Novel Ini adalah Seasons Kedua Dari Novel Cerai Yuk.
🌹🌹🌹
SINOPSIS
Ditinggal meninggal oleh istri yang sangat ia cintai, membuat dunia seorang Raditya Gunawan, bapak dengan tiga orang anak tersebut, runtuh seketika.
Dia seperti tak memiliki tujuan hidup lagi. Bahkan dirinya tidak mau menikah lagi. Alasan dia bertahan sampai dengan saat ini hanyalah anak-anaknya.
Namun sepertinya prinsip itu mulai tergoyahkan. Saat tanpa sengaja, dia bertemu dengan seorang wanita yang memiliki paras yang begitu mirip dengan mendiang istrinya, Kalista Vionita (Lilis)
Tetapi meski wajah mereka sangat identik, karakter keduanya sangat berbeda. Membuat Raditya begitu sulit untuk menaklukkan pribadi perempuan yang bernama Melisa Indah Permata itu.
"Harus berapa kali gue bilang. Jangan panggil gue dengan nama Lis, gue nggak suka. Tapi panggil gue dengan nama Melisa.. atau Mel.." - Melisa
"Tapi aku suka panggil kamu dengan nama Lis... atau Lilis.. "- Raditya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lv Edelweiss, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MULAI GOYAH
Radit duduk di sofa. Matanya tak terputus melihat Melisa yang tengah bermain dengan Kinan dan Kaila juga Demian, di ruang tengah. Bahkan saking fokusnya, Radit tidak sadar jika sang mama sudah berdiri di sampingnya.
"Tuhan Maha Baik ya Dit." ucap wanita tua itu.
"Eh, ma." Radit menyeka air matanya.
"Siapa pun dia, dari mana pun dia. Dia adalah anugrah untuk kamu Dit."
"Maksud mama?"
"Nanti kamu akan mengerti." wanita tua itu menepuk lengan putranya dan berlalu mendekati Melisa dan ketiga cucunya.
"Oma, lihat. Bunda beliin Kaila Barbie." ucap balita empat tahun itu.
"Wah, cantik sekali. Bilang apa sama Bunda?" ucap omanya.
"Makasih ya Bunda." Kaila menatap Melisa.
"Sama-sama. Cium dulu dong." ucap Melisa. Kaila pun mendekati Melisa dan mengecup pipi gadis bar-bar tersebut.
Namun, meski pun bar-bar dan suka spontan, Melisa dapat menjalankan perannya sebagai Kalista, yang anak-anak Radit kenal selama ini. Apakah itu artinya, bahwa sebenarnya Melisa juga punya jiwa keibuan yang sama seperti yang Kalista punya selama ini? Entah lah. Hanya waktu yang bisa menjawabnya nanti.
"Oma mau bicara sama Bunda sebentar, boleh ya?" ucap mamanya Radit.
"Boleh Oma." Kinan dan Kaila pun mengikuti Sus Laras pergi ke teras depan untuk bermain boneka.
Tinggalah Demian saja di pangkuan Melisa. Bayi laki-laki itu, begitu menggemaskan. Sejak awal dirinya melihat Melisa, dia tidak berhenti tertawa. Menunjukkan giginya yang masih tumbuh dua buah itu. Membuat Melisa begitu gemas.
"Nama kamu, Melisa ya?" tanya mama Radit.
"Iya, bu..." jawab Melisa.
"Panggil mama aja." pinta mama Radit.
"Baik, ma.." ucap Melisa seraya tersenyum manis.
Tiba-tiba saja wanita tua itu menangis dan melihat kepada suaminya, yang sejak tadi duduk di sampingnya. Membuat Melisa juga terbawa suasana. Dia tahu, pasti ibu mertuanya itu merindukan menantunya.
"Apa mama, mau peluk Lilis?" tanya Melisa, yang membuat mama mengalihkan pandangannya kepada menantu kontraknya itu.
"Emangnya boleh? " tanya mama polos.
"Ya tentu boleh dong, ma.."
Mama Radit pun langsung mendekati Melisa dan memeluknya dengan sangat erat. Melisa menepuk-nepuk punggung wanita tua itu.
"Lis... mama rindu sekali sama kamu. Rindu sekali..." mama terisak di pelukan Melisa. Dia berbicara seolah Melisa adalah menantunya yang sudah tiada. Membuat Melisa ikut terenyuh hatinya, dan tanpa dia sadari dia pun ikut meneteskan air mata.
Radit yang berdiri di ruang tamu juga tidak kuasa menahan air matanya. Dia tahu, Melisa memang bukan Kalista, namun sedikit banyaknya, gadis itu sudah membawa warna lain di tengah-tengah keluarganya saat ini.
Mama melepaskan pelukannya dari Melisa. Di pegangnya wajah menantu kontraknya itu. Melisa pun tersenyum manis.
"Terima kasih Melisa. Kamu udah mengobati rindu mama." ucap mama.
"Sama-sama, ma."
"Oh iya, kamu suka apa? Nanti mama masakkan. Nginap di sini dulu ya satu malam. Besok aja baliknya. Ya?" mama tampak bersemangat.
"E.. Ak.. eh, Lilis suka semuanya ma. Rumput diluar juga kalau mama masak, Lilis pasti makan. Hahaha." Melisa tertawa.
Semua yang ada diruangan juga ikut tertawa mendengar jawaban Melisa. Tak terkecuali sang manager, Raditya Gunawan.
"Kamu manis sekali." mama menepuk lembut wajah Melisa.
"Ya udah, mama siapin makan siang dulu ya? Kamu istirahat aja kalau capek. Ya?" ucap mama. Melisa menganggukkan kepalanya.
"Dit, bawa Lilis ke kamar kamu ya." perintah papa. Radit pun menghampiri Melisa.
"Ayo Lis."
Melisa lalu mengikuti Radit menuju ke kamar Radit. Kamar yang dulu Radit gunakan saat dirinya masih duduk di bangku sekolah.
"Silahkan.." ucap Radit.
"Ini kamar lo?" tanya Melisa. Radit mengangguk pelan.
"Ih, apa ini. Ini lo?" tanya Melisa seraya menunjuk foto kecil Radit.
"Iya..." jawab Radit.
"Hahaha... kecil lo imut juga ya? Kenapa gedenya jadi gini." kalimat terakhir Melisa setengah berbisik.
"Gimana?" tanya Radit.
"Enggak. Nggak ada apa-apa."
"Ya udah, aku keluar ya. Kalau ada apa-apa panggil aja." kata Radit. Dia lalu menutup pintu kamar.
...****************...
Melisa mengucek matanya. Dia melihat jam. Sudah pukul 1 siang. Dia lalu bangun dan mengambil kerudungnya. Namun saat dia akan membuka pintu, pintu kamar sudah lebih dulu dibuka oleh seseorang.
"Kamu udah bangun Lis?" tanya Radit.
"Maaf aku pikir kami masih tidur." sambung Radit.
"Iya, nggak apa." ucap Melisa.
"Makan yuk." ajak Radit.
Melisa lalu mengikuti Radit keruang makan. Ternyata semua sudah berkumpul di meja makan.
"Bunda... Ayo kita makan." panggil Kinan. Melisa melempar senyumnya.
Melisa lalu duduk di samping putri sulung atasannya itu. Dia mengusap pucuk kepala Kinan dan Kaila. Membuat Radit melirik kepada mereka bertiga.
"Lis, makan yang banyak ya. Jangan malu-malu." kata mama.
"Iya benar kata mama. Jangan takut-takut gendut." tambah papa.
"Lilis sih makan satu kontainer juga nggak bakalan gemuk ma, pa. Hahahaha." Melisa tertawa lepas. Membuat semua yang ada di meja makan ikut tertawa.
"Bunda, Kaila mau di suap bunda dong." ucap balita imut itu.
"Kaila, bundanya mau makan dulu." tegur Radit. Membuat wajah Kaila cemberut. Melisa melirik sepintas kepada Radit, lalu melihat kepada Kaila.
"Kaila mau bunda suap?" tanya Melisa. Kaila pun mengangguk.
"Ya udah, bunda suap ya." Melisa pun mengambil piring nasi Kaila.
"Aaa... " Kaila langsung membuka mulutnya.
"Kinan juga mau Bunda..." ucap Kinan.
" Kinan mau juga? Ya udah, sini bunda suap juga. Aaa..."
"Ayo siapa lagi? Demian? Aaa...." kata Melisa yang pura-pura menyuap bayi lucu tersebut.
"Siapa lagi?" tanya Melisa.
"Ayah bunda..." ucap Kinan.
"Ayah ya? Kita suap. Aaa.... " tanpa sadar Melisa mengarahkan sendoknya kepada Radit.
"Buka ayah... buka mulutnya... " ucap Kinan dan Kaila. Tangan Melisa masih mengarahkan sendok ke depan mulut Radit. Radit menatap Melisa, begitu juga dengan Melisa. Mama dan Papa hanya tersenyum melihat suami istri kontrak itu.
"Ayah cepetan." teriak Kinan lagi.
Radit pun terpaksa membuka mulut, dan memakan makanan yang Melisa suap. Yang langsung mendapat sorak bahagia dan tepuk tangan dari putri-putrinya dan semua yang ada di ruang makan.
Bagi Melisa itu adalah hal lucu dan biasa saja, namun tidak bagi Radit. Saat dirinya melihat kepada Melisa, yang terlintas di benaknya justru peristiwa dulu.
Tentang bagaimana dulu, saat Kalista menyuapi snack kepada dirinya dengan bibir. Yang kemudian berakhir dengan bercumbu mesra, antara dirinya dengan sang mendiang istrinya itu. Membuat Radit pun tersenyum pelan sambil mengunyah makanan yang disuap oleh Melisa.
Memang sulit dibedakan oleh Radit, tentang siapa yang saat ini ada bersamanya. Sebab selain wajah Melisa yang begitu identik dengan Kalista. Juga karena sedikit demi sedikit, apa yang Melisa lakukan, seperti mengulang semua yang pernah mendiang istrinya itu lakukan. Membuat Radit merasa seperti melihat Kalista yang terlahir kembali.
Entah bagaimana nanti tiga tahun ke depan yang akan Radit lalui, mengingat Melisa yang akan terus berada di dekatnya selama itu. Apakah Radit bisa tetap memegang teguh prinsipnya nanti, tentang hanya akan mencintai Kalista seutuhnya. Seumur hidupnya. Entahlah. Sebab yang terjadi saat ini justru, baru sehari Melisa ada bersamanya, Radit sudah seperti gamang.
*Bersambung
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Kita boleh berniat. Kita boleh berencana. Kita boleh berprinsip. Tapi ingat, ada Tuhan yang Maha Menentukan Segalanya. - LV Edelweiss
...----------------...
WARNING! ⚠️
DILARANG KERAS PLAGIAT ATAU MENCURI HASIL KARYA-KARYA SAYA. JIKA KETAHUAN AKAN SAYA TUNTUT DENGAN UU HAK CIPTA. PENJARA DAN DENDA MILYARAN RUPIAH.
tapi jangan jadi jahat lagi ya... 😊
btw, bapaknya Kalista tau nggak ya kalau anaknya udah meninggal
hidup tanpa ayah/ibu. nggak disukai sodara-sodara...😭
masa cuma gini aja..
penasaran...
masa cuma 3thn lebih lama gk pp mel yo tak dukung sapa tau jodoh 😄🤭
pasti gak menduga si Radit 😄