Dokter Heni Widyastuti, janda tanpa anak sudah bertekad menutup hati dari yang namanya cinta. Pergi ke tapal batas berniat menghabiskan sisa hidupnya untuk mengabdi pada Bumi Pertiwi. Namun takdir berkata lain.
Bertemu seorang komandan batalyon Mayor Seno Pradipta Pamungkas yang antipati pada wanita dan cinta. Luka masa lalu atas perselingkuhan mantan istri dengan komandannya sendiri, membuat hatinya beku laksana es di kutub. Ayah dari dua anak tersebut tak menyangka pertemuan keduanya dengan Dokter Heni justru membawa mereka menjadi sepasang suami istri.
Aku terluka kembali karena cinta. Aku berusaha mencintainya sederas hujan namun dia memilih berteduh untuk menghindar~Dokter Heni.
Bagiku pertemuan denganmu bukanlah sebuah kesalahan tapi anugerah. Awalnya aku tak berharap cinta dan kamu hadir dalam hidupku. Tapi sekarang, kamu adalah orang yang tidak ku harapkan pergi. Aku mohon, jangan tinggalkan aku dan anak-anak. Kami sangat membutuhkanmu~Mayor Seno.
Bagian dari Novel: Bening
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Safira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8 - Anak Yang Menjadi Korban
Kini kedua manusia berbeda gender sekaligus berbeda usia dengan jarak yang terbilang cukup jauh, tengah duduk saling berhadapan di kursi ruang tamu. Laksana terlihat seperti ibu dan anak. Ya, tamu yang bertandang larut malam yakni putra sulung Mayor Seno bernama Aldo Bimantara Pamungkas.
Laki-laki berusia delapan belas tahun ini, baru saja sebulan yang lalu tinggal di asrama Akademi Militer (Akmil), sekolah pendidikan T N I Angkatan Darat yang berada di Kota Magelang, Jawa Tengah. Akademi Militer berada di dalam struktur T N I AD yang berperan mencetak taruna/taruni Akmil menjadi perwira T N I AD.
Ia diterima masuk Akmil sehingga harus rela hidup berjauhan dari Papa dan adiknya. Mayor Seno bercita-cita Aldo dapat mengikuti jejaknya yakni menjadi seorang abdi negara di bidang militer. Ia sangat bersyukur Aldo lulus tes dan diterima di Akmil. Sebuah kebanggaan tersendiri bagi seorang Mayor Seno.
Aldo yang mendapatkan izin khusus sejenak untuk pesiar, rela menghabiskan perjalanan panjang melalui darat dan udara demi tiba di rumah dinas ayahnya yang berada di tapal batas. Selama sembilan jam lebih perjalanan dari darat dan udara telah Aldo tempuh sehingga pukul sebelas malam lewat, dirinya sampai di rumah dinas ayahnya dengan selamat.
Aldo menatap tajam Dokter Heni, wanita yang ia tahu berstatus sebagai istri baru sang Papa. Hal ini ia ketahui dari Fatih, ajudan ayahnya, yang tanpa sengaja keceplosan saat menjemputnya tadi di bandara. Dirinya pulang karena memang Papanya yang memintakan izin. Namun Papanya tak mengatakan apa pun alasannya sampai ia disuruh pulang secara tiba-tiba.
Awalnya ia tak percaya pada ucapan Fatih yang mengatakan jika Papanya sudah menikah lagi. Bagai disambar petir di siang bolong. Setelah melihat Dokter Heni membukakan pintu untuknya, barulah ia percaya jika Papanya sudah menikah lagi.
Dikarenakan ia sangat mengenal watak Papanya. Tak akan memasukkan sembarang wanita ke dalam rumah ini. Terlebih di jam malam seperti ini yang sudah larut jika tak ada hubungan yang jelas.
"Bagaimana bisa Papaku menikah dengan Anda? Apa Anda membuka baju dengan cara murahan lantas naik ke atas ranjang dingin Papaku?" cecar Aldo dengan sorot mata tajam mirip Mayor Seno. Aldo memang duplikat sang ayah.
Jlebb...
Pertanyaan dari Aldo yang sangat tajam nan pedas, sungguh menyakitkan hati bagi yang mendengarnya. Namun Dokter Heni berusaha tetap tenang dan bersikap biasa saja sehingga tak terpengaruh apa pun. Beruntung sore tadi saat memasak di dapur, ia berbicara banyak hal dengan Mbok Jum. Sehingga ia cukup tahu mengenai permasalahan rumah tangga Mayor Seno dengan mantan istrinya, Manda.
Awalnya Mbok Jum tak memberikan informasi apa pun. Tetapi berkat kepiawaiannya serta kelembutannya, akhirnya Mbok Jum mau mengatakan semuanya.
"Kasihan Den Aldo dan Neng Aya. Mereka harus jadi korban perceraian orang tuanya. Terutama Den Aldo pernah melihat sendiri dari celah pintu kamar utama yang enggak ketutup rapat saat mereka masih tinggal di kota. Waktu itu Bu Manda berselingkuh dan sedang bercinta dengan komandan ayahnya sendiri. Bahkan Neng Aya yang masih batita sedang tidur pulas di boxnya di kamar yang sama dengan dua manusia tak punya hati itu. Den Aldo lari keluar rumah sambil menangis sepulang sekolah. Waktu itu Mbok belum jadi pembantu Bapak. Si Mbok masih kerja sebagai pembantu ibu kandung Bapak di kampung," ujar Mbok Jum di sela-sela isak tangisnya.
Aldo sempat mengalami stres dan trauma. Ia berteriak-teriak tidak jelas seperti orang yang sedang tantrum. Ia membanting semua barangnya di kamar. Ia memaki-maki Manda selaku ibu kandungnya sendiri. Bahkan Aldo menjerit dan menjambak rambutnya sendiri seperti orang sa-kau bahwa ia menyesal dilahirkan dari wanita seperti Manda yang mirip pela*cur.
Hanya demi sebuah nafsu bi*rahi semata, ibu kandungnya rela membuka kaki untuk laki-laki lain yang tidak halal. Terlebih Kolonel Gani Samudera berstatus suami orang. Sungguh menjijikkan.
Akibat perbuatan Manda tersebut sehingga mengorbankan banyak hal terutama mental anak kandungnya sendiri. Beruntung Mayor Seno bisa segera mengatasi mental Aldo pada ahlinya. Sehingga kewarasan masih menaungi putra sulungnya yang kala itu berusia 13 tahun.
"Kamu bilang, aku naik ke atas ranjang Papamu yang dingin?"
"Iya. Atau jangan-jangan Anda menjebak Papa dengan obat akhirnya kalian berdua melakukan hal itu. Ujungnya minta tanggung jawab agar Papa nikahin Anda. Benar bukan?"
"Apa untungnya buatku?" balas Dokter Heni.
Aldo terdiam mematung. Saat hendak bersuara kembali, Dokter Heni mendahuluinya.
"Apa Papamu setampan dewa di langit yang sampai-sampai aku harus berlutut dan memujanya, atau Papamu punya harta karun yang banyak sampai triliunan hingga aku melakukan hal konyol yang kamu bilang tadi? Coba sebutkan alasan yang lebih masuk akal sampai-sampai aku berakhir menikah dengan Papamu?" cecar Dokter Heni dengan tegas.
"Kadang wanita tak ingin harta atau fisik dari seorang laki-laki. Hanya untuk memuaskan naf*sunya saja seorang wanita rela buka kaki dengan mudahnya. Apalagi konon katanya Anda seorang janda. Bisa jadi Anda sudah gak tahan pengin dibelai sehingga menjebak Papaku dengan cara kotor," sarkas Aldo.
"Maaf, Aldo Bimantara Pamungkas, putra kandung dari Mayor Seno Pradipta Pamungkas yang terhormat. Saya seorang dokter. Saya punya penghasilan tetap dan juga harta yang tidak perlu saya sebutkan di sini apa saja. Jika memang ingin mendapatkan belaian dari laki-laki, saya bisa saja pesan gi*golo di luar sana untuk sekedar mendapatkan kepuasan yang kamu maksud tadi. Perlu digarisbawahi, tidak semua wanita itu sama, Nak Aldo. Jika semua wanita itu sama seperti tuduhan kamu tadi, maka dipastikan semua ibu di dunia ini hidupnya akan menjadi P S K di jalanan. Apa ibu dari teman-temanmu semuanya berprofesi sebagai P S K, tidak ada wanita yang terhormat dan baik-baik kah?"
Jlebb...
Seketika Aldo terdiam dan hanya menatap Dokter Heni dengan tatapan yang entah.
"Jangan hanya satu kesalahan seseorang, lalu kita sebagai manusia menganggap semua wanita itu sama buruknya. Apa Aya, adik kandungmu sendiri juga kamu nilai sebagai wanita murahan? Mbok Jum, mendiang nenekmu serta ibu guru di sekolah yang sudah mendidikmu dengan baik seperti sekarang ini, apa mereka juga termasuk murahan?"
Aldo semakin terpojok dan tak bisa berkata-kata membalas ucapan Dokter Heni. Namun justru di dalam hatinya saat ini terselip sebuah rasa perih tak kasat mata. Rasa bersalah pada wanita asing yang duduk di hadapannya sekarang ini. Namun bibirnya kelu untuk sekedar minta maaf.
"Mengenai sebab antara aku dengan Papamu sampai menikah, sebaiknya nanti kamu tanyakan langsung pada beliau jika pulang. Ucapan Papamu pasti lebih kamu dengar dan percayai ketimbang saya yang murahan ini," ucap Dokter Heni seraya berdiri dan berpamitan untuk masuk ke kamar Aya.
Matanya sudah semakin berembun dan dadanya terasa sesak. Dirinya memilih menyudahi pembicaraan yang ia yakini tidak akan selesai dalam waktu singkat. Dirinya memilih mengalah dan masuk ke dalam kamar Aya.
Tes...
Tes...
Tes...
Buliran air mata mulai menetes di wajahnya saat berjalan menuju ke kamar Aya. Ketika ia sudah menutup dan mengunci pintu kamar Aya dengan rapat, tubuhnya seketika merosot ke lantai. Ia menangis tergugu dengan suara tertahan.
Walaupun ia paham akan kondisi Aldo, namun dirinya hanya manusia biasa yang juga punya perasaan. Tak menyangka akan dihina sebagai wanita murahan oleh salah satu anak sambungnya.
Tanpa keduanya sadari, ada seseorang yang berdiri dengan tangan bergetar seraya menggenggam erat pintu utama yang ia buka sedikit. Langkah kakinya terhenti dan tak jadi masuk saat samar-samar telinganya mendengar pembicaraan empat mata antara Dokter Heni dan Aldo.
Bersambung...
🍁🍁🍁
bukan sukarela seperti yg km bilang
beneran apa bener teteh author
🤭🤭🤭
lo itu cuma mantan
buanglah mantan pada tempatnya
dasar racun sianida
💕💕👍👍
tampan se-kecamatan
🤣🤣🤣
🤦🤦🤦🤦
🤭🤭🤭🤭