Sebuah pengkhianatan seorang suami, dan balas dendam seorang istri tersakiti. Perselingkuhan sang suami serta cinta yang belum selesai di masa lalu datang bersamaan dalam hidup Gladis.
Balas dendam adalah jalan Gladis ambil di bandingkan perceraian. Lantas, balas dendam seperti apa yang akan di lakukan oleh Gladis? Yuk di baca langsung.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gadisti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tidak bisa melupakannya
Kediaman Pradipta.
"Darren! Kapan kamu akan menikahi Bela? Mama sudah tidak sabar ingin menggendong cucu seperti teman-teman mama lainnya." Saraswati atau lebih akrab di panggil Saras, menghampiri putra satu-satunya yang saat ini sedang duduk di kursi berwarna hitam yang berada di dalam ruangan khusus untuk putranya bekerja.
Saras merasa lelah, melihat putranya yang setiap hari hanya di sibukkan dengan pekerjaannya. Padahal, Saras sudah menjodohkannya dengan gadis yang bernama Bela. Bahkan mereka sudah bertunangan dan tinggal menunggu hari pernikahannya saja. Namun, putranya yang bernama Darren itu, malah enggan untuk membahas tentang pernikahannya dengan Bela.
Darren Putra Pradipta, pria matang berusia tiga puluh tahun, pewaris tunggal perusahaan Pradipta Group. Salah satu perusahaan yang bergerak di berbagai bidang, juga salah satu perusahaan yang cukup terkenal di negaranya. Papanya meninggal, di saat ia sedang melakukan perjalanan bisnis keluar kota.
Saat itu usia Darren baru menginjak dua puluh tiga tahun. Dia yang tidak pernah ingin meneruskan perusahaan sang papa, dengan terpaksa meninggalkan semua hobinya demi menjadi penerus perusahaan papanya. Dia di ajari oleh Bob asisten sang papa, bagaimana caranya agar bisa mempertahankan perusahaan dan meraih kesuksesan di saat papanya sudah tiada.
"Darren! Mama sedang bicara sama kamu! Kenapa kamu malah sibuk dengan pekerjaanmu?" Saras mulai menunggunya volume bicaranya, menatap putra satu-satunya itu dengan kesal.
Selalu saja di acuhkan jika dirinya membahas tentang pernikahan putranya dengan Bella, putri dari salah satu sahabat Saras.
Darren menghembuskan nafasnya, mengalihkan pandangannya pada sang mama, menatap sang mama sedikit kesal. "Mah, tolong jangan bahas masalah pernikahan lagi denganku. Aku sangat sibuk, mah." Ucap Darren dengan nada bicaranya yang rendah.
Darren sudah muak mendengar pertanyaan yang sama dari sang mama. Jika boleh jujur, sebenarnya Darren sama sekali tidak menyukai Bella, Darren terpaksa melakukan pertunangan itu atas perintah sang mama. Darren tidak bisa menolak, karena pada saat itu, kondisi sang mama sedang tidak baik-baik saja. Terlebih lagi, yang Darren punya saat ini hanyalah sang mama. Jadi, mau tidak mau ia pun harus bertunangan dengan Bella.
Darren kembali menghembuskan nafasnya kasar, ia kembali menatap layar komputernya, melakukan pekerjaannya yang tertunda.
Saras terlihat semakin kesal ketika mendengar ucapan putranya tadi. Sebenarnya ia juga sudah merasa lelah, setiap harinya harus menanyakan hal yang sama pada putranya itu. Namun, apa boleh buat, Saras sudah sangat ingin menimang cucu seperti teman-temannya. Maka dari itu, setiap putranya berada di rumah, Saras pasti akan membahas tentang pernikahan.
"Darren! Apa kamu tidak merasa kasihan sama mama yang sudah tua ini hah! Lihat teman-teman mama Darren! Mereka sudah pada punya cucu, tinggal mama sama calon mertuamu yang belum memiliki cucu." Saras memijit pelipisnya yang berdenyut, merasa pusing karena putranya itu sama sekali tidak ada niatan untuk menikahi Bella, putri temannya yang bernama Mira.
"Bagaimana kalau Mira menikahkan Bella dengan pria lain? Mau di taruh di mana muka mamamu ini Darren!" Saras kembali bersuara, nada bicaranya lebih tinggi dari sebelumnya. Sorot matanya memancarkan kekesalan sekaligus amarah yang mulai menyelimuti wanita paruh bayah itu.
"Di depan lah, mah. Masa di belakang." Sahut Darren dengan santai tanpa menoleh ke arah sang mama yang kini tengah memperlihatkan raut wajahnya kesal.
"Astaga Darren! Kenapa kamu hobi sekali membuat mamamu ini kesal. Apa kamu ingin mama cepat-cepat mati!"
"Mama lebih baik istirahat saja, ini sudah malam. Jangan kesal-kesal terus, nanti mama cepet tua," ucap Dareen seraya mematikan layar komputernya.
Darren menatap sang mama, lalu menghembuskan nafasnya kasar, kemudian ia beranjak dari tempat duduknya, ia berjalan menghampiri mamanya. "Mah, ayo aku antar mama ke kamar." Tawar Darren seraya meraih tangan sang mama, lalu membawa sang mama keluar dari dalam ruangan kerjanya.
"Darren! Pokoknya mama mau pernikahanmu dengan Bella di adakan secepatnya. Kamu tahu calon mertuamu itu selalu menanyakan...."
"Mah, please! Jangan bahas tentang pernikahan lagi, ok. Kalau sudah waktunya pun aku pasti bakalan menikah, mah." Potong Darren sembari menghentikan langkah kakinya, lalu menatap sang mama dalam.
"Istirahatlah, mah. Aku akan pergi keluar sebentar," sambung Darren seraya mencium punggung tangan sang mama, kemudian ia pin bergegas pergi tanpa menunggu jawaban dari sang mama.
"Darren! Kamu mau kemana? Mama belum selesai bicara Darren!" Saras berteriak memanggil putranya. Namun, putranya itu sama sekali tidak menghiraukan panggilannya, ia terus berjalan pergi meninggalkan kediaman Pradipta.
***
Club malam.
"Lo kenapa lagi?" tanya Crhis teman Darren satu-satunya yang paling bener di antara yang lainnya.
Darren memiliki tiga teman, di antaranya Crhistian Dominiq, pria tampan yang tidak pernah memainkan hati perempuan. Lalu Alex Perdana, sang playboy gila yang sukanya memainkan hati wanita. Sehari putus, besoknya sudah dapat pacar baru lagi. Itulah Alex. Kemudian Dimas Prasetya, pria tampan yang suka celap celup sana sini. Dia hampir sama dengan Alex, sang playboy cap ikan petek.
"Biasa. Nyokap gue selalu menanyakan tentang kapan gue nikahin Bella. Gue udah bosan mendengarnya," sahut Darren sebelum ia menenggak minuman bersoda miliknya.
Darren memang jarang meminum minuman yang beralkohol, karena ia sama sekali tidak menyukai minuman haram itu.
Ia datang ke club hanya karena teman-temannya berada di sana saja. Lagian tidak ada salahnya juga dia datang ke club itu, itung-itung menghilangkan stressnya.
"Kenapa lo gak nikahin aja tuh si Bella. Lo kan udah tunangan sama dia? Tunggu apalagi coba?" ucap Alex yang sedari tadi sibuk dengan ponselnya.
"Bener tuh kata si Alex, daripada nyokap lo setiap hari nanyain hal yang sama, mendingan nikahin aja tuh si Bella. Kan enak lo bisa ngerasain surga dunia seperti gue," timpal Dimas seraya tersenyum membanggakan dirinya yang brengsek.
Ya sebutan apalagi yang pantas untuk seorang pria yang suka celap celup sana sini, kalau bukan brengsek?
"Gue gak suka Bella. Pertunangan gue dengan dia karena keterpaksaan." Ketus Darren kesal.
"Kalau begitu gue gak bisa ngomong lagi. Lagian apa susahnya belajar mencintai si Bella itu. Gue lihat ceweknya baik kok. Cantik lagi," ucap Dimas sembari meraih segelas minuman haram, lalu menenggaknya dengan perlahan.
Meletakkan gelas yang sudah kosong kembali di atas meja. "Kalau gue jadi lo, gue pasti udah nikahin si Bella itu. Sayang di anggurin," kekeh Dimas yang mendapat toyoran kepala dari Alex.
"Apaan sih, main toyor-toyor pala orang!"
"Pala lo emang pantas di toyor, Dim." Sahut Alex santuy.
"Pala bapak kau!" seru Dimas kesal. Tiba-tiba saja palanya di toyor sama Alex, padahal ia tidak melakukan apa-apa. Bikin kesal saja.
"Kalian malah ribut." Crhis menggelengkan kepalanya melihat kelakuan kedua temannya tersebut. Meskipun kedua temannya itu hampir memiliki kesamaan, tetapi tak jarang Dimas dan Alex bertengkar karena hal sepele. Seperti sekarang ini.
"Lo masih ingat sama dia?" tanya Crhis dengan tiba-tiba membuat Darren seketika menatap ke arahnya. Sementara kedua temannya mulai sibuk dengan ponselnya masing-masing.
"Hmm..."
Hanya deheman yang keluar dari mulut Darren. Dan itu sebagai jawaban apa yang di ucapkan oleh Crhis tadi benar.
"Sudah delapan tahun, lo masih mengingatnya? Wah luar biasa sekali." Ucap Crhis sembari menggelengkan kepalanya. "Lupakan dia, Ren. Mungkin sekarang dia sudah hidup bahagia bersama suaminya." Kata Crhis lagi.
"Tidak bisa. Gue tidak bisa melupakannya. Lagian, belum tentu dia sudah bersuami, bisa saja kan dia masih sendiri sama seperti gue sekarang?" Cetus Darren sembari membayangkan masa lalunya bersama gadis yang amat di cintainya.
Gadis yang mampu membuat hatinya bergetar, serta gadis yang menjadi cinta pertamanya hingga saat ini pun gadis itu tetap menjadi cintanya.
makasih Thor🙏💪