Emily, 25 tahun. Dia harus terjebak diantara permintaan bos nya untuk bisa diterima menjadi sekretaris di PT Dinar Sastra.
Satria,35 tahun . Pimpinan yg dikenal dingin dan jutek itu memiliki kepribadian unik. Tempramental dan manja seperti layaknya bayi .
Namun, siapa sangka seiring berjalannya waktu bersama mereka berdua menumbuh kan rasa cinta tetapi bagaimana status Satria yg masih memiliki istri ?,Bisakah mereka bersatu diantara kecaman keluarga mereka..?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lulu Berlian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17
Ada secercah hati yg menghangat dan Emily segera membuang itu jauh-jauh ,mungkin memang jarak rumah ini tidak begitu jauh .Siapa tau memang Satria sering membawa wanita ke rumah lainnya.
"Emmhh. Maaf Bi . Apa Bibi tau Pak Satria sudah memiliki istri??"
Wanita baya itu tersenyum tipis .
"Bahkan saya yg merawat Den Satria dari bayi ,dia seperti anak saya sendiri Non..!"
Emily mencelos ,pantas saja ia merasakan jiwa ke ibuan itu ternyata bisa di katakan dia ini Ibu pengasuh nya Satria.
"Saya tinggal di sini udah lama Non ,awalnya di rumah tuan dan nyonya . Ketika Pak Satria menikah saya ikut tinggal bersama nya tapi itu hanya sebentar .".
Kening Emily mengerut.
"Maksudnya nya Bi??"
"Mereka pisah rumah sejak lama seperti tidak ada kecocokan antara ke duanya "
"Bukannya mereka saling cinta??"
"Sulit di jelaskan untuk orang besar seperti mereka Non."
Emily terdiam , mengerti maksud dari wanita itu .Memang bos-bos besar di antaranya selalu menggunakan perjodohan untuk memperkuat perusahaan.
"Bibi ke belakang dulu ya Non..!".Kalau ada baju kotor atau ada perlu apa-apa tinggal telepon melalui intercom itu saja.!"
Emily mengikuti arah tunjuk dan saking besarnya rumah ini tersedia intercom untuk saling menyambung pesan .Gak bisa di bayangin jika harus berteriak memanggil mereka bisa di pastikan suara nya habis duluan.
"Oh . Iya nama Bibi siapa?"
"Shanum ..Non.."
Emily sekali lagi melihat senyum tulus itu sebelum wanita baya bernama Shanum itu berlalu.
"Trus kenapa gue harus di bawa ke sini ?? Tidakkah ada rumah yg lebih sepi ??Jujur aja udah nyaman banget di apartment .Jika seperti ini gue takut berasa ada yg ngawasin."
Emily bermonolog dengan dirinya sendiri mengedarkan pandangannya ke segala penjuru rumah. Atap nya yg tinggi membuat suasana rumah semakin dingin .
Emily merasakan ranjangnya bergerak ,padahal baru saja memejamkan mata . Rambutnya seperti ada yg mengelus ,napas hangat seseorang seakan menerpa pipi nya .
"Enghhm.."
Emily melenguh dan badannya bergerak gelisah.
"Sstttt ...Sleep again baby..!"
Satria mengelus lembut pipi Emily tak lupa membubuhkan kecupan-kecupan ringan di pipinya.
"Pak ."
"Don't call me like that "
"Mas.."
Emily membuka sebelah matanya , sedikit lega karena pria yg berada di atasnya itu adalah Satria.
"Sleep again ,saya hanya ingin menyesap sedikit energi saja sayang..!"
Emily mendongak merasakan Satria menciumi lehernya. Pria itu berbaring menyamping sembari tangannya tidak mau diam mengelus pipi nya.
"Manis ... Sayang..!"
Satu kecupan lagi Satria bubuhkan di leher Emily hingga membentuk sebuah tanda kemerahan di sana . Satria tersenyum puas pasti nanti pagi akan berubah menjadi keunguan.
Ciuman Satria semakin menurun hingga dua kancing baju Emily terlepas , Satria merasa semakin puas karena ini lah yg ia inginkan .
"Saya harap kamu tidak pernah memakainya ketika bersama ku , sayang."
Setelah itu Emily tidak tau apa yg terjadi dengan tubuhnya karena mata nya benar-benar terasa berat ,seharian tenaganya terkuras banyak sekali masalah yg menghampiri nya.
Emily terbangun kala alarm ponsel berbunyi ,ah ralat ini adalah alarm dari ponsel Satria .Selama mereka tinggal bersama Emily jadi tau pria itu tidak bisa bangun jika tanpa alarm.
Melirik ke samping, wajah Satria yg polos dan rahang nya yg tegas membuat nya semakin terlihat tampan . Ketika tidur seperti ini tidak ada Satria yg kejam yg biasa ia lihat .
Pria itu polos seperti bayi bahkan posisi tidurnya membuat Emily menahan tawa dan mulut Satria terbuka lebar .
"Aku tidak tau apa yg terjadi di kehidupan Bapak ,hanya saja aku bisa lihat secercah kelembutan di hati bapak ".
Emily mencoba melepaskan tangan Satria dari perutnya. Betapa terkejutnya ketika ia sadar pakaian atas nya telah tanggal .
"Astaga..!"
Ketika melihat ke bawah Emily bisa bernafas lega masih utuh, seperti nya pria itu memang hanya ingin bermain-main dengan tubuh bagian atasnya saja.
Secepat kilat ia berlari ke kamar mandi takut Satria terbangun menemukan dirinya sedang setengah nak****ed seperti ini.
"Ini masih aman kan Em...? Sesuai kontrak kan?? Ayo lah Emily elo sendiri yg mengiyakan semua ini "
Emily menatap dirinya di depan cermin , sebelum mengambil langkah ini dia sudah memikirkan matang-matang .Namun yg membuat nya takut adalah pandangan orang sekitar.
Bagaimana dengan Sebastian jika ia tau..? Lalu orang tuanya Satria ? Terlebih mereka belum bercerai ia hanya takut menjadi orang ke tiga di antara mereka.
"Habis mandi ..?"
Satria terlihat sudah segar di atas ranjang ,tubuh bagian atas pria itu tidak mengenakkan apapun hanya menggunakan boxer ketat saja .
"Iya Mas .."
Emily mati-matian menelan salivanya .
"Hari ini tidak perlu ke kantor ,kamu saya liburkan.."
Kening Emily mengerut .
"Tapi Mas hari ini ada pertemuan dengan..."
"Kamu ingin bertemu pria itu..?"
Satria beranjak dari ranjang ia berjalan perlahan mendekati Emily.
"Bu ...bukan itu maksudnya tapi....."
"Jadilah wanita penurut ,Baby . Karena saya tidak akan tau kapan bermain kasar pada mu.."
Satria mencuri satu kecupan di ujung bibir Emily ,menyesap rasa mint dari pasta gigi.
"Morning kiss.."
Benar-benar jantung Emily selalu di ajak bermain roller coaster ketika bersama Satria, pria itu selalu sukses membuat nya gugup setengah mati.
"Pagi ..Non. Hhwaduh..cerah amat wajahnya .Heee. Maaf ya Bibi lancang .Tapi bener deh hari ini Non terlihat lebih fress."
"Ah Bibi bisa saja kan habis mandi.."
Bibi Shanum tertawa ringan .
"Biasanya Bibi kesepian enggak ada yg bisa di ajak ngobrol di rumah ini ,apalagi cuma Bibi satu-satunya wanita di rumah ini."
"Berarti Bibi yg ngerjain semua di sini ,dong??"
"Lagi pula tidak banyak yg bibi kerjakan , karena akan ada maid cadangan yg setiap minggu ke sini
untuk membersihkan rumah."
Emily merasa lega karena ia tidak tega jika memang Bibi Shanum lah yg mengerjakan semua pekerjaan di rumah ini. Hampir saja dirinya ingin protes kepada Satria.
"Oh ..iya Den Satria mana ??"
Emily melirik ke lantai dua ,baru saja di omongin pria itu menuruni anak tangga dengan santai nya .Baju yg di kenakan pria itu terlihat sederhana. Hanya celana selutut serta kaos putih polos.
"Lo ?...emang dia gak kerja?"
"Morning. .Baby ".
Mata Emily melotot sempurna kala dengan beraninya Satria mencuri satu kecupan di pipi nya .Bahkan ada orang lain di depan mereka.
"Mas .!".
Emily berusaha menjauhkan diri dari Satria .
"Bibi ke dapur dulu Non ,Den .!" Silahkan sarapan nya sudah siap "
Bibi Shanum tertawa geli melihat hal yg lain dari Bos nya itu ,tidak pernah ia temukan Satria secerah hari ini. Apalagi terang-terangan menunjukkan kemesraan bersama wanita .
"Astaga...Apa gak mau dia di lihat orang lain..?"
Setelah Bibi Shanum berlalu wajah Satria kembali...