S 3
Jangan boom like/lompat baca /nabung bab
Diusahakan baca setiap kali update. 🙏🙏🙏
_________________________________________
Kehadiranmu dalam Takdirku adalah bagian dari skenario Tuhan. Aku tidak marah atau bahkan balas dendam kepadamu. Sebab aku tahu betul sebelum hari ini kau pernah menjadi penyebab bahagiaku. Sekarang mungkin waktunya saja yang telah usai. Perihal lukaku ini biar menjadi tanggung jawabku sendiri, sebab dari awal aku yang terlalu dalam menempatkanmu di hatiku. Doaku semoga hari-harimu bahagia tanpa aku. Dengan siapapun kamu semoga dia adalah wanita yang bisa memahamimu, menyayangimu dan membuatmu bahagia lebih dari apa yang pernah aku berikan untukmu." ~ Elmira...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon syitahfadilah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 34. TERNYATA BUKAN KONGLOMERAT
"Apa yang kau katakan? Black card apa maksudmu?" Ramon seketika beranjak dari kursi kebesarannya. Pria itu membeo. Istrinya datang dengan cara yang tidak sopan, lalu mengatakan sesuatu yang tidak dimengerti nya.
"Gak usah pura-pura deh, Mas." Bella menatap tajam suaminya sembari merogoh tasnya lalu mengeluarkan sebuah kartu berwarna biru dan menunjukkan dihadapan suaminya.
"Aku gak bisa terima ini ya, Mas! Mas hanya memberikan aku kartu ATM yang saldonya pun tidak cukup untuk membayar barang belanjaanku. Aku malu, Mas! Apa Mas tahu? Mira yang sudah membayar semua barang belanjaanku dengan menggunakan black card miliknya, dan itu pasti Mas kan yang memberikannya!?" Ucap Bella dengan lantang.
Sekali lagi Ramon tercengang dibuatnya. Pria itu bergegas melangkah ke hadapan istrinya untuk memastikan apa yang dia dengar barusan.
"Kau bilang apa tadi? Mira punya black card?" Kedua mata Ramon membulat menatap istrinya itu, mengetahui mantan istrinya memiliki kartu sultan tentu membuatnya terkejut karena ia tidak pernah memberikan benda seperti itu pada Elmira.
"Iya, dan pasti Mas yang memberikannya, iya kan? Dan aku mau sekarang juga Mas harus memintanya kembali!" Ujar Bella berapi-api. Ia tidak terima Mira yang memiliki kartu sultan itu, seharusnya dirinya yang lebih pantas karena ia yang akan melahirkan keturunan untuk Ramon.
"Bagaimana aku bisa memintanya kembali, Bella? Aku tidak pernah memberikan kartu seperti itu pada Mira. Jangankan kartu, jatah bulanan saja hanya aku beri uang tunai yang jumlahnya tidak lebih dari 5 juta setiap bulannya." Ucap Ramon seraya mengangkat ke-lima jari-jarinya didepan wajah Bella.
"Jangan bohong kamu, Mas!?" Bella merasa tidak percaya.
"Aku tidak bohong, Bella! Aku juga tidak tahu bagaimana Mira bisa mempunyai black card itu." Ramon memalingkan wajahnya kearah lain. Sungguh ia juga menjadi penasaran akan hal itu, sepertinya ia harus menyelidikinya. Menurutnya tidak mungkin Farzan yang memberikannya bila mengingat bagaimana kedua orang tua rivalnya itu yang tidak menyukai Elmira ketika ia mengatakan tentang kekurangan mantan istrinya itu.
"Beneran, bukan Mas yang kasih?" Tanya Bella memastikan.
"Iya." Jawab Ramon singkat, seketika saja black card itu mengganggu pikirannya. Apa mungkin Elmira telah melakukan cara kotor demi mendapatkannya. Ia benar-benar harus mencari tahu.
Bella pun terdiam. Wanita hamil itu juga memikirkan dari mana Elmira bisa mendapatkannya. Atau jangan-jangan Farzan yang memberikannya?
'Jika itu benar, enak banget si Mira bisa dapatin pria kaya lagi setelah terlepas dari Mas Ramon. Tidak bisa, ini tidak bisa dibiarkan, aku tidak mau kalah saing dari si Mira.' Bella bermonolog dalam hatinya.
"Ekhem," Bella berdehem pelan seraya melingkarkan tangan dilengan suaminya dengan gaya manja seperti biasa jika ada maunya.
"Mas, aku juga mau dong Mas mengeluarkan black card seperti itu untukku." Ujarnya dengan memasang senyum manisnya.
Ramon langsung mengusap wajahnya seraya menghela nafas berat mendengar permintaan istrinya itu. "Maaf Bella, permintaanmu yang ini tidak bisa aku penuhi." Ucapnya, dengan berat hati ia harus menolak permintaan istrinya itu kali ini.
"Kenapa, Mas?" Tentu saja Bella terlihat kecewa.
"Untuk memiliki black card itu diperlukan biaya tahunan yang sangat tinggi dan memiliki persyaratan pengeluaran yang sangat tinggi juga. Dan kamu tahu sendiri kalau perusahaan ku ini bukan perusahaan besar. Apalagi sejak tiga bulan terakhir pemasukan perusahaan sedang menurun, sementara kebutuhanmu semakin melonjak, belum lagi nanti kalau kamu sudah melahirkan. Butuh banyak biaya untuk itu, jadi aku mohon pengertianmu, Bella."
Ramon melepas rangkulan istrinya di lengannya, lalu kembali duduk di kursi kebesarannya. Calon ayah itu memijit keningnya sembari menumpu sikunya dimeja. Mengeluarkan black card untuk Bella adalah hal yang perlu dipertimbangkan secara matang. Melihat bagaimana borosnya wanita itu saat berbelanja ia tidak mau mengambil resiko. Sekarang saja ia sudah dipusingkan dengan pendapatan perusahaannya yang sedang menurun, apalagi bila harus ditambah dengan tagihan credit card yang tidak sedikit jumlahnya. Dan sekarang ia juga telah mempunyai tiga orang art di rumahnya yang harus digaji tiap bulannya.
Andai saja Bella bisa seperti Elmira, yang bisa hanya dengan uang lima juta rupiah setiap bulannya. Dan tanpa memiliki art di rumah. Ah, rasanya itu mustahil untuk seorang Bella, yang sekali belanja saja bisa menghabiskan puluhan juta.
Brukk...!!!
Ramon tersentak kaget ketika pintu ruangannya tertutup dengan dibanting. Ia menatap nanar pada pintu yang baru saja dilalui oleh Bella. Istrinya itu telah memperlihatkan watak aslinya, yang ternyata keras jika kemauannya tidak terpenuhi. Ia hanya bisa mengelus dada dan menghembuskan nafas panjang. Bella pasti sangat marah sekarang karena keinginannya tidak terpenuhi, dan untuk sementara ia akan membiarkan dan akan membujuknya nanti di rumah.
Sementara itu diluar ruangan...
Bella benar-benar terlihat kesal, wajahnya memerah padam dengan kedua tangan terkepal erat karena keinginannya kali ini tidak terpenuhi seperti biasanya.
"Papamu ternyata bukan konglomerat, Nak." Gumamnya sambil memegangi perutnya dengan raut wajah yang benar-benar kesal, beberapa saat ia pun berlalu dari depan ruangan suaminya itu dengan langkah yang cepat.