NovelToon NovelToon
Lily With The Cruel Husband

Lily With The Cruel Husband

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / CEO / Selingkuh / Mengubah Takdir
Popularitas:13.3k
Nilai: 5
Nama Author: Ncy Jana

Love, Me Please!

Tentang Lily yang berada di antara hubungan Theo dan Shylla.

Tentang Lily yang tidak diinginkan dan dicintai oleh Theo. Hanya Shylla yang diinginkan oleh Theo tapi Lily memisahkan mereka karena suatu malam Lily menjebak Theo karena ingin memiliki Theo agar menjadi suaminya.

Pernikahan tanpa cinta, meski sudah berhasil mendapat Theo Lily tidak merasa bahagia karena dia merasa tertolak dan tidak dicintai oleh suaminya. Lily tentunya iri dan mengharapkan cinta dari suaminya namun Theo lebih mencintai Shylla.

Sakit yang Lily rasakan ketika dia bisa hidup bersama raga Theo tapi hati dan pikiran Theo tertuju pada Shylla. Sakit yang Lily rasakan saat Theo bersikap kejam padanya namun lembut kepada Shylla.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ncy Jana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

13

Theo terkejut ketika Shylla mendatanginya ke dapur. Shylla memperhatikan Theo yang tidak mengatakan apapun, Theo justru berjalan melewati Shylla dan pergi menuju mini bar. Shylla mau tidak mau pun terpaksa mengekori Theo meski kepalanya kini dipenuhi banyak tanda tanya atas perubahan sikap Theo.

“Apa terjadi sesuatu Theo?” Shylla berdiri disamping Theo.

“Nothing.” Jawab Theo. Pria itu masih terfokus menatap tangannya yang sedang menuangkan martini ke dalam gelas yang sudah berisikan sedikit es batu.

Shylla mengerutkan keningnya, ia merasa tidak yakin dengan ucapan Theo barusan. Pasti terjadi sesuatu padanya, “Tapi kenapa sikapmu tiba-tiba berubah? Kau juga terlihat aneh.”

Theo menenggak isi gelas yang dia genggam, “Aku hanya tiba-tiba teringat kalau ada pekerjaan yang harus aku selesaikan dengan Darek malam ini, tapi sebelum itu dia akan mengantarmu pulang terlebih dahulu. Dia sudah dalam perjalanan kemari.”

Shylla terdiam. Ia kira malam ini mereka akan menginap bersama di apartemen ini. Dan apa tadi, Darek akan yang mengantarnya pulang. Kenapa bukan dia? Kenapa harus menunggu Darek?

“Kau tidak mengantarku, Theo?” tanya Shylla heran. Pria itu yang sudah mengajaknya keluar, tapi kenapa orang lain yang dia suruh untuk mengantarnya pulang.

Kali ini Theo bersikap tidak biasanya, ini pertama kalinya Theo memerintahkan orang untuk melakukan hal yang biasa Theo lakukan. Sesibuk apapun, biasanya Theo akan tetap meluangkan waktunya untuk mengantar dirinya pulang agar Theo bisa memastikan dengan matanya sendiri kalau Shylla tiba di rumah dengan selamat.

Theo mengangkat tangannya mengusap anak rambut yang menutupi keningnya ke belakang, ia sudah menduga kalau Shylla pasti akan banyak bertanya.

“Maaf sayang. Bukannya aku tidak mau, hanya saja ada pekerjaan yang memang harus aku selesaikan malam ini. Kuharap kau mengerti. Kau sangat mengenal bagaimana papaku, bukan?”

Shylla menatap Theo lalu menganggukkan kepalanya. “Baiklah. Aku paham,” ucap Shylla lalu berjalan meninggalkan Theo menuju ke ruang televisi untuk menunggu kedatangan Darek.

Baru beberapa kali melangkahnya kakinya, Shylla terperanjat kaget membuat langkahnya terhenti ketika merasakan sebuah tangan yang memeluk pinggangnya dari belakang. Ia mendongakkan kepalanya lalu melihat Theo yang sedang tersenyum. Shylla ingin melepaskan kaitan tangan Theo, namun pelukan Theo semakin mengerat di pinggangnya.

“Kau marah?” tanya Theo berbisik tepat di telinga Shylla membuat perempuan itu merasa geli mendapat perlakuan seperti itu.

“Tidak. Aku tidak marah.” Shylla menjawab dengan cepat seraya mencoba untuk menarik diri dari pelukan Theo.

“Jadi kenapa kau langsung pergi begitu?”

“Tidak ada apa-apa. Aku hanya ingin duduk dan menunggu hingga Darek datang.”

Theo tidak menjawab. Ia melepaskan pelukannya membuat Shylla lega sesaat karena setelahnya Theo memutar tubuhnya dan membawa tubuhnya ke dalam pelukan pria itu, “Maaf jika sikapmu tadi membuatmu kecewa.”

Shylla mengangkat pandangannya, menatap wajah Theo yang lebih tinggi darinya, “Aku—”

Belum sempat Shylla menjawab, ucapan Shylla terpotong ketika Theo mengecup bibirnya.

“Aku akan mengusahakan agar bisa menikah mu dengan cepat Shylla,” ucap Theo usai mencium bibir Shylla. Kemudian pria itu manarik Shylla ke dalam pelukannya lagi.

Mau tidak mau Shylla terpaksa membiarkan Theo memeluknya dengan erat hingga perhatian keduanya teralihkan saat mendengar pintu apartemen sedang dibuka. Theo tahu kalau yang datang itu adalah Darek. Selain dirinya, Shylla dan Darek juga mengetahui password apartemen Theo sehingga mereka memilik akses untuk datang ke apartemen bila ada keperluan.

“Darek sudah datang. Jangan lupa hubungi aku kalau kau sudah sampai di rumah.”

“Iya.” Jawab Shylla seadanya, karena benaknya masih memikirkan ucapan Theo mengenai perihal pernikahan.

Shylla sudah mengambil keputusan setelah berpikir dengan matang, dia memutuskan untuk memberi kesempatan pada Theo. Dia mau menerima ajakan Theo yang mau menikahinya. Tapi apa tadi, Theo tiba-tiba mengatakan akan mengusahakannya.

Sebenarnya Theo ini benar-benar serius ingin menikahinya atau hanya sekedar mengumbar janji agar bisa menenangkannya?

Apa ada sesuatu yang menghambat keinginan Theo untuk menikahinya?

Shylla jadi teringat sesuatu. Apa hambatan itu ada kaitannya dengan pernikahan Theo dengan Lily? Shylla sudah menduga semuanya itu dengan pasti. Tapi apa sesulit itu bagi Theo untuk berpisah dengan Lily? Shylla sangat tahu kalau Theo tidak mencintai Lily dan itu bukanlah yang sulit bagi Theo untuk berpisah dengan Lily. Apa jangan-jangan Lily mengandung anak dari Theo? Secara kedua orang itu sudah melakukannya saat tidak sadar.

Shylla jadi overthingking. Pikirannya makin melebar kemana-mana membuatnya takut kalau Theo tidak jadi menikahinya.

Perlahan Shylla merasa ada yang sedang menggenggam tangannya. Shylla kembali tersadar dari lamunannya. Shylla melihat Theo yang menarik tangannya, membawanya menuju Darek yang sudah menunggu di ambang pintu apartemen.

***

Dua Minggu Kemudian

Hening. Itulah yang Lily rasakan. Dia sendirian di dalam ruangan kamar yang sudah ia tempati selama beberapa hari belakangan ini. Lily disuruh pindah dari ruangan medis ke sebuah kamar saat keadaan Lily mulai membaik.

Lily tidak tau siapa pemilik rumah ini, ia menduga-duga kalau rumah ini adalah milik pria bernama Navarro ataupun Albert. Karena mereka berdua lah yang membawanya ke tempat ini.

Awalnya Lily sempat mengira kalau rumah ini adalah milik dokter Joseph. Tapi ketika mendengar omongan dari seorang perawat yang mengatakan dokter Joseph sudah pulang ke rumahnya membuat dugaan Lily menjadi salah.

Sejak kejadian hari itu, sudah hampir dua minggu Lily berada di tempat asing ini. Selama itu pula Lily tidak mendengar kabar dari orang terdekatnya.

Timbul beberapa pertanyaan dalam benaknya. Apakah mereka baik-baik saja setelah dirinya menghilang? Apa diantara mereka ada berniat mencarinya? Tapi Lily merasa yakin kalau mereka pasti baik-baik saja di sana. Mungkin mereka merasa bahagia dengan kepergiannya yang menghilang secara tiba-tiba. Tidak ada satu dari mereka yang mungkin akan mencari dan menyadari kehilangannya. Memang siapa dirinya? Lily tidak sepenting itu untuk keluarganya maupun untuk suaminya.

Lily kesepian di rumah asing ini. Dokter Joseph dan kedua perawat itu sudah pergi setelah keadaannya dinyatakan sudah membaik. Rumah itu terlihat kosong, hanya di isi oleh dirinya dan seorang pelayan dan juga seorang penjaga rumah itu.

Pelayan di rumah ini usianya masih muda dan sepantaran dengannya. Lily senang karena akhirnya Lily menemukan seseorang yang mau berteman dengannya. Tapi sayang pelayan itu hanya ditugaskan bekerja dari pagi dan pulang ketika menjelang sore membuat Lily jadi tidak seintens itu berinteraksi dengan pelayan yang bernama Safira. Setelah Safira pulang, Lily pun menjadi kesepian di malam harinya.

Pria itu, Navarro. Dia jarang datang berkunjung ke rumah ini. Terakhir kali pria itu datang berkunjung saat malam itu. Meski tidak ada interaksi diantara mereka tetap saja kedatangan Navarro berhasil membuat Lily terkejut, apalagi ada beberapa luka lebam di wajahnya membuat Lily berpikir kalau Navarro habis baku hantam.

Lily lega karena di malam itu Navarro langsung pergi begitu saja menuju sebuah ruangan dan menutup pintu itu dengan kasar. Lily sempat merasa sangat takut karena saat mereka berpapasan, Lily mencium bau alkohol yang begitu menyengat dari tubuh Navarro. Lily yakin kalau Navarro datang dalam keadaan mabuk, keyakinannya itu didukung ketika Lily tidak sengaja menatap kedua bola mata Navarro yang terlihat memerah. Karena itulah Lily juga langsung masuk ke dalam kamarnya dan tak lupa mengunci pintunya untuk menghindari sesuatu hal buruk yang akan terjadi.

Kembali pada Lily, dia menatap ke arah jam di dinding kamar. Hari sudah mau menjelang sore. Lily keluar dari kamarnya, pergi menuju keluar rumah. Sesampainya di luar. Mata Lily langsung disuguhkan pemandangan sekitarnya. Tidak ada yang menarik. Lily hanya melihat pepohonan yang terhalangi oleh tembok-tembok tinggi yang berdiri kokoh mengelilingi kawasan rumah besar ini.

Suasana tempat ini terlihat sepi, membuat Lily yakin kalau rumah ini berada jauh dari keramaian karena Lily tidak mendengar suara hiruk pikuk yang menandakan adanya pemukiman disekitar kawasan ini. Hanya terdengar suara-suara burung yang berkicau dan binatang lainnya serta suara pepohonan yang berisik karena tiupan angin kencang.

Meskipun begitu Lily tetap merasa sedikit terhibur dan menikmati pemandangan di depannya. Saat sedang asik melihat keagungan ciptaan tuhan. Lily dikejutkan dengan suara seseorang dari arah belakangnya. Lily menoleh dan melihat Safira yang keluar mendatanginya.

“Mau pulang ya? Apa jemputan sudah datang?”

Safira mengangguk. Tepat saat itu pintu gerbang terbuka dan memperlihatkan sebuah mobil masuk ke dalam kawasan rumah ini.

Lily heran kenapa Navarro sangat baik pada pekerjanya? Bahkan pria itu tidak tanggung-tanggung menyediakan kendaraan khusus untuk mengantar dan menjemput Safira.

“Lagi menikmati pemandangan?” tanya Safira.

Lily tersenyum, “Iya.” jawabnya jujur.

Suara klakson mobil terdengar membuat Safira harus segera pergi. “Aku pergi dulu,” kata Safira, lalu menghampiri mobil dan masuk.

“Iya. Hati-hati.” Lily melambai-lambaikan tangannya, matanya yang terlihat sendu tak hentinya memperhatikan mobil itu hingga menghilang dari pandangannya. Kini Lily jadi kesepian setelah kepergian Safira.

1
Triyas Hayu
thor up nya lama thor
Nor Asmah
ngapa tidak dilanjut
WINARTI WIN
lanjut Thor
Triyas Hayu
lanjut thorr
Triyas Hayu
thor Buwat lily lepas dari theo thor ngenes banget anak orang
Triyas Hayu
kejam bener sih theo
Triyas Hayu
nyesek di part ini
Triyas Hayu
thor semangat up ya ceritamu menyentuh dan menyayat hati
Isma Nayla
semoga secepatnya lily pergi dari theo,dn tlong thor jng kembalikn lily pd theo bila suatu saat theo menyesal.gk rela aq thor 😤
dyah EkaPratiwi
selidiki shyla Theo blm kau menyesal
Makaristi
nanti tiba waktunya bakalan bucin sama lily kamu theo..
ditunggu yah author kebucinan theo 😂😃😍🫢🫢
dyah EkaPratiwi
jahat banget Theo,ayo kabur aja lyly
Dwi Defirza
bikin penasaran
Makaristi
theo klu tau lily di antar navvarro mulut nya bisa setajam silet dah 😃😁😁🤭🫢
CikCintania
pelik cinta mati sangatkh sampai sanggup d siksa..?
Gwatan
Penulisnya jenius! 🌟
Grindelwald1
Saya sangat terkesan dengan perkembangan karakter yang konsisten.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!