Jillian Amberly, seorang gadis muda, menginjak usia 18 tahun yang masih duduk dibangku sekolah tidak sengaja melakukan One Night Stand di tempat kerjanya dengan seorang lelaki bernama Alfred Dario Garfield seorang pria Bergelar Dokter spesialis Patologi, ternama disalah satu rumah sakit besar di kota Milan.
Lelaki berprofesi dokter itu, berniat menikahi Jillian sebagai bentuk tanggung jawab atas kekhilafan nya yang tidak disengaja tapi Jillian menolak mentah-mentah seolah mengatakan dirinya tidak akan hamil hanya karena bercinta satu malam.
Tapi! semua itu hanyalah angan dan mimpi dalam tidur Jillian nyatanya saat ini ia memegang teshpeck yang menunjukkan garis dua, tangan Jillian bergetar air matanya sudah tidak dibendung lagi.
Bagaimana ia harus memberitahu kebenaran ini pada keluarganya? keluarganya saja tidak memperdulikan nya. Lalu pria yang bercinta dengan nya bagaimana? apa dia percaya dengan Jillian?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon adelita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EPISODE 17
Ditanya seperti itu, mata Jillian kembali berkaca-kaca.
" Ada apa Jillian? katakan pada saya? " tanya Dario menggenggam jemari tangan Jillian.
Tangisan Jillian seketika pecah, ia menangis tersedu-sedu Dario memeluk wanita itu menenggelamkan kepala Jillian di dada bidangnya. Dario mengusap rambut dan punggung Jillian seraya kembali bertanya.
" Ak-aku di usir, P-papa Om. " ucap Jillian dengan parau.
" Papa? bukannya Papa mu kembai dalam 2 minggu lagi? " tanya Dario.
" A-aku gak tahu, kenapa Papa pulang begitu cepat. tapi mereka sudah tahu mengenai kehamilan ku. " jawab Jillian.
Dario sungguh menyesali hal ini, kenapa harus ketahuan sebelum ia datang kerumah Jillian? harusnya kejadian seperti ini tidak menimpa Jillian jika ia datang lebih cepat tanpa mengulur waktu.
" Kenapa tidak menghubungi saya? saya bisa menjemput kamu? "tanya Dario.
" Ak-aku tidak mau merepotkan Om Dokter lagi, sudah cukup aku merepotkan Om. " jelas Jillian.
" Kalau tidak ada musibah yang menimpa mu seperti ini, kau berencana akan pergi kemana? " tanya Dario.
" Ak-aku gak tahu, harus kemana. mungkin aku akan menginap dirumah sahabatku. " ucap Jillian lagi.
" Bag- "
KLEK...
Bertepatan dengan pintu terbuka, seorang perempuan yang sudah tidak lagi muda berada di disana.
" Jillian. " seru Jennifer muncul dari balik pintu rumah sakit, wanita itu menghampiri calon menantunya dan memeluknya sayang.
" Tante khawatir sama keadaan kamu nak, bagaimana sekarang? sudah baikan? " tanya Jennifer melepaskan pelukan nya.
" Iya tante sudah baikan. " Jawab Jillian.
" Kenapa kamu gak telepon Dario? kalau tahu begini mendingan kamu gak usah pulang semalam, menginap dirumah tante saja. " ucap Jennifer.
" Tante gak perlu marah-marah, aku sudak tidak apa-apa kok. " Jawab Jillian.
" Saat Dario hubungi Tante mengenai kondisimu, Tante buru-buru langsung kemari. " ucap Jennifer.
" Maaf ya, buat tante khawatir. " ucap Jillian.
" Kamu gak perlu minta maaf, ini salah kami. " ucap Jennifer.
" Tante gak salah, memang orang tua ku aja yang gak sayang dan gak perduli sama aku. " jawab Jillian sedih.
" Gak boleh bilang begitu, semua orang tua pasti sayang sama anaknya, mereka cuman karena emosi dan merasa kecewa saja, orang tua mu pati menyesalinya saat ini." ucap Jennifer.
" Gak! Tante gak kenal bagaimana sifat Papa! dia di depan publik terlihat berwibawa tapi kenyataan nya sifatnya begitu buruk. " ucap Jillian.
" Ya sudah sekarang Kamu sudah makan? kalau belum Tante akan belikan. " ucap Jennifer.
" Biar aku saja Ma, kalian mengobrol saja. " ucap Dario.
" Eh! gak usah, kamu disini saja. biar mama saja yang belikan. " ucap Jennifer.
" Kalian mau makan apa? " tanya Jennifer lagi.
" Aku sembarang saja Ma, kalau Om bagiamana? "tanya Jillian.
" Sama, sembarang saja. " Jawab Dario.
" Mama keluar dulu ya, kalian lanjutkan saja obrolan nya. " Ucap Jennifer.
BLAM..
Tinggallah mereka berdua saja disana.
" Oh ya, Saya lupa menanyakan sesuatu sama kamu. " ucap Dario baru ingat.
" Apa Om? " tanya Jillian.
" Kamu kenal, Gebrian Leaman? " tanya Dario.
" Geb? dia sahabat aku, Om mengenalnya? " tanya Jillian balik.
" Ya, hanya pernah dengar saja namanya. saat pergi menjemput mu pulang sekolah saat itu. " Jawab Dario sekenanya.
" Om yakin? tidak berbohong padaku? " tanya Jillian lagi.
" Sudahlah, tidak usah membahas orang lain. apa ada yang terasa tidak nyaman? " tanya Dario.
" Om yakin? jujur saja Om, apa dia berbuat yang tidka-tidak? " tanya Jillian kekeh.
" Gak ada Jillian! " jawab Dario.
" Syukurlah kalau gitu. " jawab Jillian lega.
Pintu dibuka dari luar, Jennifer membawa kantong plastik dan nampan di tangan nya.
" Tante bawa makanan buat kalian, oh ya. saat Tante mau kesini tadi ada suster yang antar makanan buat kamu, jadi Tante bawa saja sekalian. " ucap Jennifer meletakan nampan di atas nakas.
" Kau makanlah. " ucap Jennifer memberikan kotakan pada Dario.
" Ah, ku kira tidak mendapatkan sarapan dari rumah sakit. " ucap Jillian saat Dario begitu telaten memasang meja yang sudah dirakit menjadi satu di brankar begitu juga dengan Jennifer yang sigap mengambil alih peralatan makan untuk diberikan pada Jillian.
" Tentu kau dapat, semua rumah sakit pasti mendapatkan nya. " ucap Dario.
"Mama kira tidak ada tadi, kenapa kamu tidak bilang pada Mama Dar? " dengus Jennifer.
" Aku tidak mau berdebat dengan Mama jadi kubiarkan saja. " Jawab Dario yang begitu tahu tabiat Mama nya yang tidak bisa dibantah kalau dalam urusan apapun menurutnya dia yang paling tahu.
Jennifer misuh-misuh tidak jelas saking dongkolnya.
" Sini, biar Tante suapin kamu. " ucap Jennifer mengambil alih sendok yang sudah dipegang Jillian.
" Eh gak usah Tante, aku bisa sendiri. " ucap Jillian hendak mengambil kembali tapi langsung dijauhkan Jennifer.
" Tidak, tidak! Tante yang akan suapin kamu makan." ucap Jennifer keras kepala.
Jillian terharu mendengar melihat perhatian yang diberikan Jennifer, padahal dia bukan ibu kandung atau ibu tiri Jillian, hanya calon ibu mertua tapi sebaik ini? beruntung sekali yang menjadi menantu keluarga mereka. padahal mereka hanyalah orang asing yang baru saja mengenal.
Jillian makan begitu lahap, sampai semuanya habis tidak tersisa. Jennifer membersihkan yang kotor-kotor diletakan nya di meja agar pekerja disini hanya perlu mengambilnya saja.
" Masih lapar? " tanya Dario melihat Jillian yang sudah selesai makan menghabiskan semua makanan nya tanpa sisa.
" Udah kenyang, makasih Tante udah mau suapin aku. " ucap Jillian tersenyum senang.
"Sama-sama sayang, Tante gak bisa lama-lama disini. mau pulang dulu soalnya calon mertua kamu itu ribet banget! harus ada Tante dirumah kalau gak ada bisa ngamuk kayak orang gila. " ucap Jennifer kesal.
" Pulang lah Ma, aku yang akan menjaga Jillian disini. " ucap Dario.
" Mama pergi dulu ya Dar, jaga menantu mama baik-baik loh. " ucap Jenifer.
" Iya Ma. " jawab Dario.
" Hati-hati tante. " ucap Jillian menyalami wanita itu.
" Kalau Dario macam-macam sama kamu! langsung hubungi Tante aja. " ucap JEnnifer.
" Aman aja Tante. " Jawab Jillian terkekeh pelan.
BLAM...
" Kau masih lapar? " tanya Dario lagi.
" Ck, aku sudah kenyang Om! lihatlah perut ku menggembung parah. " ucap Jillian memukul-mukul pelan perutnya.
" Kalau kau masih lapar, masih ada stu lagi kotakan. Mama membelinya 2. " ucap Dario.
" Nanti aja deh, porsi makanan rumah sakit saja sudah banyak banget. tapi biasanya kadang habis kadang gak habis loh makan nya. " ucap Jillian.
" Bagus dong, nutrisi mu bertambah jika kau menghabisi semuanya. " jawab Dario lagi.
" Tapi ya Om Dokter, semenjak hamil. kenapa aku makannya jadi banyak banget ya? kadang kalau makan mie instan langsung 2 bungkus. " ucap Jillian.
" Itu karena kamu sedang hamil, jadi nutrisinya untuk dua orang. saya sudah bilang kan jangan makan mie instans lagi!!! " peringat Dario.
" Itu kan dulu sebelum ketemu Om Dokter, beberapa hari terakhir aku kan makannya sama Om Dokter terus jadi jarang makan Mie instans. " ucap Jillian terkekeh pelan.