Ia merampas benda pipih itu dari tangan pemilik toko, lalu menghubungi suaminya.
"Hallo, Sayang!" ucapnya dengan nada bergetar. Ia tak ingin malu dengan kejadian ini.
"Iya, ada apa?" tanya seseorang diseberang sana dengan nada yang terdengar dingin, sepertinya ada suatu masalah besar yang sedang ia hadapi disana dan ini sangat begitu fatal.
"Sayang, aku lagi belanja berlian menggunakan credit card milikmu, tapi mereka katakan jika limitnyanya sudah diblokir dan tidak bisa digunakan untuk berbelanja!" wanita itu terlihat panik.
"Kamu sebaiknya pulang, dan ada yang ingin aku jelaskan!" pria itu menutup panggilan telefonnya, dan hal ini justru membuat Tafasya bertambah gelisah..
Sedangkan disisinya, pria itu masih tampak begitu tenang. Ia menatap sang pemilik toko. "Aku mau berlian itu, sepertinya si mbak ini tidak akan pernah membelinya," ucap Arya dengan dingin.
"Oh, boleh, bisa saya cek credit card , Anda-Tuan?" pria pemilik toko menyodorkan tangannya, dan Arya membuka dompetnya untuk mengambil credit card tersebut.
Tanpa sengaja, Tafasya melihat dompet yang sangat familiar dan sebuah foto bocah laki-laki tampan yang terpampang didompet tersebut.
Ia menurunkan ponselnya dan tercengang, lalu menatap pria itu dengan tatapan yang sangat bingung.
Sementara itu, pemilik toko sudah melakukan transaksi penjualan dan memberikan perhiasan tersebut dengan sebuah kotak yang indah. "Selamat ya, Tuan. Perhiasan ini milik anda, dan ini limitid edition dan tidak ada keluaran terbarunya," ucap pria itu dengan ramah.
Arya menganggukkan kepalanya dengan sopan. Saat ia akan pergi, sebuah tangan mencengkram pergelangan tangannya.
"Tunggu, apakah kamu Mas Arya? Bagaimana kamu bisa kaya secepat ini? Dan kamu juga bisa berubah sangat tampan!" tanya Tafasya dengan cengkraman yang semakin kuat. Ia sungguh masih tak percaya dengan apa yang dilihatnya saat ini.
"Lepaskan! Aku tidak mengenalmu, dan jangan berlagak sok kenal apalagi sok akrab," ucap Arya dengan dingin. Ia menepis tangan wanita itu dengan paksa.
"Jangan menipuku, aku tau kamu mas Arya, dan foto itu adalah Rayan. Lalu untuk siapa perhiasan ini kamu berikan? Apakah ada wanita lain yang akan menjadi pendampingmu?" cecarnya dengan tak sabar.
Arya menghempaskan cengkraman tangan sang wanita dengan kasar, lalu mengibasnya, seolah-olah ia tak ingin disentuh oleh wanita yang sudah mengkhianatinya itu dengan sangat menyakitkan.
"Jangan terlalu menduga, aku tidak memiliki hubungan apapun denganmu," ucapnya mengingatkan, dan ia melangkah pergi tanpa menoleh pada wanita tersebut.
Tafasya mengejarnya dan mendapatkan pria itu. “Kau jangan bohong! Itu foto Rayan anakku!” Tafasya bersikeras dan ia menarik ujung pakaian milik Arya.
Jujur saja saat ini ia merasa sangat curiga juga merasa penasaran tentang siapa pria dihadapannya.
Apalagi pria ini begitu sangat tampan. Jika benar itu mantan suaminya, lalu bagaimana ia dapat berubah secara drastis seperti saat ini? Apakah ia melakukan operasi plastik pada bagian wajah?
Tiba-tiba ia teringat saat pagi waktu itu, dimana suaminya mengikat rambut dan mengenakan topi untuk mengantar Rayan, dan ia menyadari jika suaminya terlihat tampan pagi itu tetapi ia berusaha menampiknya.
Tafasya tak melepaskan sang pria, ia kembali mencengkram pergelangan tangan Arya.
Pria itu kembali menepis jemari tangan sang wanita dengan cepat. “Kita bukan mahram, dan tidak memiliki ikatan apapun, maka jangan mencoba menyentuhku!” ucapnya penuh penekanan, lalu mengibaskan tangannya pada ujung pakaian yang disentuh oleh Tafasya barusan, seolah ia merasa jika sentuhan itu adalah najis.
“Kau! Sombong sekali! Apakah kamu lupa jika pernah menikah denganku! Bahkan seranjang denganku!” cibir Tafasya pada pria itu, namun hal tersebut membuat Arya merasa jengah, lalu melangkah tanpa memperdulikan ocehan wanita tersebut.
Tafasya tercengang dengan sikap pria yang ia anggap Arya mantan suaminya begitu sangat berbeda.
Akan tetapi, ia merasa sangat yakin jika pria itu adalah mantan suaminya. Pria yang dulu begitu memanjakannya, dan tak pernah membuatnya mengerjakan pekerjaan rumah.
Arya berjalan diantara kerumunan pengunjung, lalu sekejap menghilang.
Tafasya mencoba mengejarnya, namun ia kehilangan jejak dan celingukan kesana kemari.
Arya berbelok kearah koridor yang menghubungkan ke are parkir yang terletak dilantai tiga.
Pria itu berjalan menuju mobilnya dan saat sedang akan membuka pintu, ia melihat pantulan seseorang dari cat body mobilnya sedang mengarahkan senjata api kepadanya.
Dengan sigap ia merunduk dan berguling menuju deretan mobil yang terparkir dan Bersembunyi disana.
Ia mendengar langkah dua orang pria yang sedang mencarinya, dan ia dapat melihat pergerakan mereka dengan mengandalkan pantulan body mobil.
Saat jarak mereka cukup dekat, ia melumpuhkan lawannya dengan sebuah pukulan yang cukup telak dileher lawannya, hingga membuat pria bertubuh tinggi itu tersungkur dan pergulatan terjadi begitu cepat.
Senjata api milik lawannya terlempar ke kolong mobil, dan mereka terus saling tinju untuk saling mematahkan lawannya, hingga ia berhasil meninju dada pria itu hingga mengeluarkan cairan pekat berwarna merah dan akhirnya tak bergerak lagi.
Dooor…
Saat bersamaan, sebuah tembakan mengenai lengan kirinya dan hal itu membuat berlian yang baru saja ia beli terlempar dari genggamannya.
Ia kembali dihujani tembakan, dan berusaha menghindarinya dengan bergeser kelain arah.
Ia mendapatkan kembali berliannya, mengambil isinya dan melemparkan kotaknya ke sembarang arah, lalu memasukkannya kedalam saku celananya.
Ia beranjak berdiri dan mencoba mengambil kuda-kuda pertahanan. Saat satu tembakan diarahkan kepadanya, ia melompat kearah sisi mobil lainnya dan pria itu tampak kehilangan jejak, namun sayangnya ceceran da-rah itu membuatnya harus terdeteksi.
Ia merobek pakainnya, lalu mengikat lukanya, dan meringis menahan sakit, saat bersamaan, pria yang sedang memburunya berdiri dihadapannya, dan memberikan satu pukulan dipelipisnya.
Buuuk…
Arya terhempas ke badan mobil dengan luka lebam yang cukup parah.
Tetapi ia tak ingin berlama, ia kembali melawan meski dengan luka dilengannya, dan saat pria itu menodongkan senjata dikeningnya, lalu menarik pelatuknya, ia dengan cepat memutarkan lengan lawannya menghadap kening pria itu, dan…,
Doooor….
Satu tembakan membuat pria itu terkapar dan tak bergerak.
Arya tampak lemah karena darah yang masih merembes dilengannya.
Tanpa sengaja, ia bersandar disebuah mobil yang tidak terkunci, dan ia yakin pemiliknya teledor, lalu membuka pintu jok tengah dan memasuki mobil tersebut, kemudian bersembunyi dijok paling belakang bersama dengan berbagai barang belanjaan.
Tak berselang lama. Seseorang datang dengan langkah yang begitu anggun. Ia tak menyadari adanya sebuah kekacauan yang mengerikan baru saja terjadi. Ia begitu fokus dengan ponselnya, dan tampaknya tuntutan pekerjaan membuatnya begitu sibuk hari.
Seorang wanita berhijab dengan dua bola mata yang indah dan bulu mata nan lentik, berjalan memasuki mobil, lalu menyetir dan meninggalkan parkir untuk segera pulang kerumah.
ini pas banget, ini menunjukkan jika tafasya yg sekr bukanlah tafasya yg dulu
terima kasih thor