NovelToon NovelToon
ARUNA

ARUNA

Status: sedang berlangsung
Genre:Identitas Tersembunyi / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: bund FF

Tidak ada yang bisa memilih untuk dilahirkan dari rahim yang bagaimana.
Tugas utama seorang anak adalah berbakti pada orang tuanya.
Sekalipun orang tua itu seakan tak pernah mau menerima kita sebagai anaknya.

Dan itulah yang Aruna alami.
Karena seingatnya, ibunya tak pernah memanjakannya. Melihatnya seperti seorang musuh bahkan sejak kecil.

Hidup lelah karena selalu pindah kontrakan dan berakhir di satu keadaan yang membuatnya semakin merasa bahwa memang tak seharusnya dia dilahirkan.

Tapi semesta selalu punya cara untuk mempertemukan keluarga meski sudah lama terpisah.

Haruskah Aruna selalu mengalah dan mengorbankan perasaannya?
Atau satu kali ini saja dalam hidupnya dia akan berjuang demi rasa cintanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bund FF, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

tak jadi berjanji

Tyo sengaja tidak ke kantin kali ini, dia sudah hafal jika kelas Aruna akan menggunakan lapangan setelah jam istirahat. Jadi cowok itu sengaja menunggu kedatangan Aruna.

Dan benar saja, tak lama setelah bel berbunyi, wajah suram Aruna memasuki lapangan sendirian. Berjalan tertunduk dan menelisik sekeliling untuk mencari bola basket.

Saat Aruna mulai mendribel bolanya, Tyo mulai ke tengah lapangan untuk melawan Aruna.

"Cg, ngapain sih?" tanya Aruna tak suka.

"Kita bikin kesepakatan" kata Tyo.

"Malas gue" jawab Aruna.

"Perjanjian" Tyo masih berusaha.

Aruna menghentikan aktivitasnya dan menatap lekat pada Tyo yang memandangnya tajam.

"Mau Lo apa sih, kak? Sumpah hari ini gue lagi bad mood banget. Tolong jangan gangguin gue" Aruna sampai memohon demi bisa sendirian saja.

"Kita tanding, sepuluh menit doang. Yang menang boleh minta satu permintaan apa pun kepada yang kalah, dan yang kalah nggak boleh lari dan harus mengabulkan permintaan yang menang. Bagaimana?" tanya Tyo dengan tawarannya.

"Kalau Lo mau minta duit, gue nggak punya. Apalagi barang berharga, gue juga nggak ada. Satu hal yang gue punya cuma nyawa, itu saja juga bukan nyawa yang penting. Jadi, gue bisa pastiin kalau permintaan Lo pasti yang enggak-enggak, dan gue nggak mau melakukan perjanjian apapun" kata Aruna tetap tak tertarik.

"Kalau begitu, biarin gue tetap mau berteman sama Lo" kata Tyo.

"Oke. Gue nggak suka menjanjikan apapun kepada siapapun. Selama Lo nggak terus menerus ngasih gue masalah, sepertinya berteman bukan hal yang buruk" akhirnya Aruna mau mengakui pertemanannya dengan Tyo.

Tentu Tyo sangat senang. Sejak kemarin dia sudah memikirkan cara untuk meminta Aruna mau menjadi temannya jika menang saat bermain basket. Tapi ternyata Aruna bukanlah gadis yang rumit, tak seperti yang dia bayangkan.

"Bagus, anak yang baik. Salaman dulu dong" kata Tyo yang terus saja tersenyum.

"Cg" Aruna mendecak sebal, tapi mengulurkan tangan juga. Bersalaman sebagai tanda pertemanan.

Tanpa mau lagi menggubris keberadaan Tyo, Aruna meneruskan kegiatannya. Memainkan bola sesuka hati, tapi malah Tyo tak mau mengalah. Tetap saja mengganggu dan bermain basket bersama Aruna sampai segerombolan teman sekelas Aruna datang.

Mina dan kedua temannya masuk dan langsung memandang tak suka saat Tyo nampak sangat bersemangat sementara Aruna tetap saja berwajah datar.

"Kak Tyo" sapa Mina dengan suara manjanya.

"Ihhh, kak Tyo nyebelin banget sih" kesal Mina yang ikut masuk ke tengah lapangan saat keduanya tak mau mendengar panggilan darinya.

"Biang masalah" gumaman Aruna terdengar oleh Mina dan membuat gadis itu semakin merasa geram.

Aruna meninggalkan lapangan, duduk di sisi lapangan sambil menunggu bel yang akan berbunyi tak lama lagi.

"Nanti pulang sekolah aku mampir ke rumah kak Tyo, ya. Aku kangen sama Tante Linda" ujar Mina dengan sedikit mengeraskan suaranya agar bisa di dengar oleh temannya yang lain, terutama Aruna.

"Kita lihat nanti, ya. Aku masih mau mampir ke rumah Davin, takut lama" jawab Tyo lantas berjalan keluar lapangan, bel sudah berbunyi dan memang Tyo harus segera kembali ke kelasnya sendiri.

Mina semakin geram pada Aruna yang dinilainya sedang berusaha mendekati Tyo.

"Awas Lo, Aruna" gumam Mina sambil mengepalkan tangannya.

****************

Siang ini Aruna sangat senang. Grup Wa Acing mengabarkan jika toko tutup dua hari karena kerabat Acing di luar kota ada yang meninggal dan mengharuskan Acing untuk datang berbelasungkawa. Sesuai adat agama dan keluarga Acing.

Langkah riang Aruna membawanya ke lapangan basket setelah berganti pakaian olahraga lagi. Gadis itu berencana untuk main basket sampai kelelahan dan pulang untuk tidur.

"Nggak ke toko, Run?" sapa Ferdi yang melihat sahabatnya tak memakai baju bebas sepulang sekolah.

"Libur, Fer. Gue mau ke lapangan" ujar Aruna senang.

"Lebar banget senyumnya kayak karet melar" ejek Ferdi.

"Kapan lagi bisa santai, Fer. Capek gue kerja terus-terusan" kata Aruna.

Pemandangan aneh itu membuat teman baru Aruna jadi ikut penasaran. Jadilah Tyo berusaha merecoki kebersamaan Ferdi dan Aruna.

"Ngapain sih? Kok belum pada pulang?" tanya Tyo, memang arah ke lapangan harus melewati kelas Tyo.

"Bukan urusan Lo sih, kakak kelas" Ferdi mencoba mengusir Tyo karena tahu kalau Aruna tak suka dengan orang baru.

"Gue juga temannya Aruna, kali. Bukan Lo doang" balas Tyo tak segan kali ini, sudah ada ikatan janji pertemanan diantara dia dan Aruna.

"Gue mau main basket" jawab Aruna yang tak suka dengan perdebatan temannya.

"Asik dong, ikut ya" kata Tyo nampak gembira.

"Yasudah kalau begitu, berhubung Lo sudah ada temannya, gue balik dulu ya Run. Takut emak nyariin" pamit Ferdi yang memang harus membantu pekerjaan emaknya.

"Makasih ya, Fer. Lo hati-hati" kata Aruna membiarkan Ferdi pergi.

Lantas melanjutkan langkahnya menuju lapangan indoor untuk bermain basket.

Banyak pandangan mata tak suka saat Tyo sang idola terlihat santai berjalan bersama Aruna si miskin yang irit bicara.

Beberapa bahkan tak sungkan untuk sekedar menyapa Tyo dan tak mengindahkan adanya Aruna. Sudah hal biasa bagi Aruna, bahkan ibunya sendiri tak suka padanya. Lantas apa lagi yang Aruna takutkan dari orang lain?

Di lapangan, ada beberapa murid yang ternyata juga sedang bermain basket. Beberapa hanya menjadi penonton. Sepertinya mereka juga hanya ingin menghabiskan hari.

Aruna sudah bersiap, meletakkan tas di pinggir lapangan dan Tyo mengikutinya. Berjalan ke tengah lapangan ternyata diberi ruang untuk ikut bertanding.

Pertandingan dadakan campuran laki-laki dan perempuan. Aruna sangat senang karena saat olahragalah keadilan sesungguhnya sedang terjadi.

Tentunya pertandingan amatir seperti ini, yang tak bisa melibatkan uang untuk membayar pihak terkait agar memenangkan salah satu tim.

Satu jam berlalu, banyak yang sudah berpamitan pergi dan menyisakan Tyo, Aruna dan tiga lainnya. Mereka asyik main sendiri kali ini.

"Gue capek" kata Tyo yang berlari kecil ke pinggir lapangan dan duduk untuk meminum air.

Aruna juga merasa cukup letih. Langkahnya menuju Tyo yang sedang duduk.

Mereka duduk bersisian, Aruna mengelap peluh di keningnya dengan nafas masih ngos-ngosan.

"Minum, Run?" Tyo menawarkan botol yang isinya sudah tinggal separuh.

Tyo tak menduga jika Aruna mau menerimanya dan menenggak air itu hingga kandas. Tak seperti teman cewek lainnya yang akan menganggapnya jorok, Mina saja tak pernah mau seperti itu.

Tapi itu adalah hal yang lumrah bagi Aruna yang sering berbagi kopi dengan teman kerjanya, bahkan hanya ada satu gelas plastik di atas galon yang tersedia untuk pegawai toko.

"Hampir lupa, gue ada tugas buat besok" kata Tyo sambil mengeluarkan buku dan alat tulis, tak lupa buku paket yang cukup tebal.

Di pinggir lapangan, Tyo duduk di lantai sambil membuka buku.

"Tugas apaan, kak?" tanya Aruna yang ikut melihat isi di dalam buku Tyo.

"Fisika" jawab Tyo sambil mencari halaman dimana gurunya memberi PR.

Aruna mengamati pergerakan Tyo. Saat menemukan tugasnya, Tyo segera berusaha mengerjakan daripada nanti lupa saat sampai di rumah.

Kedua raja itu nampak sama-sama serius saat membaca buku sementara Tyo sibuk menulis di buku catatannya.

"Yang ini susah banget sih" gumam Tyo yang sudah beberapa kali menghapus lembar kerjanya.

"Itu salah, kak" kata Aruna saat Tyo sudah yakin dengan jawabannya.

"Benar itu. Lo mana tahu" ejek Tyo yang Keukeh dengan jawabannya.

"Salah. Lo bego banget sih" kata Aruna tak mau kalah.

"Apa Lo bilang? Gue bego? Coba Lo kerjain kalau memang pintar. Lo saja kelas IPS, gue itu kelas IPA asal Lo tahu, ya" balas Tyo tak percaya jika Aruna berani mengejeknya bego.

"Cg, ngambek an banget kayak cewek" kata Aruna semakin mengejek.

"Lo tuh benar-benar ya" kesal Tyo ingin menjitak kepala Aruna tapi tak jadi.

"Bentar, coba gue kerjain" kata Aruna merebut pensil dan menulis di buku Tyo, tapi di bagian paling belakang.

"Seharusnya sih itu begini" kata Aruna yang bekerja sambil menjabarkan apa yang dia lakukan.

Menemukan rumus untuk soal cerita yang sedang dia tulis, dan mulai menghitung masih di atas buku milik Tyo. Sementara Tyo memperhatikan dengan seksama apa yang Aruna lakukan.

Tak butuh banyak waktu, Aruna sudah menyelesaikan soal itu dengan baik. Malah Tyo terbengong-bengong melihatnya.

"Tuh, bisa kan gue" kata Aruna bangga.

"Iya sih. Kok bisa?" tanya Tyo tak percaya.

"Gini-gini gue itu pintar" kata Aruna membanggakan diri, sungguh tak seperti dia yang biasanya.

"Kok bisa Lo ngerjain tugas gue?" tanya Tyo masih tak percaya.

"Bisa dong" kata Aruna.

"Dari mana Lo bisa tahu?" Tyo masih penasaran.

"Anaknya ko Acing sering ke toko buat ngerjain tugasnya. Kalau nggak salah seangkatan sama Lo, kak" ujar Aruna.

"Biasanya kalau toko lagi sepi, ko Acing nyuruh gue belajar bareng sama anaknya. Jadi, gue sering belajar pelajaran anak IPA juga dari dia" lanjut Aruna menjawab rasa penasaran Tyo.

"Ternyata Lo hebat juga, ya. Pasti ibu Lo juga pintar ya?" tanya Tyo yang sedang menyalin jawaban Aruna.

Untuk yang satu ini Aruna terdiam. Bingung harus menjawab apa.

"Kok diam?" tanya Tyo saat suasana hening dan Aruna terlihat sedih.

"Gue nggak terlalu dekat sih sama ibu. Jadi gue nggak tahu ibu itu orangnya bagaimana" jawab Aruna.

"Kok bisa? Biasanya kan anak cewek itu dekat banget sama ibunya. Tapi, ibu Lo masih ada kan?" tanya Tyo.

"Ada" jawab Aruna.

"Terus?" tanya Tyo yang masih sibuk dengan pensilnya.

"Nggak tahu gue. Ibu galak sih, gue takut sama ibu" jawab Aruna.

Tyo menoleh pada Aruna, ingat jika suatu kali dia pernah mencuri dengar saat Aruna curhat pada Ferdi perihal ibunya yang telah memukuli Aruna sampai keningnya berdarah.

Cowok itu jadi ikut terdiam, sudah salah bicara dan membuat Aruna yang tadi sudah cukup cerewet jadi pendiam lagi.

1
Azizah Hazli
Luar biasa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!