Sebuah insiden membawa Dinda Fahira Zahra dan Alvaro Davian bertemu. Insiden itu membawa Dinda yang yatim piatu dan baru wisuda itu mendapat pekerjaan di kantor Alvaro Davian.
Alvaro seorang pria dewasa tiba-tiba jatuh hati kepada Dinda. Dan Dinda yang merasa nyaman atas perhatian pria itu memilih setuju menjadi simpanannya.
Tapi bagaimana jadinya, jika ternyata Alvaro adalah Ayah dari sahabat Dinda sendiri?
Cerita ini hanya fiktif belaka. Mohon maaf jika ada yang tak sesuai norma. 🙏🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab Tiga Belas
Dinda turun dari taksi sesuai dengan alamat yang dikirimkan Vina. Dia melihat banyak mobil berjejer di halaman villa itu. Agar tak salah, gadis itu kembali menghubungi Vina.
"Aku sudah ada di depan Villa yang banyak kendaraannya. Apakah itu villa kamu?" tanya Dinda begitu sambungan telepon tersambung.
"Yuup ... Aku keluar ya, untuk menyambut kedatangan tuan putri," ucap Vina.
Vina selalu saja menjawab dengan candaan apa pun yang Dinda katakan. Tak berapa lama tampak dari kejauhan Vina yang berlari dari belakang sebuah villa.
"Sayangku ...," teriak Vina sambil merentangkan tangannya seperti orang yang akan memeluk. Dinda tersenyum melihat tingkah konyol sahabatnya yang mengundang banyak mata memandangi mereka.
Vina langsung memeluk sahabatnya itu. Dia tak menyangka jika gadis itu memang memenuhi janjinya untuk datang.
"Kamu itu buat malu aja. Lihat orang-orang pada ngeliatin kita," ucap Dinda.
"Tak apa, itu karena kamu sangat cantik. Aku akan kenalkan kamu dengan sepupu-sepupuku. Biar kamu nggak jomblo terus," ucap Vina.
"Emang kamu tak jomblo?" tanya Dinda.
"Nggak la ya, aku ada pasangan. Nanti aku kenalkan denganmu," jawab Vina.
Vina mengajak sahabatnya itu masuk. Di ruang keluarga banyak anak muda berkumpul. Sepertinya ini vila khusus untuk anak mudanya dan villa sebelahnya untuk orang tua.
"Siapa Vin, bening banget?" tanya salah seorang pemuda.
"Bestieku. Kamu nggak usah caper ya. Dia tak cocok denganmu!" seru Vina.
"Lah, sejak kapan kamu punya besti. Mana ada yang mau berteman denganmu yang pemarah," balas pria yang satunya.
"Kenalin kenapa sih, Vin!" seru yang lainnya.
Vina akhirnya mengenalkan satu persatu sepupunya pada Dinda. Rata-rata mereka mengagumi kecantikan gadis itu.
"Jangan pandangi lama-lama. Nanti jatuh cinta bahaya. Dinda hanya cocok buat Satria. Dimana anak itu?" tanya Vina.
"Yaelah, Satria aja terus yang diingat. Kapan giliran kami?" tanya satu orang di antara mereka.
"Kapan-kapan ...," jawab Vina.
Vina lalu mengajak Dinda menuju villa di sampingnya. Terdengar gelak tawa ibu-ibu. Pasti semua saudaranya sahabat Dinda itu telah berkumpul.
Dinda di bawa menuju ke belakang Vila. Ternyata di sana ada taman. Ibu-ibu berkumpul sambil berbincang.
"Mi, kenalkan ini sahabat yang aku katakan tadi. Namanya Dinda," ucap Vina.
"Cantik banget kamu. Bisalah nanti-nanti kamu jadi model butiknya, Tante," ucap Mami Vina.
"Boleh, Tante. Oh, ya. Kenalkan nama saya Dinda, Tante," ujar Dinda.
"Vina sering ceritakan kamu. Ternyata kamu jauh lebih cantik dari yang Vina gambarkan," ucap Mami Vina lagi.
"Siapa itu, Dev. Cantik- cantik banget. Boleh dong buat putraku," ucap salah seorang ibu-ibu.
"Ini putriku Vina, dan ini sahabatnya Dinda. Boleh saja kalau memang anaknya setuju," ucap Mami Devi.
Dinda tersenyum menanggapi ucapannya ibu-ibu itu, berbeda dengan Vina. Dia tampak tak suka. Terlihat dari raut wajah yang cemberut.
"Mi, Satria mana? Aku mencarinya kemana-mana kok nggak ada ya," ujar Vina.
"Tadi pamit pergi. Tunggu saja sebentar," jawab Mami Devi
"Kalau begitu aku pamit, Mi. Dinda pasti masih capek. Kalau ada Satria bilang aku mencari," ujar Vina.
"Aman. Nanti mami sampaikan."
"Tante, aku pamit. Senang berkenalan dengan, Tante," balas Dinda.
"Tante juga begitu, senang berkenalan denganmu. Anggap saja kayak rumah sendiri. Jangan canggung," kata Mami Devi.
"Terima kasih, Tante."
Vina lalu mengajak Dinda ke kamarnya. Mereka berdua langsung membaringkan tubuhnya.
"Sudah lama rasanya tak berbaring denganmu seperti ini. Sejak bekerja kamu sombong banget," ucap Vina.
"Apaan sih! Siapa yang sombong? Aku sibuk, Vina," balas Dinda.
Belum sempat dia melanjutkan ucapannya, gawainya berdering. Dinda baru teringat jika dia memakai ponsel yang dibelikan Alvaro. Jika Dinda bertanya ponsel yang dia berikan, apa yang harus dia jawab, pikirnya.
Gawai milik Dinda terus berdering. Membuat Vina akhirnya angkat bicara.
"Kenapa tak di angkat. Siapa tau penting?" tanya Vina.
Dengan terpaksa Dinda mengambil gawai miliknya yang berada dalam tas. Seperti dugaannya, mata Vina memandangi tak berkedip ke arah ponsel pintar miliknya.
selesaikan dulu sama yg Ono baru pepetin yg ini
semoga samawa...
lanjut thor...