Rena Agnesia merasa sial saat tertimpa musibah, namun takdir itu mengantarkannya bertemu Jojo Ariando, pangeran tampan yang membuat hatinya meleleh.
Rena menjalin cinta jarak jauh dengan Jojo, seorang pria tampan nan dingin yang dikelilingi banyak wanita karena talentanya dalam pengobatan herbal.
Akankah mereka bersatu setelah konflik yang terus menghalangi cinta mereka? Mampukah Jojo memantapkan pilihan hati ke sosok Rena Agnesia di saat seorang rival berat hadir membayangi?
Saksikan romansa mereka hingga puncak manis yang didamba setiap insan di dunia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mardi Raharjo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
3. Ditawari
Alih-alih menjawab, Rena segera berlari ke kamar mandi, beralasan sudah tak kuat menahan buang hajat. Jelas ia tak ingin diinterogasi Tini.
"Huh, mimpi ya, bisa dapat cowo begini!", omel Tini yang tak percaya, menganggap Rena hanya berhayal bisa pacaran dengan pria setampan Jojo Ariando.
Meski begitu, Tini tetap melanjutkan penelusurannya untuk mengetahui detail data Jojo. Alis Tini mengerut saat membaca alamat asal Jojo adalah kota Liman.
Saat sedang asyik berselancar di ponsel, terdengar suara seseorang mengetuk pintu salon. Tini pun menengok dan membukakan pintu.
"Ini, buat kalian sarapan", Abdul membawakan dua nasi bungkus dan dua air mineral, dengan senang hati Tini menerimanya.
"Terimakasih sayang, ups. Maaf pak", jawab Tini yang sengaja menyebut Abdul dengan sebutan 'sayang'. Gadis ini telah lama menaruh hati kepada Abdul. Namun bukan penolakan yang ia dapatkan, melainkan pengabaian.
"Eh, kamu ini, kebiasaan. Jangan lupa diberikan satu ke Rena ya", pesan Abdul sembari melangkah pergi.
Tini hanya fokus memandang Abdul, mengabaikan ucapannya. Salah atau tidak, hatinya memang sudah terpikat kepada Abdul.
Siang itu, salon begitu ramai pengunjung. Kebijakan salon menerapkan sistem booking agar pelanggan tidak lelah menunggu giliran.
"Wah, hari ini bakalan rempong Na", celetuk Tini sembari memijat kepala pelanggan.
"Kan biasanya juga ramai Tin", sahut Rena yang lega, karena salon ramai pengunjung, ia tidak akan dicecar pertanyaan oleh Tini tentang Jojo pacarnya.
"Sore nanti, ayo jalan-jalan, ke tempat biasa", ajak Tini ingin melepas penat melayani banyak layanan lulur.
"Em, kayaknya ngga bisa deh Tin. Aku ada janji nanti di rumah", Rena yang enggan diwawancarai Tini, memilih beralasan ada acara keluarga saja.
Saat asyik berbincang, terdengar decit suara ban mobil di depan salon. Sontak mereka berdua menoleh ke arah suara. Nampak seorang perempuan cantik berkerudung syar'i turun dari mobil dengan begitu anggun.
"Na, itu sudah selesai kan? Tolong terima tamu dulu", ujar Tini karena sesi pijat Rena sudah dimulai lebih dahulu.
Rena pun menyudahi sesinya dan mempersilahkan tamu dengan membukakan pintu.
"Selamat siang, silahkan masuk", sambut Rena dengan senyum di wajahnya. Nampak lesung pipi samar di pipi kiri, menambah kesan elok wajahnya. Gadis itu segera mempersilahkan duduk dan mengecek daftar booking.
"Mbak, saya sudah booking untuk paket pengantin kemarin", ujar perempuan itu.
"Atas nama bu Rasya?", Rena perlu memastikan identitas agar tidak tertukar. Perempuan itu hanya mengangguk dengan mimik datar.
"Mari saya antar ke ruang perawatan", ujar Rena sopan sembari beranjak ke ruang lulur dan spa.
Mereka berdua bekerja dengan membagi sesi. Saat jeda, mereka bisa melakukan sesi lain kepada pelanggan lainnya.
Terdengar bunyi 'ting' bersamaan dengan pelanggan yang tadi dilayani Rena beranjak meninggalkan salon, menandakan ada transaksi yang masuk. Dengan sistem QR code, mereka tidak lagi diributkan masalah pembayaran dan keharusan menyiapkan uang kembali. Juga, ini kebijakan salon untuk meminimalisasi manipulasi keuangan salon.
"Terimakasih, silahkan datang lain waktu", suara Tini terdengar sampai ke ruang spa.
Saat sedang sesi pijat, Rasya yang sedari tadi diam pun angkat bicara.
"Tangamu halus sekali mbak. Sudah menikah?", entah kenapa perasaan Rena gusar ditanya mengenai urusan menikah.
"Belum bu", jawab Rena singkat namun berusaha tetap sopan.
"Kerja di sini, gajinya berapa?", tanyanya lagi. Pertanyaan seputar gaji dan jodoh adalah beberapa hal yang membuat beberapa orang enggan menanggapi.
"Di bawah UMR bu", Rena enggan mengungkap detail gaji bulanannya yang memang pas pasan.
"Kukenalkan temanku mau mbak?", Rasya berbicara sembari memainkan ponselnya. Nampak ia membuka galeri dan menunjukkan foto lelaki seumuran Abdul.
Dari foto itu, perasaan Rena sudah semakin kurang nyaman. Meski dirinya hanya seorang kapster dengan latar belakang kurang mampu, bukan berarti ia mau menjual harga diri.