Remake dari karya berjudul Emas yang belum lama di rilis dan karya teman penguasa berlengan satu yang sudah di drop.
Kisah seorang pria yang selalu di hina akibat dia hanya memiliki satu lengan. Dia di khianati istri yang sewaktu smp di tolongnya sampai mengorbankan lengannya. Mertua dan iparnya menganggap dia sampah karena dia sering di pecat karena kondisi nya.
Dia sempat berpikir mengakhiri hidupnya dan di tolong, dia mendapat lengan bionik karena kebetulan dan sempat mau di bunuh oleh selingkuhan istrinya, namun di saat kondisinya sudah kritis, lengan bionik nya malah menolongnya dan memberinya kekuatan untuk mengubah nasib. Bagaimanakah kisah perjalanan hidup baru nya ?
Genre : Fiksi, fantasi, drama, komedi, supranatural, psikologi, menantu terhina, urban.
100 % fiksi, murni karangan author. mohon like dan komen nya ya kalau berkenan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mobs Jinsei, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 15
Mark langsung terdiam seribu bahasa, Amanda yang duduk di sebelahnya tidak berani menegurnya karena melihat wajah Mark yang serius walau hatinya sangat cemas, dia hanya bisa menggenggam tangannya.
“Kalau di pikir pikir lagi, lokasi ini tidak jauh dari rumah kontrakan lusuh itu, rumah itu seharusnya rumah Amanda dan Andika....benar benar keterlaluan, apa yang di pikirkan orang tua biadab itu,” ujar Mark dalam hati.
“Kreek,” pintu di buka, Ijal masuk ke dalam mengembalikan kartu atm milik Cindi yang sudah menunggunya,
“Gimana ?” tanya Cindi kepada Ijal.
“Sudah masuk mami, jumlahnya 250 juta,” jawab Ijal sambil menaikkan jempolnya walau wajahnya tanpa ekspresi.
Cindi langsung membuka lacinya, dia mengambil buku kuitansi dan map berisi surat penjualan Suriwati, Amanda dan Andika, dia membuka mapnya dan mengambil suratnya, “breeeek,” Cindi merobek surat nya sampai membuat Ijal bingung,
“Mami kenapa di robek ?” tanya Ijal.
“Amanda sekarang sudah tidak di sini lagi, sekarang dia bersama suaminya,” ujar Cindi.
Wajah Ijal yang semula datar langsung menampakkan senyum yang mengerikan, tangannya menepuk pundak Amanda kemudian dia berbalik dan keluar dari ruangan. Cindi menuliskan kuitansi pembayaran nya dan menandatangani nya di atas materai 10 ribu. Setelah itu dia menyodorkannya kepada Mark, tapi dia bingung melihat Mark diam saja,
“Tuan, sudah selesai,” ujar Cindi.
“Oh...maaf, terima kasih ya mba,” balas Mark yang tersentak dan langsung mengambil kuitansi nya.
“Ya sudah, kapan mau pergi nya ? saya kasih waktu tiga hari ya,” ujar Cindi tersenyum.
“Baik, terima kasih (menoleh melihat Amanda) yuk Manda, kita ketemu emak dan Andika dulu,” ujar Mark.
“I...iya kak,” balas Amanda.
Keduanya pamit kepada Cindi dan keluar dari ruangan, baru saja melangkah keluar dari panti pijat, Amanda langsung di kerubungi para preman, para ibu ibu tukang pijat dan para gadis psk yang memberinya selamat dan mendukung dirinya. Ada juga beberapa yang menangi dan memeluk Amanda dengan erat.
Mark yang melihatnya tersenyum simpul, benaknya masih memikirkan apa yang dia dengar dari Cindi barusan. Setelah selesai berpamitan dengan hampir semua orang di lokalisasi, Amanda menarik Mark kembali ke rumahnya, di dalam Suriwati sudah duduk di kursi bersama Andika, begitu melihat Mark masuk, Suriwati langsung berdiri dan menghampiri Mark, dia langsung memegang kedua tangan Mark dan menempelkannya di keningnya yang menunduk.
“Terima kasih mas....benar benar terima kasih sudah menolong Amanda dan diriku,” ujar Suriwati menangis.
“Tidak apa apa bu, tidak apa apa,” balas Mark memeluk Suriwati dan mengelus punggungnya.
Setelah tenang, Mark meminta Amanda dan Andika bersiap siap pergi, namun dia ingin bicara dengan Suriwati. Setelah keduanya masuk ke dalam kamar masing masing, Mark memberikan kuitansi pembayaran nya kepada Suriwati dan membuat wajah Suriwati menitikkan air mata, Mark meminta Suriwati menyimpan kuitansi nya, lalu Suriwati bertanya,
“Apa nak Mark mau menikahi Amanda ?” tanya Suriwati.
“Sebelum itu, boleh saya bertanya dulu bu ?” tanya Mark.
“Silahkan saja nak Mark, saya menjawab sebisanya,” jawab Suriwati.
Mark mengatakan sekelumit pembicaraan dirinya dengan Cindi ketika membayar hutang Suriwati kepada Cindi, kemudian dia bertanya,
“Maaf bu, mungkin pertanyaan saya ini tidak enak, tapi saya harus tahu, apa yang sebenarnya terjadi ibu ?” tanya Mark.
Suriwati terdiam sejenak, dengan perlahan dia menghapus air matanya dan meletakkan kuitansi nya di meja, kemudian dia menatap Mark.
“Baiklah, saya ceritakan,”
Suriwati menceritakan kalau dirinya dulu adalah asisten rumah tangga di rumah keluarga Guntoro. Waktu itu usianya masih muda yaitu 16 tahun, dia ikut bersama dengan kakaknya ke kota untuk bekerja yang kebetulan waktu itu bekerja sebagai art di rumah seorang pengusaha besar. Dia cukup lama bekerja bersama kakak nya sampai akhirnya kakak nya menikah dan pulang kampung ketika usia Suriwati menginjak 20 tahun.
Suriwati meneruskan pekerjaan nya di rumah itu, dia sudah di anggap anak oleh pasutri tua keluarga Guntoro. Setahun kemudian, anak satu satunya tuan rumah yang bernama Jeffrey datang kembali ke rumah orang tuanya, dia membawa istri nya, seorang anak laki laki yang berusia sekitar lima tahun dan seorang bayi perempuan yang berusia satu tahun bersama nya. Pasangan suami istri itu tinggal bersama orang tuanya.
Awalnya mereka nampak seperti keluarga yang harmonis. Tuan rumah dan istrinya sangat menyayangi cucu laki laki dan perempuan mereka, istri dari Jeffrey juga nampak akrab dengan mertuanya. Namun enam bulan kemudian, pasangan suami istri tua yang sudah di anggap oleh Suriwati seperti ayah dan ibunya sendiri, tiba tiba meninggal secara misterius. Setelah itu, Jeffrey dan keluarganya yang menempati rumah mewah itu.
Suriwati sangat takut dirinya di pecat dan di minta pulang kampung, tapi dia diam saja dan tidak berani bersuara, namun Jeffrey tetap memperkerjakan dirinya. Suriwati kembali menjadi tenang dan lega karena kalau dia pulang kampung, dia akan di paksa menikah oleh orang tuanya. Tapi kelegaan nya hanya sementara, Jeffrey mulai bermain mata dengan dirinya, tentu saja Suriwati awalnya mengacuhkannya karena dia melihat Jeffrey sudah beristri dan usianya jauh di atasnya yaitu sekitar 35 tahunan.
Suatu malam, ketika Suriwati sudah tidur, dia merasakan ada seseorang yang menindih tubuhnya, dia membuka mata dan kaget melihat Jeffrey sedang menidurinya, kemudian Jeffrey menutup mulutnya agar tidak berteriak dan mengancamnya, Suriwati tidak bisa berbuat apa apa dan pasrah membiarkan Jeffrey meneruskan aksinya. Jeffrey terus melakukan aksinya hampir setiap hari sampai Suriwati akhirnya hamil satu setengah tahun kemudian. Ketika tahu kalau Suriwati hamil, Jeffrey menempatkan Suriwati di sebuah rumah di luar kota, tempat mereka sekarang dan sering mengunjunginya karena rasa tanggung jawabnya.
Suriwati melahirkan Amanda di usianya yang ke 23 tahun, dia membesarkan Amanda sendirian di bantu oleh Jeffrey yang terus mengunjungi dirinya dan tentunya minta jatah darinya.
Saat itu, Suriwati berpikir, walau sebagai selingkuhan, selama dia bisa membesarkan Amanda, dia tidak masalah sama sekali dan memutuskan kontak dengan kampungnya demi Amanda.
Tapi ketika dia hamil Andika dan Amanda berusia 15 tahun, sikap Jeffrey berubah total, dia jarang datang dan kalau datang suka marah marah, ketika di tanya, alasan nya karena stress dengan anak keduanya yang melarikan diri dari rumah ke kota ini.
“Ya, saat itu Vania menyusul ku ke sini ketika kelas 12 sma dan ikut kuliah bersama ku di sini karena rumah nenek nya di sini, pantes si bandot tua itu jarang dateng, berarti saat itu dia sudah tahu Vania ada di kota ini sama nenek nya, dia takut ketahuan Vania kalau dia punya selingkuhan di kota ini, di tambah lagi Vania pasti kenal ibu, grrrrr parah tuh bandot tua,” ujar Mark dalam hati karena geram.
Lalu setelah Andika lahir, Jeffrey tidak pernah datang sama sekali untuk menjenguk Andika, sampai dua tahun lalu, tiba tiba dia datang dan meminta Suriwati, Amanda dan Andika mengosongkan rumah nya karena mau di pakai oleh anak perempuannya yang menikah dengan seorang pria buntung .
Awalnya Suriwati mengira dirinya dan anak anak nya akan di tempatkan di rumah lain, tapi ternyata mereka malah di jual oleh Jeffrey kepada Cindi dan sejak itu mereka di anggap berhutang kepada Cindi karena telah menampung mereka.
Mendengar cerita Suriwati, Mark menggertakkan giginya, dia merenung sebentar dan memantapkan hati nya, dia berdiri dan berpindah ke sebelah Suriwati, dia langsung merangkul Suriwati,
“Saya jawab pertanyaan ibu tadi, saya mau menikahi Amanda, ibu tidak perlu khawatir,” ujar Mark mantap.
“Be..benarkah, syukurlah kalau begitu, terima kasih nak Mark,” ujar Suriwati bahagia.
“Jadi sekarang, saya minta ibu siap siap ya, saya mau bawa ibu, Amanda dan Andika kerumah saya,” ujar Mark.
Mendengar itu, raut wajah Suriwati berubah, dia melepaskan tangan Mark yang merangkul dirinya dan menoleh melihat Mark sambil tersenyum,
“Maaf nak, ibu restui kamu menjadi menantu ibu, tapi...ibu tidak bisa tinggal sama kamu, ibu sudah lama tidak pulang kampung, ijinkan ibu pulang ke kampung ibu untuk bertemu kakak ibu dan tinggal di sana,” ujar Suriwati.