Sequel " SEMERBAK WANGI AZALEA"
Zara Aisyah Damazal masih menempuh pendidikan kedokteran ketika dia harus mengakhiri masa lajangnya. Pernikahan karena sebuah janji membuatnya tidak bisa menolak, namun dia tidak tau jika pria yang sudah menjadi suaminya ternyata memiliki wanita lain yang sangat dia cintai.
" Sesuatu yang di takdirkan untukmu tidak akan pernah menjadi milik orang lain, tapi lepaskan jika sesuatu itu sudah membuatmu menderita dan kau tak sanggup lagi untuk bertahan."
Akankah Zara mempertahankan takdirnya yang dia yakini akan membawanya ke surga ataukah melepas surga yang sebenarnya sangat di cintainya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon farala, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 20 : Boleh aku mengenalmu lebih dekat?
Zara menatap Ezar, dia seakan tidak percaya dengan apa yang barusan di katakan pria arogan itu.
Pria paruh baya tadi tersenyum kikuk, meski Ezar mengatakan jika mereka suami istri, tapi tetap saja dia masih terlihat curiga.
" Istrinya muda sekali tuan dokter." Katanya tersenyum.
" Iya pak, istri saya masih sekolah."
Wajah bapak itu bingung. " Masih SMA?"
Ezar menggeleng sembari menggoyangkan kedua tangannya." Bukan pak, maksud saya, istri saya ini sementara sekolah kedokteran."
" Ooooo.." Katanya lalu tertawa sumringah memperlihatkan giginya yang sudah hilang beberapa.
" Bapak duluan ya tuan dokter."
" Bapak tinggal di mana?"
" Tidak jauh dari sini, di depan penginapan itu."
" Mari sekalian saya antar pak."
" Tidak usah tuan. Dekat ini juga." Katanya sungkan.
" Tidak apa apa pak, lagian kami juga mau ke sana."
Akhirnya setelah di bujuk beberapa kali, pria paruh baya tersebut mau ikut bersama dengan Ezar dan Zara.
Setelah menurunkan penumpangnya, Ezar pun masuk ke area penginapan.
Ezar menuju resepsionis dan menyewa satu kamar untuk mereka.
Kini Ezar dan Zara sudah berdiri di depan sebuah pintu berwarna coklat.
Ezar membuka pintu.
" Masuk."
Zara tidak bergeming. Dia masih berdiri mematung di depan pintu.
" Kenapa kau masih berdiri di situ?"
Zara menatap Ezar." Dok, boleh tidak sewa kamar satu lagi?"
Kening Ezar mengernyit.
" Kenapa banyak sekali? Satu saja sudah cukup. Ayo masuk."
Zara belum beranjak.
Ezar menghela nafas kasar." Mau aku gendong?"
Mata Zara membola. Kalimat Ezar bagai mantra yang membuat Zara dengan cepat melangkahkan kakinya masuk ke dalam kamar.
" Tutup pintunya. Kau tidak ingin ada yang melihat kita tidur bersama kan?" Ujar Ezar tersenyum tipis.
Zara mengikuti perintah Ezar, menutup pintu dengan tangan gemetar. Di kepalanya, sudah banyak pikiran pikiran tak senonoh yang membuatnya semakin merinding.
Pintu tertutup. Tinggallah mereka berdua di temani suara gemuruh dari luar. Hujan semakin deras di sertai suara petir yang menggelegar.
Ezar merebahkan tubuhnya di kasur.
Sementara Zara masih mengedarkan pandangannya di dalam kamar tersebut. Kamar nya tidak begitu luas dengan aksen kayu yang semakin membuat suhu dalam kamar tersebut terasa sangat dingin.
" Kau tidak lelah berdiri?" Kata Ezar.
Mau tidak mau Zara mendekati Ezar, di sana ada satu kursi kecil dan Zara memilih duduk di kursi itu.
" Kau sudah menghubungi Zayn?" Tanya Ezar.
" Mas Zayn sudah tiba di rumah sakit, dan korban sudah di tangani oleh dokter Dimas."
" Alhamdulillah."
Hening.
Mungkin karena lelah dan suhu yang dingin. Zara perlahan menutup matanya. Dia tertidur sambil duduk. Hal yang sering dia lakukan ketika sedang berjaga di rumah sakit jika malam hari.
Ezar belum memperhatikan apa yang terjadi pada Zara, karena dia tengah sibuk membalas pesan Ghina yang merajuk.
Setelah keheningan melanda cukup lama, Ezar baru tersadar jika Zara sudah tidur.
Ezar mengulas senyum. Zara terlihat sangat menggemaskan dengan salah satu tangan di atas meja rias yang sedang yang menopang dagunya.
Tak menyia nyiakan kesempatan langka itu, Ezar mengambil gambar Zara melalui ponselnya.
Puas memandangi wajah cantik itu, Ezar bangkit dan menggendong Zara, dia memindahkan tubuh itu ke tempat tidur.
Begitu Zara menyentuh tempat tidur, netranya terbuka sempurna.
Jantungnya berdetak sangat cepat kala wajah Ezar hanya berjarak beberapa senti dari wajahnya.
Ezar pun demikian, dia tidak menduga Zara akan terbangun dan menatapnya intens, hampir saja ia tertangkap basah karena berencana mencium Zara diam diam.
Netra Zara mengerjap. " Dok.."
" Hmmm.." Ezar menjauh, dia jadi salah tingkah.
Zara memperbaiki posisinya dengan duduk bersandar di sandaran tempat tidur.
" Kebiasaan mu belum berubah ternyata." Kata Ezar tersenyum jahil.
" Kebiasaan dokter juga masih sama. Suka menggendong saya." Balas Zara tidak mau kalah.
Ezar hampir saja tertawa." Kau sudah berani ya." Ujarnya lalu mendekati Zara.
Zara terdiam. Tubuhnya sedikit bergoyang menandakan jika ada orang lain yang baru saja naik ke tempat tidur dan duduk tepat di sebelahnya.
" Aku minta maaf." Kata Ezar memecah kesunyian.
" Maaf untuk apa?"
" Kejadian seminggu lalu, aku tidak bermaksud untuk.."
" Dokter tidak salah. Saya saja yang berharap terlalu tinggi." Ujar Zara.
Gantian Ezar yang terdiam.
Zara bangkit dari tempat tidur. " Hujan sudah reda, ayo kita pulang."
Zara sudah berada di depan pintu dan memegang gagangnya. Namun Ezar datang dan menarik tangan Zara hingga gadis itu berakhir di pelukan Ezar.
Mata Zara membulat sempurna, jangan tanyakan bagaimana kerja jantungnya saat ini. Yang pasti, debarannya sangat hebat.
" Kita akan menginap di sini, malam ini." Ujar Ezar dengan dagu yang dia sandarkan di bahu Zara.
" Tapi dok.."
" Kenapa? Seminggu lalu aku selalu menunggu kau berbicara apa saja padaku, aku berharap kau tersenyum manis ketika menyiapkan makanan untukku. Jadi hari ini, kamu harus membayarnya. Bicaralah padaku tentang apa saja, dan perlihatkan senyum mu itu. Aku merindukannya." Ujar Ezar memperat pelukannya.
Tubuh Zara menegang sempurna, apalagi pelukan Ezar terasa sangat hangat masuk ke relung hatinya.
Pelukan erat yang Ezar berikan, apakah di balas Zara? Tidak, Zara hanya berdiri mematung bak pohon pisang. Tidak ada gerakan tambahan kecuali jantung nya yang memompa lebih cepat dari biasanya.
Ya, Ezar memang hanya beralasan berteduh sebentar, karena dari awal niatnya memang membawa Zara. Kebetulan saja hujan deras dan cuaca ekstrim, jadi bertambah kuat lah alasan Ezar. Andai tidak ada fenomena alam berupa titik titik air itu, tentulah Ezar akan berpikir keras bagaimana caranya agar Zara bisa bersama dengannya.
Dan kemungkinan yang paling masuk akal adalah mengusir teman sekamar Zara ataukah Zara yang di tarik masuk ke dalam kamarnya. Masalah alasan kenapa dia melakukan itu, akan dia pikirkan belakangan, yang penting Zara ada bersamanya.
Ezar tidak sanggup menahan sikap acuh yang di tampakkan Zara selama seminggu ini. Meski masih di layani seperti hari hari biasa, tapi ada saja perasaan Ezar yang mengatakan jika Zara lebih banyak diam.
Sementara di bungalow, Ghina mondar mandir di ruang tamu menunggu kedatangan Ezar dengan omelan yang memekakkan telinga.
Banyak dokter yang duduk di sana tak di gubris Ghina. Dia tidak tau saja, kalau sedari tadi, dirinya sudah menjadi bahan pembicaraan semua orang. Banyak yang menyayangkan Ezar memilih Ghina sebagai kekasih. Meski tak mereka pungkiri jika Ghina memang cantik, tapi percuma cantik jika tidak memiliki attitude.
Beberapa kali Ghina mencoba menghubungi Ezar, tapi Ezar tidak pernah mengangkat, lebih tepatnya, Ezar mematikan ponselnya. Dia tidak ingin di ganggu.
Dan salah satu alasan terbesarnya memilih penginapan ini adalah Ghina.
Tujuh tahun menjalin kasih bukanlah waktu sebentar. Ezar bahkan sudah khatam dengan baik sifat Ghina. Ghina suka sekali mengekang Ezar. Dulu sebelum Ghina melanjutkan PPDS nya, teman Ezar tidak banyak. Ghina melarang Ezar bergaul.
Lalu sebenarnya, apa yang di harapkan Ezar pada Ghina hingga masih mempertahankan wanita itu? Terkadang Ezar jadi bingung sendiri.
Seminggu merenungi kesalahannya, Ezar merasa jika ada yang aneh. Ezar juga mulai membandingkan gaya hidup Ghina dan Zara, Ini seperti langit dan bumi.
Zara yang sederhana padahal anak orang kaya, sementara Ghina yang boros dan materialistis punya latar belakang yang jauh berbeda dari Zara. Orang tua Ghina juga berada, tapi jauh di bawah Zara.
Kembali ke penginapan.
Ezar melerai pelukannya.
Memberi tatapan manis pada Zara.
" Boleh aku mengenalmu lebih dekat?"
...****************...
ahhh hax farala yg tau...hihihi
dasar, ezar si mesum😂