Cerita ini mengisahkan tentang kehidupan seorang gadis yang sangat ingin merasakan kehangatan dalam sebuah rumah. Tentang seorang gadis yang mendambakan kasih sayang dari keluarganya. Seorang gadis yang di benci ketiga kakak kandungnya karena mereka beranggapan kelahirannya menjadi penyebab kematian ibu mereka. Seorang gadis yang selalu menjadi bulan- bulanan mama tiri dan saudara tirinya. Kehidupan seorang gadis yang harus bertahan melawan penyakit mematikan yang di deritanya. Haruskah ia bertahan? Atau dia harus memilih untuk menyerah dengan kehidupannya???
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SunFlower, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
#11
Mahen menggeleng heboh. "Aku tidak." Potongnya. "Selama ini aku memang memperlakukannya dengan kasar tapi aku tidak pernah sekalipun memukul Keyla."
"Tapi kamu membiarkannya mendapatkan pukulan- pukulan itu." Ucap Amel.
"Itu karena aku jarang di rumah Mel. Aku tak pernah menghiraukan keberadaannya. Aku juga baru tahu tadi saat pulang ke rumah jika Keyla selama ini sering dapat pukulan." Mahen membela dirinya. "Aku pikir selama ini mereka hanya suka mengolok- oloknya dan menyuruhnya mengerjakan pekerjaan rumah saja." Mahen menatap Amel. Ia takut jika Amel berpikiran buruk tentang dirinya.
.
.
Hari ini jadwal Keyla untuk fisioterapi. Sudah hampir 2 bulan ini Keyla melakukannya. Ia bingung harus beralasan apa kepada Mahen nanti. Pasalnya kakaknya itu mengatakan bahwa ia akan menjemputnya.
"Kenapa Key?" Tanya Aga yang di jawab gelengan kepala. Ia menatap Keyla intens. "Nanti pulang sekolah ikut aku ya."
Keyla mengerutkan keningnya. "Kemana Ga?"
"Pokoknya ikut saja."
"Tapi Ga nanti kak Mahen mau menjumputku." Ucap Keyla.
"Ck.. Nanti aku yang akan meminta izin sama kakak kamu." balas Aga.
Sepulang sekolah Keyla berjalan mengikuti Aga. Sahabatnya itu berhasil mendapatkan izin dari Mahen untuk membawanya pergi entah dengan alasan apa.
Keyla mengerutkan keningnya saat mengetahui jalan yang ia lewati bersama Aga adalah arah menuju rumah sakit. "Kita mau kemana Ga?" Tanya Keyla ingin memastikan.
"Rumah sakit." Jawab Aga singkat.
Pikiran Keyla sedikit kalut saat mendengar jawaban dari Aga. "Apa Aga sebenarnya sudah tahu tentang penyakit ku?" Batin Keyla sambil menatap punggung Aga. "Ah tapi nggak mungkin. Ini pasti hanya kebetulan saja. Mungkin saja Aga hanya ingin di temani untuk menjenguk seseorang." Monolognya lagi.
Setelah memarkirkan sepedahnya, Aga bergegas menuntun Keyla dan berjalan menuju ruangan Fisioterapi.
"Ga.." Panggil Keyla menahan langkah kaki Aga. Aga menoleh menatap Keyla.
Aga membawa Keyla muntuk duduk di kursi tunggu yang berada sedikit jauh dari ruang Fisioterapi. Ia menggenggam tangan Keyla.
"Kamu tahu Ga?" Tanya Keyla lirih.
"Aku tahu Key." Jawab Aga.
"Sejak kapan?"
"Sejak kamu di rawat karena pingsan. Waktu aku membawamu ke rumah sakit, aku nggak sengaja bertemu dengan dr. Ferdi. dr. Ferdi memberitahuku tentang penyakitmu. Beliau juga menceritakan tentang kamu yang sering absen saat ada jadwal untuk melakukan fisioterapi." Aga menjeda ucapannya. "Selama ini juga aku diam- diam mengikutimu."
"Ga.."
"Maafkan aku Key. Aku melakukannya hanya untuk memastikan kamu benar- benar melakukan fisioterapi. Kamu harus sembuh." Ucap Aga. "Kalau bukan demi aku, paling tidak demi kak Mahen. Mulai sekarang aku akan menemanimu. Kalau sampai kamu absen aku akan memastikan kak Mahen yang akan menyeretmu kesini." Ancam Aga.
Keyla menggelengkan kepala. "Jangan. Jangan beri tahu kak Mahen. Aku tidak ingin kak Mahen tahu. Aku tidak mau membuatnya khawatir." Ucap Keyla sambil menggenggam erat tangan Aga.
"Aku tidak akan memberi tahu kak Mahen asal kamu janji dulu, kamu harus janji berusaha untuk sembuh, kamu harus mengikuti apapun yang di anjurkan dr. Ferdi. Kamu tidak boleh menyerah Key." Ucap Aga.
"Kamu harus berjanji. Jika sampai kak Mahen mengetahui penyakitku maka aku akan melakukan pengobatan apapun." Ancam Keyla. Keyla pikir lebih baik menyerah dari pada harus melihat Mahen yang bersedih karena dirinya.
Hampir 1 jam Aga menunggu Keyla. Ia sesekali mengintip dari balik pintu. Aga ingin sekali mendekat menghampiri Keyla saat melihatnya yang beberapa kali menahan sakit. Aga mengurungkan niatnya untuk duduk saat mendengar pintu ruang fisioterapi yang terbuka.
Keyla menampakkan dirinya. Ia berjalan sedikit tertatih dan terlihat sedikit berantakkan. Aga bergegas menghampiri dan mangambil alih untuk mambantu memapah tubuh Keyla.
"Terima kasih." Ucap Aga kepada fisioterapis yang membantu Keyla.
Aga menatap sendu Keyla yang sedang mengistirahatkan tubuhnya. Ia menyandarkan dirinya pada sandaran kursi. "Aku nggak papa Ga. Aku baik- baik saja. " Ucap Keyla sambil menggenggam tangan Aga.
Malam ini Keyla tidak bisa tidur nyenyak. Ia merasakan sakit kembali pada hampir seluruh tubuhnya. Bahkan pada beberapa tubuhnya mengalami pembengkakkan efek dari fisioterapi yang ia lakukan tadi. Bahkan ini bukan Fisioterapi pertama untuknya tapi kenapa rasa sakitnya semakin hebat. Keyla kembali meringkuk di atas tempat tidur sambil memeluk kedua lututnya. Ia menggigit bibirnya untuk menahan agar isakkannya tak terdengar. Keyla menangis cukup lama sampai akhirnya ia terlelap dalam tidurnya.
.
.
Pagi ini saat terbangun Keyla mendapati apartemen yang sudah kosong. Ia berjalan menuju meja makan yang ternyata sudah ada sarapan di atas meja. Ia melirik notes kecil yang terselip dibawah segelas susu.
"Adek, maaf karena kakak harus segera pergi ke Surabaya. Ada sedikit masalah dengan perusahaan kakak yang di sana. Kakak tidak tahu akan berapa lama di Surabaya, tapi kakak akan usahakan untuk segera menyelesaikan semua permasalahan di sana. Maaf karena kakak tidak membangunkanmu. Jaga kesehatanmu. Jangan sampai telat makan. Hubungi kakak jika kamu ada masalah. Ah tidak kakak macam apa aku ini. Kamu harus memberi kabar kepada kakak setiap saat. Untuk sementara kakak akan menitipkanmu kepada Aga. Tapi jangan terlalu dekat dengannya. Mengerti???
Kakak sayang kamu."
Keyla tersenyum saat membaca pesan dari Mahen. Ia pun memakan sarapan yang sudah di siapkan oleh kakaknya.
Ting.. tong..
Keyla mengerutkan keningnya saat membuka pintu dan mendapati Aga yang sudah berdiri di depan pintu.
"Aku lapar." Ucap Aga lalu berjalan masuk langsung menuju meja makan.
"Aku belum menyuruhmu untuk masuk yaaa.." Ucap Keyla sambil berkacak pinggang.
"Asal kamu tahu kakakmulah yang menyuruhku untuk segera kesini dan sarapan disinu juga." Teriak Aga dari dalam. Keyla menutup pintu apartemennya lalu bergegas menghampiri Aga. Ia menatap Aga dengan tatapan menyelidik. "Aku nggak bohong Key." Ucap Mahen dengan mulut penuh makanan.
"Kamu tidak memberitahu kak Mahen kan?" Tanya Keyla penuh selidik.
Aga menggelengkan kepalanya. "Tidak. Aku sendiri terkejut saat tadi pagi kak Mahen tiba- tiba mengirimiku pesan menyuruhku untuk menjagamu selama dia pergi." Jawab Aga. Aga mengangkat tangannya sambil menunjukkan pose 2 jarinya. "Demi apapun Key aku tidak memberitahu kak Mahen tentang penyakitmu."
Keyla menarik nafas lalu menghembuskannya secara perlahan. "Aku pegang janjimu." Ucap Keyla lalu berjalan menuju kamarnya untuk berganti dengan seragam sekolah. Saat Keyla membuka pintu, ia tidak mendapati keberadaan Aga dan bahkan kondisi meja makan pun sudah terlihat kembali rapi.
Keyla berjalan menuju ruang tamu dan melihat Aga yang sedang berdiri memandang foto masa kecil Keyla yang bahkan ia sendiri tidak sadar jika ada fotonya di sana.
"Ayo Ga." Ajak Keyla. Aga tersenyum memandang ke arah Keyla. "Kenapa kamu tersenyum?" Tanya Keyla.
Aga mengusak rambut Keyla. "Ternyata sahabatku ini memang menggemaskan dari kecil." Ucap Aga lalu memilih untuk mempercepat langkah kakinya dengan sedikit berlari meninggalkan Keyla sebelum sahabatnya itu mengamuk karena sudah mengacak- acak rambutnya.
.
.
"Pagi Key." Sapa Felicia dan Nico bersama- sama.
"Pagi."
"Aku?" Tanya Aga saat tak mendapatkan sapaan dari sahabat- sahabatnya.
"Kamu kenapa?" Felicia balik bertanya.
Aga menghela nafasnya. "Ah sudahlah. Suka- suka kalian."
"Key.. "Panggil Feli lirih sambil menatap lengan Keyla. "Mereka memukulmu lagi?" Feli menyentuh luka pada lengan Keyla yang lupa tidak ia tutupi.
Aga yang baru menyadarinyapun bergegas meraih lengan Keyla. "Kali ini siapa?"
Keyla tersenyum miris saat melihat emosi di masing- masing wajah sahabatnya. "Aku tidak papa. Ini juga sudah di obati kok." Ucap Keyla.
"Aku tanya siapa? Siapa lagi yang sudah memberikan luka baru ini?" Tanya Aga sedikit emosi.