NovelToon NovelToon
Binar Cakrawala

Binar Cakrawala

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Cintapertama / Cintamanis / Teen School/College / Romansa / Slice of Life
Popularitas:3.1k
Nilai: 5
Nama Author: And_waeyo

Binar jatuh cinta pada kakak kelasnya sudah sangat lama, namun ketika ia merasa cintanya mulai terbalas, ada saja tingkah lelaki itu yang membuatnya naik darah atau bahkan mempertanyakan kembali perasaan itu.

Walau mereka pada kenyataannya kembali dekat, entah kenapa ia merasa bahwa Cakra tetap menjaga jarak darinya, hingga ia bertanya dan terus bertanya ..., Apa benar Cakrawala juga merasakan perasaan yang sama dengannya?

"Jika pada awalnya kita hanya dua orang asing yang bukan siapa-siapa, apa salahnya kembali ke awal dimana semua cukup baik dengan itu saja?"

Haruskah Binar bertahan demi membayar penantian? Atau menyerah dan menerima keadaan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon And_waeyo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 13. Dingin

Rambut hitam panjangnya dibiarkan tergerai, wajah gadis itu dilapisi bedak tipis, bibirnya memakai polesan lipbalm supaya terasa lembab, tubuhnya terbalut jaket yang baru dibelikan papinya, sebuah helm ia peluk, dan kini ia sudah merasa sempurna. Binar sedang berada di depan rumah, menunggu Cakrawala yang akan menjemputnya. Tadi, ketika ia selesai sarapan bersama mami dan papinya, mereka sempat-sempatnya menggoda Binar yang akan dijemput Cakra. Ia malu, tapi senang-senang saja.

Tak perlu lama menunggu, sang pangeran pun datang dengan kuda besinya. Kedua bibir Binar membentuk lengkungan ke atas. Cakra memberhentikan motor di depan teras rumah besar itu. Lalu kini, Binar melangkah menghampiri Cakra setelah sebelumnya mengambil sebuah box dari atas meja yang ada di teras rumahnya.

"Pagi Kak Cakra, ini ada sesuatu dari papi aku," kata Binar sambil mengulurkan box yang ia pegang pada Cakra.

Kening Cakra mengernyit. "Ini apa?" tanyanya sambil menerima box itu.

"Buka aja."

"Nanti aja deh, ayo buruan naik," kata Cakra.

Lalu, lelaki itu mengambil tas yang ia gendong dan memasukan box-nya ke dalam tas. Setelah selesai, ia menggendong tasnya kembali. Binar kecewa melihat itu, ia mau Cakra segera membuka box dan memakai jaket di dalamnya seperti dirinya, sementara jaket yang Cakra pakai sekarang lepaskan saja. Meski ia tak menyuarakan itu.

"Oke" Binar memakai helm, lalu menaiki motor.

Cakra menyalakan motornya, ia memutar arah dan melajukan kuda besi itu. Sementara Binar berpegangan pada jaket yang Cakra pakai.

Setelah beberapa saat, keduanya diliputi keheningan. Binar lumayan bosan. Ia ingin mengobrol dengan Cakra.

"Kenapa Kak Cakra kemarin nggak balas pesan aku?"

"Sibuk."

"Sibuk apa?"

"Belajar."

"Oh, gitu."

Binar kembali diam, ia tak tahu apa yang harus dibahas lagi. Apalagi setelah Cakra menjawabnya agak cuek barusan, singkat, padat dan jelas. Ia mau jawaban yang panjang biar obrolannya juga bisa diperpanjang.

***

Mereka sampai di sekolah, keduanya sudah turun dari motor, baik Binar maupun Cakra tidak ada yang berbicara lagi. Binar bingung, ekspresi Cakra terlihat sangat dingin. Kebingungannya bertambah ketika Cakra melangkah begitu saja meninggalkannya menuju koridor.

"Kak Cakra!" Binar refleks agak berteriak dan menyusul.

"Tungguin," kata gadis itu sambil memegang lengan jaket yang digunakan Cakra.

Cakra masih tak bersuara, ia juga tak menatap Binar dan betah saja melanjutkan langkah. Ok, Binar merasa ada yang tidak beres di sini. Maka, ia berdiri di hadapan Cakra dan menghalangi langkah lelaki itu, Binar merentangkan tangannya sesaat.

"Kak Cakra kenapa?"

Lelaki itu awalnya mengernyit, berikutnya ia mengalihkan pandangan dari Binar.

"Maksud lo? Gue nggak paham. Minggir."

Cakra mendorong pelan tubuh Binar dengan tangan kirinya hingga gadis itu terdorong ke samping. Ia lanjut melangkah tanpa menghiraukan Binar yang kini memanyunkan bibir. Gadis itu menatap Cakra yang semakin menjauh dari tempatnya berdiri dengan tatapan yang tidak bisa diartikan.

Kemudian Binar menghela napas pelan, ia melanjutkan langkah dengan tak semangat menuju kelasnya.

***

Pelangi sudah lebih dahulu datang, ia melihat Binar memasuki kelas, namun Binar nampak tak lebih semangat dari biasanya, hal itu memunculkan tanda tanya di kelapa Pelangi.

"Kenapa lo, Bi?" tanya Pelangi sambil mengernyitkan kening setelah Binar duduk di kursi.

Binar menggelengkan kepala. "Gue nggak tahu kenapa, gue ngerasa ada yang beda sama kak Cakra."

"Ha? Beda gimana?"

"Auranya beda Na, dia kaya cuek gitu, entahlah. Gue nggak ngerti. Ekspresinya tadi waktu jemput gue sampai ke sini dingin banget. Beda sama kak Cakra yang gue tahu selama ini, dia kan kaya nyablak gitu Na, tapi dari tadi diam aja, kan gue takut."

Pelangi menghela napas pelan. "Ya mungkin kak Cakra yang lo tahu selama ini nggak seperti kak Cakra yang sebenarnya, dan setelah jadi pacarnya, lo tahu gimana aslinya dia. Kayak gitu wajar deh Bi."

Binar kembali menggelengkan kepala. "Nggak Na, nggak gitu. Gue tahu gimana dia."

"Kalau lo tahu gimana dia, lo nggak akan pusing kenapa dia bersikap gitu sama lo," kata Pelangi.

Binar mengacak rambutnya dengan frustasi. Kemudian menidurkan kepala di atas meja. Ia sangat bingung. Walau Binar menduga, Cakra mungkin masih kesal dengan kejadian kemarin.

Biasanya, seseorang yang tak bertemu cukup lama dengan saudaranya pasti akan senang jika akhirnya bisa bertemu. Tapi Cakra tidak. Ia tahu alasan Cakra nampak tak suka dengan keberadaan kakak lelaki itu sendiri setelah semalam saling bertukar pesan dengan Senopati. Tapi, bagaimana ia bisa membujuk Cakra jika Cakra juga kesal padanya? Bagaimana ia bisa memperbaiki semua ini?

"Terus gue harus gimana?" gumam Binar yang masih bisa didengar Pelangi.

"Jangan terlalu dipikirin Bi. Kalau gini lo malah nyiksa diri lo sendiri. Bawa enjoy aja, atau lo bisa tanyain langsung ke kak Cakra siapa tahu dia ada masalah."

"Tadi gue udah nanya dia kenapa, tapi dia tetap gitu. Dia nggak ngasih jawaban dan alasan dari sikapnya. Gue nggak dapat pencerahan."

Pelangi mengangkat bahu. "Mungkin dia emang nggak papa."

"Aargh ... lo tuh nggak ngerti, dia itu kenapa-napa Na!" keukeuh Binar.

"Yaudah iya, nanti lo coba bicarain lagi sama dia oke?"

Binar menghela napas pelan. "Entahlah."

"Percaya deh sama gue Bi. Jangan putus asa, setiap masalah yang berhasil lo hadapi membawa lo ke tingkat yang lebih tinggi. Ibarat kita lagi main game, setelah kita selesai level satu, kita bakal lanjut ke level selanjutnya yang mungkin masalahnya lebih berat dari level satu. Jadi lo harus ingat, setiap masalah yang lo hadapi membawa lo pada level selanjutnya, dan pada derajat yang lebih tinggi."

"Gitu? Jadi habis ini gue bakal dikasih masalah yang lebih sulit? Nggak mau ah!" Binar lesu.

Pelangi menahan diri untuk tak melempar meja saat ini juga saking emosinya.

"Astaga intinya bukan itu, kenapa lo malah nangkapnya gitu? Lo mau stuck di masalah ini? Gimana kalau masalah lain muncul? Masalah itu buat dihadapi, bukan malah ditumpuk gini. Harus lo selesain, Bi."

"Bodo ah gue pusing."

"Udah panjang-panjang ceramah, reaksi lo malah gini. Udahlah, intinya sekarang lo jangan biarin hal kayak gini nurunin semangat lo. Alihin pikiran ke hal lain dulu, bias lo tuh contohnya. Udah fresh nanti, lo bisa coba nyelesain masalah itu."

Sahabatnya ini ada benarnya juga, pikir Binar.

"Gue mau lihat-lihat video idol kesukaan gue aja deh."

"Heh! Ini di sekolah!" tegur Pelangi.

"Terus kenapa kalau di sekolah?"

"Enggak kenapa-napa, cuma bentar lagi jam pelajaran mau mulai."

Binar mendecak singkat. Ia cemberut. "Malas banget deh. Lagi bad mood gini kan butuh mood booster, gue butuh oppa dan kawan-kawannya."

"Hadeuh dasar ya emang lo. Nyesel deh tadi gue ingetin."

1
anggita
biar ga cemburu terus, kasih like👍+iklan☝.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!