Cinta, sebuah anugerah yang tak selalu mudah didapatkan. Apalagi ketika harus memilih di antara dua hati yang begitu dekat, dua jiwa yang begitu mirip. Kisah mengharukan tentang cinta, pengorbanan, dan pencarian jati diri di tengah pusaran emosi yang membingungkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HniHndyni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perasaan Kanaya
Anya, merasa frustasi dan bingung, memutuskan untuk menyelidiki sendiri. Ia ingat Kanaya pernah menyebutkan beberapa kejadian di masa lalu yang menurutnya menunjukkan sikap Migo yang mencurigakan. Anya mulai menanyakan hal tersebut kepada teman-teman lain yang juga mengenal Migo dan Kanaya.
Dengan hati-hati, Anya mendekati beberapa teman dekat Kanaya dan Migo. Ia mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang tidak langsung, mencoba menggali informasi tanpa membuat mereka curiga. Ia ingin memahami dinamika persahabatan ketiganya dari sudut pandang orang lain. Lambat laun, sebuah gambaran mulai terbentuk.
Ternyata, sebelum gosip tentang Kanaya menyebar, ada sebuah pertengkaran kecil antara Kanaya dan Migo. Pertengkaran itu bermula dari sebuah kesalahpahaman sepele, namun perkataan Migo yang kurang bijak telah menyakiti hati Kanaya. Meskipun pertengkaran itu sudah diselesaikan, rasa sakit hati Kanaya masih tertinggal.
Anya juga menemukan fakta bahwa Migo, meskipun membela Kanaya di depan umum, pernah berbisik hal-hal negatif tentang Kanaya kepada beberapa teman dekatnya. Hal ini tidak disadari oleh Kanaya, namun hal ini membuat Kanaya merasa dikhianati ketika gosip itu tersebar. Meskipun Migo tidak secara langsung menyebarkan gosip itu, perkataannya yang kurang hati-hati telah membuat gosip itu lebih mudah tersebar.
Anya menyadari bahwa kesalahpahaman dan komunikasi yang buruk telah menjadi akar permasalahan ini. Bukan hanya Bianca yang bertanggung jawab atas penyebaran gosip, tetapi juga Migo yang telah secara tidak sengaja berkontribusi pada situasi tersebut. Ia merasa kasihan kepada Kanaya yang harus menanggung beban berat akibat kesalahpahaman ini.
Dengan informasi yang telah dikumpulkan, Anya memutuskan untuk berbicara dengan Migo dan Kanaya secara terpisah. Ia menjelaskan temuannya dengan tenang dan bijaksana, mencoba membantu mereka untuk memahami perspektif masing-masing. Anya menekankan pentingnya komunikasi yang terbuka dan jujur dalam sebuah persahabatan.
Migo, setelah mendengar penjelasan Anya, akhirnya mengakui kesalahannya. Ia menyesali perkataannya yang telah menyakiti Kanaya dan secara tidak langsung berkontribusi pada penyebaran gosip. Ia berjanji untuk memperbaiki kesalahannya dan berkomunikasi dengan lebih baik di masa depan.
Kanaya, setelah mendengar penjelasan Anya dan pengakuan Migo, merasa lebih tenang. Ia menyadari bahwa ia telah terlalu cepat menyalahkan Migo. Meskipun masih ada rasa sakit hati yang tersisa, ia bersedia untuk memaafkan Migo dan memperbaiki hubungan mereka.
Ketiga sahabat itu akhirnya berdamai. Mereka belajar dari pengalaman pahit ini, bahwa komunikasi yang terbuka dan jujur sangat penting dalam sebuah persahabatan. Mereka juga belajar untuk lebih menghargai perasaan satu sama lain dan saling memaafkan. Persahabatan mereka, yang sempat berada di ujung tanduk, kini semakin kuat dan lebih matang dari sebelumnya. Mereka menyadari bahwa persahabatan yang sejati mampu melewati segala rintangan dan tantangan,asalkan ada kejujuran,kepercayaan, dan komunikasi yang baik.
Suasana di rumah sakit berubah tegang. Kanaya, yang baru saja pulih dari pingsannya, tiba-tiba menatap Migo dengan tatapan intens. Wajahnya memerah, dan tangannya mengepal erat. Anya, yang duduk di samping mereka, memperhatikan dengan cemas.
"Migo," kata Kanaya, suaranya bergetar, "aku… aku tidak bisa menahan perasaanku lagi."
Migo terkesiap, matanya melebar tak percaya. Ia tidak menyangka Kanaya akan mengungkapkan perasaannya seperti ini, apalagi setelah pertengkaran mereka sebelumnya. Ia menatap Anya, seolah meminta bantuan.
"Kanaya… aku…" Migo tergagap, tidak tahu harus berkata apa.
"Aku menyukaimu, Migo," Kanaya melanjutkan, suaranya semakin lantang. "Aku menyukaimu sejak lama. Aku tahu ini mungkin mengejutkan, tapi aku tidak bisa menyembunyikan perasaanku lagi."
Anya tercengang. Ia tidak pernah menyangka Kanaya menyimpan perasaan seperti itu kepada Migo. Ia melirik Migo yang tampak bingung dan sedikit terkejut.
"Kanaya," kata Migo, suaranya lembut, "aku… aku tidak tahu harus berkata apa. Aku… aku tidak pernah menganggapmu lebih dari seorang sahabat."
Kanaya terlihat kecewa, namun ia tidak menyerah. "Aku tahu," katanya, "tapi aku mohon, berikan aku kesempatan. Berikan aku kesempatan untuk membuktikan perasaanku padamu."
"Kanaya," Anya mencoba menengahi, "Mungkin kalian perlu waktu untuk menenangkan diri. Ini semua sangat mengejutkan."
Namun, Kanaya menolak untuk mundur. Ia semakin mendesak Migo untuk menerima perasaannya. Ia mengatakan bahwa ia tidak bisa membayangkan hidupnya tanpa Migo. Ia mengatakan bahwa ia sangat mencintai Migo.
"Aku… aku tidak bisa memaksamu, Migo," kata Kanaya, suaranya bergetar. "Tapi aku mohon, pertimbangkanlah perasaanku."
Migo terlihat sangat tertekan. Ia berada dalam posisi yang sulit. Ia tidak ingin menyakiti Kanaya, tetapi ia juga tidak bisa membalas perasaannya. Ia sangat menghargai persahabatan mereka, dan ia tidak ingin merusak persahabatan itu.
"Kanaya," kata Migo, suaranya pelan, "aku menghargai kejujuranmu. Tapi aku tidak bisa membalas perasaanku. Aku menganggapmu sebagai sahabatku, dan aku tidak ingin merusak persahabatan kita."
Kanaya terdiam, air mata mulai mengalir di pipinya. Ia merasa sangat kecewa dan sakit hati. Ia tidak menyangka Migo akan menolaknya. Anya mencoba menghibur Kanaya, mengatakan bahwa ini bukan akhir dari segalanya. Ia mengatakan bahwa Kanaya masih memiliki banyak kesempatan untuk menemukan cinta sejatinya.
Keheningan menyelimuti ruangan. Anya melihat Migo dan Kanaya saling memandang dengan tatapan yang rumit. Persahabatan mereka, yang baru saja pulih dari krisis, kini kembali diuji oleh perasaan yang tak terduga. Anya hanya bisa berharap bahwa mereka bertiga bisa melewati masa sulit ini dengan baik. Masa depan persahabatan mereka, dan bahkan mungkin masa depan hubungan mereka,tampak belum jelas.