BY : GULOJOWO NOVEL KE-7 😘
"Menikahlah dengan ku, aku pastikan ayah mu bisa melihat lagi."
Gluk!
"Dan jika kamu bisa membangunkan milik ku, maka aku akan memberikan apapun yang kamu inginkan."
Gluk!
Lagi-lagi Kirana, gadis yang akrab dengan panggilan Kiran itu menelan ludahnya berkali-kali saat mendengar ucapan dari bosnya yang menurut rumor yang beredar di kantor tempatnya bekerja, bosnya itu mengidap impoten.
Apakah Kirana akan menerima tawaran bosnya itu dengan iming-iming yang dijanjikan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon GuloJowo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PART 9
Setelah kepergian sekretaris Niko, wanita seksi itu langsung meletakkan tas tangannya ke atas meja kemudian melangkah mendekati Arsen yang masih duduk di kursi kebesarannya. Dielusnya bahu kekar Arsen yang masih tertutup oleh kemeja. Wanita itu menundukkan kepalanya kemudian berbisik lirih di telinga Arsen.
"Kenapa kita nggak ke hotel saja baby?" Diakhir kalimat ia bumbui dengan d3$@h@n lalu m31um@t daun telinga Arsen. Bukannya membuat Arsen t3r@n9$@n9 malah membuat Arsen bergidik kegelian. Arsen langsung bangkit dari duduknya kemudian melangkah menuju ke sofa. Wanita itu pun langsung mengekor di belakang Arsen.
"Buka!" Ujar Arsen datar.
Karena memang sudah menjadi pekerjaannya, wanita itu pun paham dengan apa yang diucapkan oleh pelanggannya. Wanita itu segera mendekat kemudian mulai melepas kancing kemeja Arsen satu persatu. Saat kancing baju itu sudah terbuka keseluruhan, wanita itu langsung menariknya kemudian melempar kemeja Arsen.
"Woow, kau benar-benar seksi baby." Mata wanita itu bahkan tidak berkedip saat melihat tubuh kekar Arsen. Jangan lupakan roti sobek yang terlihat jelas di perut Arsen. Hampir saja wanita itu meneteskan air liurnya.
"Apa kau hanya akan diam saja?!"
"Ehem," Wanita itu berdehem pelan saat kesadarannya kembali. Wanita itu perlahan merapatkan tubuhnya dengan tubuh setengah t31@nj@n9 Arsen. Dibelainya tubuh itu dengan lembut.
"Kalau kau bisa membangunkan milik ku maka aku akan membayar mu mahal!"
"Tenang saja, aku jamin hanya dengan sekali sentuhan milik mu itu pasti akan langsung terbangun." Wanita itu langsung mendekatkan wajahnya ke wajah Arsen. Perlahan ia membuka bibirnya dan langsung m31um@t bibir Arsen. Arsen pun membalasnya karena dirinya juga ingin m3r@n9$@n9 g@ir@hny@.
Tangan wanita itu pun tidak tinggal diam. Dibukanya ikat pinggang Arsen kemudian tangannya langsung menyelip masuk ke dalam celana membuat Arsen kegelian namun berusaha ia tahan. Dielusnya senjata milik Arsen yang masih tertidur lelap.
Saat keduanya sudah terbuai dan merem melek menikmati sentuhan, tiba-tiba saja indra pendengaran Arsen menangkap keributan di luar ruangannya. "Br3n9$3k!" Umpat Arsen saat melihat pintu ruangannya sedikit merenggang. Arsen langsung mendorong wanita di depannya hingga wanita itu mundur beberapa langkah. Kali ini moodnya benar-benar sudah hancur.
"Aaaahh! Baby, ada apa?"
Arsen tidak menjawab pertanyaan wanitanya. Arsen segera melangkah mendekati pintu ruangannya. Namun belum sempat dirinya mencapai pintu, pintu itu sudah ditutup rapat dari luar.
"Keluar dari ruangan ku!" Ucap Arsen dengan suara sedikit meninggi hingga membuat wanita itu gemetaran karena dirinya takut melakukan kesalahan.
"Why? Kita bahkan baru memulainya?" Tanya wanita itu kebingungan.
"KELUAR!" Teriak Arsen membuat wanita itu kalang kabut dan segera meraih tasnya yang ada di atas meja kemudian langsung keluar dari ruangan itu.
Sekretaris Niko dan Kirana yang masih berada di depan ruangan Arsen seketika terlonjak saat mendengar pintu ruangan dibuka. Keduanya pun langsung menoleh dan mendapati wanita bosnya itu keluar dari ruangan dengan wajah memerah seperti menahan kesal.
"Minggir!" Ujar wanita itu kemudian berlalu menuju lift dan hilang ditelan pintu lift.
"Masuk kalian!" Suara Arsen kembali membuat sekretaris Niko dan Kirana terlonjak kaget untuk kedua kalinya. Mereka berdua pun langsung mengalihkan pandangannya dari lift menuju ke pintu ruangan CEO di mana di ambang pintu itu ternyata Arsen sudah berdiri tegak dengan tubuh setengah t31@nj@n9ny@ dan juga wajah sangarnya.
Sekretaris Niko dan Kirana susah payah menelan ludahnya. Kirana bukan hanya menelan ludah karena ketakutan, namun juga karena mata kurang ajarnya itu tak sengaja melihat perut bosnya yang nampak sempurna. Sepertinya jika dibelai akan terasa ahh, Kirana cepat-cepat mengenyahkan pikiran-pikiran kotor yang sempat terlintas di kepalanya. Dasar otak nggak ada akhlak! Rutuk Kirana dalam hati.
Sekretaris Niko sadar, mungkin keteledorannya yang lupa menutup pintu dengan rapat sudah membuat bosnya itu merasa terganggu dengan suara-suara dari luar ruangan. Sedangkan Kirana sudah bisa dipastikan, dirinya pasti saat ini sudah gemetaran karena ketakutan.
Kirana pasrah jika memang hari ini adalah hari terakhirnya bekerja di perusahaan itu. Namun dirinya juga berharap, semoga saja keberuntungan masih berpihak kepadanya.
Setelah mengatakan itu Arsen langsung masuk kembali ke dalam ruangannya, kemudian menyandarkan tubuhnya di meja kerjanya.
Meskipun ketakutan, keduanya tetap menyeret langkah kakinya masuk ke dalam ruangan bosnya itu. Keduanya berdiri berdampingan seraya menundukkan kepala.
"Kalian tahu apa kesalahan kalian?!" Ujar Arsen melipat tangannya di dada.
"Maaf Tuan." Ucap sekretaris Niko dan Kirana bersamaan.
"Kompak sekali." Cibir Arsen tersenyum sinis kemudian melangkah mendekati keduanya.
Sekretaris Niko dan Kirana semakin ketar-ketir saat melihat ada sepasang kaki berbalut sepatu yang sudah berdiri di depannya. Tangan Arsen terulur meraih dagu Kirana hingga membuat sang empunya mendongak menatap ke arahnya. Sekretaris Niko yang berada di samping Kirana ikut menoleh.
"Apa kau ingin menggantikannya menjadi wanita ku?!" Ujar Arsen mengeram seperti menahan amarah.
"Ti-tidak Tuan." Sahut Kirana ketakutan setengah mati. Kali ini sepertinya akan tamat riwayatnya.
"KELUAR DARI RUANGAN KU!" Bentak Arsen seraya menghempaskan tangannya hingga membuat Kirana terhuyung. Sekretaris Niko yang berada di sampingnya tidak berani menolongnya. Dirinya hanya diam saja menatap kasihan ke arah Kirana yang sepertinya sebentar lagi akan menangis.
"Ba-baik Tuan. Se-sekali lagi saya minta maaf."
"KELUAR!" Teriak Arsen menggema di dalam ruangannya. Cepat-cepat Kirana berlari keluar dari ruangan tersebut.
Sekarang Arsen beralih menatap ke arah sekretarisnya itu. "Apa kau sudah bosan bekerja dengan ku?!" Tangan Arsen sudah terkepal erat dan siap untuk memberi pelajaran kepada sekretarisnya itu.
"Ti-tidak Tuan, maafkan saya." Sekretaris Niko yang melihat tangan bosnya yang terkepal itu langsung memejamkan matanya seolah bersiap menerima kemarahan Arsen. Namun hingga beberapa detik dirinya masih belum merasakan apapun. Sekretaris Niko pun kembali membuka matanya dan melihat bosnya itu sudah tidak berada di dekatnya.
"Cari tau latar belakang gadis itu! Besok pagi pastikan berkasnya sudah berada di atas meja ku!" Ujar Arsen seraya memungut kemejanya yang tergeletak di lantai kemudian segera memakainya.
"Ba-baik Tuan!"
Setelah itu keduanya segera keluar dari ruangan untuk segera pulang.
*****
*****
*****
Jangan lupa Like Komen dan Votenya, saweran kopi dan bunganya juga boleh ☕🌹 Tonton iklannya ya setelah membaca, terimakasih 🙏
Terimakasih
rasain luuu