NovelToon NovelToon
Diary Aluna

Diary Aluna

Status: sedang berlangsung
Genre:Mengubah Takdir / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: Phatel

Aluna adalah gadis yang tumbuh di keluarga sederhana. Kesehariannya kerap kali diwarnai dengan cemoohan dan makian dari keluarganya sendiri.

Bagaimana ia menghabiskan hari-harinya yang penuh air mata?

Semuanya ia luapkan dalam Diary yang ia simpan baik-baik dalam lemari.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Phatel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Amel

"Kamu tenang aja, Lun! Tante gak akan mukul kamu lagi kok." bujuk Nur lagi dengan suara lembut yang dibuat-buat. Tampak jelas kepalsuan dari manik matanya.

'Aduh. Dia dengar lagi. Bisa-bisa aku dicubit nih.'

Aluna menyipitkan mata menatap tak suka pada tantenya. Wajahnya yang memang tercipta judes sejak lahir tentu saja membuat sang tante semakin kesal karena seolah ditantang oleh keponakannya yang masih bocah ini. Ingin rasanya Nur mencungkil kedua bola mata bulat milik Aluna. Jelas sekali bahwa Aluna membencinya dan sama sekali tidak percaya dengan bualannya.

"Sudahlah, kamu tidak usah sampai memaksa ibu sama Aluna dan Amel untuk kembali ke rumah kamu sekarang. Nanti saja kalau Aris sudah pulang. Ibu tidak mau abang kamu itu marah dan malah mengamuk di rumah kamu lagi nantinya." nek Siti melirik menantunya yang tampak meringis mendengar ucapannya. Seolah Nurman kembali teringat tamparan keras yang Aris layangkan di pipinya.

"Kalian minum teh dulu ya. Sebentar, biar ibu buatkan dulu." nek Siti meletakkan tikar yang baru setengah jadi dan beranjak ke dapur untuk menyiapkan minuman dan camilan untuk anak, mantu, serta cucu-cucunya. Sedangkan Aluna yang takut pada tante Nur segera mengekor sang nenek ke dapur.

Hari menjelang senja ketika Nur beserta keluarga berpamitan pada ibunya. Di mesjid sudah terdengar lantunan ayat suci Al-Qur'an yang diputar melalui kaset. Aluna bahkan sampai hafal karena sudah sering mendengarnya.

"Sana kamu mandi dulu! Sudah mau maghrib." perintah nek Siti pada cucunya. Aluna mengangguk dan segera menyambar handuk yang di gantung di belakang pintu kamar kemudian bergegas ke kamar mandi. Tanpa mengatakan apa-apa pada tante dan omnya. Sejak mereka berada disana pun, Aluna sama sekali tidak mengajak Devan bermain seperti biasanya.

"Kalau begitu kami pamit pulang dulu ya buk." Nur meraih tangan ibunya kemudian menciumnya. Nurman juga melakukan hal yang sama.

"Iya, hati-hati di jalan." ujar nek Siti mengelus puncak kepala Devan dan Fera bergantian. Bayi itu kini sudah tertidur di gendongan ibunya.

"Iya bu. Salam sama Amel ya bu, bilangin Nur rindu sama dia." nek Siti hanya mengangguk saja.

Mereka kemudian pergi dengan mengendarai motor dinas milik kantor tempat Nurman bekerja. kendaraan itu tampak sudah tua, namun karena Nurman merawatnya dengan baik, kendaraan itu masih tampak layak untuk membawa mereka berempat.

***

"Nek, Luna pergi dulu ya. Nanti pulang dari mesjid, aku langsung ke kost-nya om Adi." Aluna yang kini telah mengenakan mukenah dan memeluk Al-Qur'an menyalami neneknya.

"Iya. Ingat ya, jangan kemana-kemana lagi! Langsung ke mesjid, pulang dari mesjid langsung ke kost om kamu untuk mengaji." nasehat nek Siti yang langsung diangguki oleh Aluna. Gadis itu berlari menuju mesjid yang letaknya tak jauh dari rumah.

"Eh, jangan lari-larian! Nanti jatuh." pekik nek Siti. Ia hanya bisa menggeleng dan mengelus dada melihat tingkah cucunya.

Karena berlari, Aluna sampai tidak bisa menghindar atau mengehentikan langkahnya hingga akhirnya gadis itu menubruk Amel yang tengah berjalan tergesa di depan rumah.

"Aduh. Ishh buta ya kamu!" bentak Amel. "Kalau mau lari-lari di lapangan sana, jangan di sini!" Amel mendorong adiknya sehingga Aluna limbung dan hampir terjatuh. Namun tangan seseorang memegangi pundak Aluna dari belakang dan menopang tubuhnya agar tidak jatuh.

Melihat itu, Amel mendengus dan terus berjalan memasuki rumah. Ia mengucap salam dan menyalami nek Siti yang masih berdiri di ambang pintu. Tadinya nek Siti akan menutup pintu karena waktu sudah maghrib, namun karena melihat Amel dari kejauhan, nek Siti pun urung menutup pintunya.

"Jangan kasar begitu sama adik kamu, Mel!" tegurnya karena ia melihat apa yang dilakukan Amel pada Aluna.

"Bodo ah." ketus Amel memasuki kamarnya dan membanting pintu dengan keras. Panggilan dari sang nenek tidak lagi dihiraukannya. Nek Siti hanya bisa geleng kepala melihat tingkah cucunya yang satu itu.

"Kamu gak apa-apa, dek?" tanya laki-laki yang tadi menahan tubuh Aluna. Aluna terkesiap dan berusaha merapikan penampilannya. Ditatap oleh lelaki tampan yang menjadi crush nya sejak tinggal di sini tentu saja membuat Aluna salah tingkah.

Jantungnya bahkan sudah dangdutan di dalam sana karena begitu girang sempat disentuh oleh laki-laki tampan beralis tebal tersebut.

"Eh, bang Husni. Aku gak apa-apa kok." Aluna mesem-mesem mengatupkan kedua bibirnya. "Makasih ya bang." ucapnya tersipu malu.

Husni adalah laki-laki yang rumahnya ada di depan rumah Maya, temannya Aluna. Anak laki-laki itu diketahui Aluna sudah kelas tiga SMP dan sekitar dua bulan lagi akan masuk SMA. Sedangkan Aluna, saat ini ia masih duduk di bangku kelas tiga SD.

Sejak pindah ke daerah itu, Aluna yang masih bocil seolah tertarik pada tetangganya yang satu ini. Husni yang merasa heran namanya bisa diketahui oleh Aluna menautkan kedua alisnya yang menjadi daya tarik bagi Aluna.

"Kok kamu bisa tau nama abang?" tanyanya lembut.

Aluna gelagapan merasa bingung harus menjawab apa. Padahal bisa saja ia menjawab bahwa ia mendengar nama pria itu ketika sedang disapa oleh orang-orang di sekitar rumah mereka atau dipanggil oleh ibu dan ayahnya. Namun saat ini otak Aluna sedang tidak berfungsi dengan baik sepertinya.

"Alunaaaa, sana buruan ke mesjid! Keburu selesai nanti adzannya." teriak nek Siti yang masih berdiri di ambang pintu.

Aluna tersentak dan segera berlari meninggalkan Husni begitu saja tanpa menjawab atau berpamitan pada anak laki-laki itu.

Setelah memastikan cucunya benar-benar telah pergi, nek Siti menutup pintu dan mengambil wudhu untuk sholat maghrib di rumah. Sedangkan Husni, laki-laki itu memilih masuk ke rumahnya juga.

***

Sebelum melaksanakan sholat, nek Siti yang sudah dibalut mukenah berwarna putih polos mengetuk pintu kamar Amel.

Tok Tok Tok

"Mel, sholat dulu yuk." ajak nek Siti.

Tidak ada jawaban sama sekali. Nek Siti mencoba mengetuk beberapa kali lagi, "Nanti waktu maghribnya abis loh, Mel. Kan waktu sholat maghrib itu cuma sebentar. Ayo kita sholah berjamaah dulu."

Tetap tidak ada jawaban sama sekali. Nek Siti akhirnya memutuskan untuk masuk ke dalam kamarnya dan Aluna kemudian melaksanakan sholat.

Sedangkan Amel, gadis itu telah berlabuh di alam mimpi karena begitu kelelahan. Setiap hari sepulang sekolah, ia hanya sempat mengganti pakaian dan makan siang sebelum kemudian pergi bekerja di warung bakso milik orang tua sahabatnya yang bernama Vita.

Sudah satu bulan Amel bekerja di sana. Biasanya Amel diizinkan pulang untuk beristirahat pada waktu maghrib. Baru kemudian nanti setelah isya Amel kembali ke warung dan baru selesai bekerja pukul sepuluh malam.

Sebenarnya nek Siti sudah melarang Amel untuk bekerja, karena gadis itu seharusnya fokus belajar saja. Mengingat dirinya yang saat ini sudah kelas tiga SMA dan hanya dalam jangka waktu dua bulan lagi dirinya akan lulus. Nek Siti inginnya gadis itu mempersiapkan diri untuk mengikuti ujian kelulusan saja.

Namun Amel bersikeras untuk bekerja dengan alasan ingin menabung untuk tambahan biaya kuliahnya kelak. Gadis itu beralibi pasti nanti sang ayah tidak akan mampu membiayai penuh kuliahnya dan ujung-ujungnya dia akan berhenti kuliah di tengah jalan. Sebab itulah ia ingin menabung sebanyak-banyaknya agar jika kelak sang ayah tidak mengiriminya uang untuk keperluannya selama kuliah, Amel sudah memiliki uang sendiri dan bisa membayarnya sendiri.

Terlebih, Amel juga mengancam akan kembali saja tinggal bersama ibunya jika ia tidak diizinkan berkerja. Akhirnya nek Siti terpaksa mengizinkan gadis itu karena beliau tidak ingin jika cucunya itu sampai diasuh dan tinggal bersama ibunya.

Bahkan, ketika mereka pindah ke rumah kontrakan yang ini saja, butuh waktu hampir sebulan lamanya untuk membujuk Amel agar mau ikut tinggal bersamanya kembali.

Baru ketika akan diajak ibunya untuk bekerja ke Malaysia, Amel memutuskan untuk kembali tinggak bersama neneknya saja. Karena ia tidak ingin berhenti sekolah mengingat sekolahnya hanya tinggal beberapa bulan saja.

Amel yang memiliki impian tinggi, tentu saja tidak akan mau meninggalkan sekolah dan teman-temannya begitu saja. Ia ingin lanjut kuliah, lulus dengan nilai terbaik, kemudian bekerja di tempat yang bagus dan mendapatkan gaji yang tinggi. Dan gadis itu tidak akan pernah menghancurkan cita-citanya hanya karena demi tinggal bersama sang ibu.

1
Mutiara 123
kok papa amel gak hadir harusnya kn jdi wali , lebih di bikin seru papa aluna marah gitu liat anaknya di gituin,,,
Mutiara 123
hla sdh 2 thn kemudian kok si aluna masih ttp kls 5 sd ya thoor,,
DiPhatel: iya kah? Waduhh, makasih ya kak. nnti coba saya revisi lgi
total 1 replies
🍭ͪ ͩ𝕸y💞🅰️nnyᥫ᭡🍁❣️
baju baru alhamdulillah.. tuk dipakai di hari raya.. 🎶🎶
DiPhatel: fufufufu. Jarang" ini Aluna dpat baju baru loh
total 1 replies
🌸𝗢𝗹𝗶𝘃𝗶𝗮 🍾⃝ ͩSᷞʜͧᴇᷡᴀ🌸
𝐛𝐚𝐫𝐮 𝐥𝐨𝐡 😭 𝐦𝐚𝐬𝐚 𝐮𝐝𝐚𝐡 𝐠𝐢𝐧𝐢
DiPhatel: makasih ka udh mampir
total 1 replies
☠️⃝⃟𝑽𝑨𝙊𝙚૨αɳ𝙜𝕻𝖓𝖉𝓐𝔂⃝❥
aku mampir
DiPhatel: makasih kaaa
total 1 replies
Manami Slyterin🌹Nami Chan🔱🎻
hallo aris
DiPhatel: Hai kak
total 1 replies
𝕻𝖔𝖈𝖎𝕻𝖆𝖓 Ig@Fanie_liem09
pocipan mampir ..
yu slg follow
nanti aku akan masukan kalian ke gc Cmb ya...
yu slg belajar mksh
DiPhatel: makasih kakak
total 1 replies
Shame
tetap semangat thor /Heart/
DiPhatel: Makasih kakaaa
total 1 replies
Shame
tetap semangat thor /Heart/
🍭ͪ ͩ𝕸y💞🅰️nnyᥫ᭡🍁❣️
rapi.. not bad lah
DiPhatel: Makasih kak
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!