NovelToon NovelToon
Dulu Guruku, Sekarang Istriku

Dulu Guruku, Sekarang Istriku

Status: tamat
Genre:Tamat / Berondong / Nikahmuda / Cintamanis / Crazy Rich/Konglomerat / Beda Usia / Romansa
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: Grace caroline

'GURUKU ISTRIKU, SURGA DUNIAKU, DAN BIDADARI HATIKU.'

***

Dia adalah gurunya, dia adalah muridnya. Sebuah cinta terlarang yang berakar di antara halaman-halaman buku teks dan derap langkah di koridor sekolah. Empat tahun lebih mereka menyembunyikan cinta yang tak seharusnya, berjuang melawan segala rintangan yang ada. Namun, takdir, dengan segala kejutannya, mempertemukan mereka di pelaminan. Apa yang terjadi selanjutnya? Petualangan cinta mereka yang penuh risiko dan janji baru saja dimulai...

--- INI ADALAH SEASON 2 DARI NOVEL GURUKU ADALAH PACARKU ---

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Grace caroline, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 25. Anugerah Tuhan

Pagi harinya, Tyas terbangun lebih dulu. Alarm yang sudah diatur berbunyi, pertanda ia harus bersiap-siap untuk mengajar. Dengan lembut, ia melepaskan tangan Kaesang yang masih memeluknya, lalu turun dari ranjang. Langkahnya menuju lemari baju mereka untuk mengambil seragam gurunya.

Seragam sudah di tangan, Tyas pun beranjak ke kamar mandi yang ada di kamar mereka. Ia masuk dan mengunci pintu dari dalam.

Beberapa menit berlalu, Tyas sudah selesai mandi dan terlihat rapi dengan seragam gurunya. Balutan kain batik cokelat tua bercorak bunga-bunga kecil itu tampak pas di tubuhnya. Ia keluar dari kamar mandi, lalu dengan langkah ringan menuju meja rias. Di sana, dengan cermat ia merias wajah dan menata rambutnya agar terlihat sempurna. Warna cokelat tua itu membuatnya tampak lebih berwibawa.

"Nanti respon orang-orang gimana ya kalau tahu aku ngajar lagi? Apalagi guru-guru. Waktu itu aja mereka pada WA aku, ngejek-ngejek karena tahu aku nikah sama Kaesang," gumam Tyas sambil melirik ke arah Kaesang yang masih tertidur pulas di cermin.

Selimutnya sedikit tersingkap, memperlihatkan dada Kaesang yang putih mulus karena tak mengenakan baju.

Senyum terbit di bibir Tyas, menatap suami yang amat dicintainya. Ia lalu memalingkan wajahnya dan kembali berias.

Setelah cukup lama berdandan di depan meja rias, akhirnya ia selesai. Penampilannya kini sempurna, cantik dan elegan, khas Tyas.

Ia berbalik, berjalan menuju ranjang dan duduk di tepinya. Dengan lembut, tangannya terulur, menepuk lengan Kaesang.

"Yang, Yang, kamu nggak mau bangun? Udah siang loh ini? Kamu nggak mau kuliah atau ke kantor papamu?" tanya Tyas lembut, berusaha membangunkan Kaesang.

Sebenarnya Kaesang masihlah belum lulus kuliah—masih beberapa semester lagi—dan sejak menikah, ia mengambil cuti panjang. Begitu pula pekerjaannya di kantor Papanya, ia juga cuti.

Perlahan Kaesang membuka mata, masih setengah mengantuk. Ia belum menyadari kehadiran Tyas. Baru setelah beberapa saat, senyum lebar mengembang di wajahnya, dan ia pun duduk.

"Udah cantik aja kamu?" tanya Kaesang setelah melihat penampilan Tyas yang sudah sangat sempurna.

Tyas tersenyum malu-malu, lalu mengangguk. "Iya, tadi aku bangun terus mandi, soalnya habis ini kan aku mau ngajar. Jadinya ya nggak bisa bangun siang-siang dong. Agenda kamu hari ini apa?" tanyanya kemudian.

Senyum Kaesang terukir lebar menatap istrinya di hadapannya.  Cantik dan manis. Pujian-pujian Kaesang untuk Tyas terus ia ucapkan di dalam hati. Sampai ia menjawab pertanyaan Tyas. "Niatnya sih aku mau kuliah dulu, terus habis itu mau ke kantor papa buat lanjut kerja," jawabnya sedikit ragu.

Tyas meraih kedua tangan Kaesang, menggenggamnya lembut. "Kamu semangat untuk hari ini ya. Semoga apa yang kita lakukan hari ini lancar dan berjalan baik. Hubungi aku aja kalau ada apa-apa," katanya.

"Bukannya harusnya aku yang bilang kayak gitu, Dear? Kalau kamu perlu sesuatu hubungi aku aja, biar aku langsung datang. Oh iya, nanti kamu pulangnya aku jemput ya? Kamu setelah ngajar nggak mau kemana-mana lagi kan?" tanya Kaesang.

Tyas menggeleng lucu, pipinya memerah. Di mata Kaesang, Tyas tampak begitu imut. Ia ingin sekali mencubit kedua pipi Tyas dan menciumnya tanpa henti. "Suamiku aja lagi sibuk, masa aku mau kemana-mana sih. Setelah ngajar, aku tentu langsung pulang dong. Aku juga mau di rumah aja sama Mama, jagain Mama yang lagi hamil," katanya manja.

Kaesang sudah tidak tahan lagi. Dengan cepat ia mendekat dan mengecup bibir Tyas. Tyas terkejut, matanya membola. Segera ia mengangkat tangannya, menyentuh bibirnya yang terasa hangat.

"Aku udah rapi loh ini, pakai lipstik juga. Kok kamu main cium-cium aja sih?!" protes Tyas, matanya menyipit tajam. Bibirnya cemberut, lucu sekali. Memang, Tyas saat marah seperti ini terlihat menggemaskan di mata Kaesang. Entahlah, ia memang sudah sangat bucin dengan istrinya yang satu ini.

Kaesang terkekeh. "Hehe, maaf Dear, habisnya aku gemes sih sama bibir kamu yang imut itu, jadinya ya nggak tahan buat nggak nyium," katanya, masih dengan senyum lebar.

"Iya iya maaf. Nggak lagi deh. Tapi bibir kamu juga masih merah kok, kayak tomat hahaha," lanjutnya.

Tyas semakin cemberut melihat Kaesang yang tertawa sembari mengejeknya. Bibirnya semakin maju, merah dan tampak penuh. Ekspresinya terlihat kuat dan menantang.

"Gitu ya kamu?! Ejekin aku terus! Bagus!!" Tyas merajuk, memalingkan wajah, dan menyilangkan tangan di depan dada.

Kaesang menggelengkan kepalanya, kemudian maju memeluk Tyas. Tyas tersentak, agak risih karena penampilannya sudah sangat rapi.

"Lepasin Yang! Nanti penampilanku berantakan!" seru Tyas, terus berusaha melepaskan pelukan Kaesang. Setelah beberapa saat bergumul, Kaesang akhirnya melepaskan pelukannya, mundur sedikit. Ia menatap Tyas dengan gemas, tersenyum.

"Kamu sarapan dulu di bawah ya sama yang lain, aku mau mandi dulu terus anterin kamu ke sekolah. Sekalian aku juga mau ke kampus nanti," kata Kaesang sambil turun dari ranjang.

Ia langsung menuju kamar mandi, meninggalkan Tyas yang tersenyum. Tyas pun beranjak dari tempat tidur, mengambil tas dan buku-buku mengajarnya dari meja dekat sofa. Sambil menenteng tasnya, ia keluar kamar dan bergabung dengan keluarga mereka yang lain untuk sarapan.

Beberapa saat kemudian, Kaesang keluar dari kamar mandi, tubuhnya masih basah kuyup. Ia hanya melilitkan handuk di pinggang, memperlihatkan tubuh kekarnya yang menawan.

Dengan langkah ringan, ia meraih kaos polos, kemeja biru tua lengan pendek, dan celana chinos dari lemari. Setelah berpakaian, ia beranjak ke meja rias, menyisir rambutnya dan mengoleskan beberapa produk perawatan kulit khusus pria yang dipesannya langsung dari Italia.

Kaesang tampak serius mengoleskan serum dan pelembab wajahnya, sesekali ia bercermin untuk memastikan semua sudah rata. Wajahnya yang masih terlihat mengantuk perlahan berubah ceria saat ia melihat pantulan dirinya di cermin. Senyumnya merekah, "Okay, good," gumamnya dengan semangat.

Ia kemudian mengambil tas kuliahnya yang sudah terisi buku-buku tebal dan laptop. Ponselnya yang berdering di atas meja rias langsung ia masukkan ke dalam tas. Langkahnya gesit menuju rak sepatu, ia memilih sepatu sneakers kesukaannya dan segera memakainya.

"Ready," serunya, kemudian ia keluar dari kamar dan berjalan menuju ruang makan. Di sana, Tyas sudah duduk di meja makan bersama keluarga yang lain. Kaesang tersenyum lebar, "Pagi semua" serunya dengan semangat.

Tyas yang melihat Kaesang keluar dari kamar langsung tersenyum, "Kamu udah siap?" tanyanya.

"Udah dong, udah rapi gini. Yuk, sarapan," jawab Kaesang sambil menghampiri Tyas dan duduk di sampingnya.

Suasana sarapan pagi itu terasa hangat dan penuh canda tawa. Kaesang dan Tyas terlihat mesra, saling melempar senyum dan berbisik-bisik di sela-sela makan.

"Senang sekali melihat Kaesang sekarang. Dia jauh lebih ceria, sudah kembali seperti dirinya yang dulu. Semua ini berkat Tyas. Terima kasih, Tyas, kamu anugerah Tuhan untuk keluarga kita. Kamu seperti matahari bagi Kaesang. Mama sayang kamu," ucap Mama Zora di dalam hati melihat keromantisan Kaesang dan Tyas.

Matanya berkaca-kaca, air mata perlahan menetes di pipinya. Hatinya terasa hangat, ia sangat bersyukur. Perubahan Kaesang ini terasa seperti hadiah terbesar dari Tuhan untuk mereka. Ia merasa jika keluarganya lengkap sekarang.

Setelah sarapan, Kaesang mengantar Tyas ke sekolah. Di perjalanan, suasana mobil dipenuhi canda tawa. Kaesang sesekali menggenggam tangan Tyas, dan Tyas hanya tersenyum malu-malu. Sesampainya di sekolah, Kaesang turun dan membukakan pintu mobil untuk Tyas.

"Selamat mengajar ya, Dear. Jangan lupa makan siang," bisik Kaesang, matanya menatap lekat ke mata Tyas. Ia mencium kening Tyas singkat, sebelum Tyas bergegas masuk ke dalam gedung sekolah.

Tyas mengajar dengan penuh semangat. Meskipun sedikit gugup di awal, ia berhasil melewati hari itu dengan baik. Para guru menyambutnya dengan hangat, tidak ada lagi ejekan seperti yang ia khawatirkan. Beberapa bahkan menanyakan kabar Kaesang. Tyas merasa lega dan bersyukur.

Setelah mengajar, Tyas langsung dijemput Kaesang di depan gerbang sekolah. Tanpa basa-basi, mereka pun pulang. Sesampainya di rumah Kaesang lanjut pergi ke kantor papanya untuk bekerja. Tyas masuk ke dalam rumah dan mendapati Mama Zora sedang duduk di ruang tamu, sambil memainkan ponselnya. Melihat Tyas, Mama Zora tersenyum hangat.

"Gimana mengajarmu hari ini, Yas?" tanya Mama Zora.

"Baik, Ma. Semua berjalan lancar," jawab Tyas, sambil memeluk Mama Zora. Ia bercerita tentang hari mengajarnya, dan Mama Zora mendengarkan dengan penuh perhatian.

Bersambung ...

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!