Dibunuh oleh suaminya sendiri dikehidupan sebelumnya, lalu dia kembali sebelum semua pengkhianatan dari sang suami dia rasakan.
Kembali untuk membalas rasa sakit dan kematiannya dengan cara yang cantik, memabalas dengan begitu tenang namun mematikan.
"Aku tidak akan menyia-nyiakan kehidupanku lagi. Kau pernah membunuhku demi wanita itu, jadi aku akan membuatmu dan wanita itu bersama menikmati apa yang pernah aku rasakan!"
Jangan lupa memberi dukungan pada karya-karya Ana ya 😄
Dukungan kalian memberikan semangat untuk Ana.
Terima kasih atas semua dukungan-dukungan kalian 🙏😊
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ⁖℘ձռձ༢࿔ྀુ, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14
Brak!
"Jadi laki-laki yang kemarin membawa Jian Ying pergi dari hadapanku adalah anak angkat keluarga Xiao! Pantas saja dia begitu sombong!" ucap Dao Ming An dengan geram.
Keluarga Xiao bukanlah keluarga yang mudah disinggung, meski keluarganya adalah keluarga Perdana Menteri, tetapi tentu tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan keluarga Xiao itu.
Terlebih ada selir An di belakang keluarga itu yang mendukung. Dan itu membuat Dao Ming An semakin kesal saat ingat bagaimana Jian Ying dibawa pergi oleh Zhao Yan.
"Aku harus cepat mencari orang untuk melenyapkan anak angkat keluarga Xiao itu, agar aku dapat bersama lagi dengan Jian Ying!" ucap Dao Ming An lagi.
Sebenarnya kemarin ketika dia akan pergi mencari orang, dia tidak sengaja mendengar perihal pesta keluarga Xiao. Jadi dia mengurungkan rencananya terlebih dulu, namun siapa sangka anak angkat keluarga Xiao yang dirumorkan adalah laki-laki yang membawa pergi Jian Ying dan memanggil Jian Ying dengan nama kecilnya.
...----------------...
Di kediaman keluarga Xiao, Zhao Yan tengah duduk di dalam kamarnya. Dia berusaha untuk bisa beradaptasi dengan kamar itu.
Meski kamar itu tidak lebih besar dari kamarnya di kerajaan Kin, namun kamar itu jauh lebih hangat dan terang dibandingkan kamarnya dulu yang terasa dingin karena tidak seorang pun yang datang ke istananya.
Zhao Yan sendiri pun terlalu malas untuk keluar dari istananya, dan lebih memilih berdiam di kamar atau ruang baca.
"Zhao Yan, apakah kau ada di dalam?" ucap seseorang dari luar kamar.
Zhao Yan berjalan lalu membuka pintu kamarnya, "Ibu,"
Nyonya Xiao tersenyum, "Ibu ingin membawamu untuk membeli beberapa potong kain dan membuat pakaian untukmu. Apakah kau sibuk?"
"Tidak Ibu, saya akan menemani Ibu pergi,"
"Baguslah jika begitu,"
Zhao Yan mengangguk, mereka kemudian berjalan bersama ke depan pintu gerbang kediaman.
Dengan menaiki kereta kuda, mereka akan pergi ke toko kain yang biasa keluarga Xiao datangi.
"Apakah kau tidur dengan baik tadi malam? Maaf, karena kamarmu tidak sebesar kamar di kerajaan Kin," ucap nyonya Xiao yang duduk di depan Zhao Yan.
"Tidak Ibu, kamar itu sudah cukup besar. Dan saya tidur dengan baik,"
"Baguslah jika kau merasa begitu,"
Nyonya Xiao sangat senang karena saat ini dia tengah menuju toko kain bersama putranya. Selama ini dia selalu pergi sendirian, karena tuan Xiao tentu sibuk dengan pekerjaannya.
"Nyonya, tuan muda. Kita sudah tiba di depan toko!" ucap orang yang membawa kereta kuda mereka.
Zhao Yan turun terlebih dulu, kemudian membantu nyonya Xiao untuk turun dari kereta dengan hati-hati.
Nyonya Xiao sangat senang karena putranya begitu perhatian dan sangat hangat padanya.
"Ayo, Ibu akan membawamu masuk ke dalam toko kain, yang biasa keluarga Xiao datangi!" ucap nyonya Xiao.
Sambil menggenggam tangan sang Ibu, Zhao Yan berjalan bersama masuk ke dalam toko kain itu.
Banyak orang yang melihat kedatangan nyonya Xiao bersama dengan Zhao Yan, dan tidak sedikit yang menyambut kedatangan mereka di toko itu.
"Nyonya Xiao, apakah anda membawa putra anda kemari untuk membeli kain dan membuat pakaian untuknya?" ucap salah seorang wanita.
"Benar, aku ingin membuat beberapa pakaian untuk putraku,"
"Putra anda sangat tampan, apakah dia sudah memiliki teman wanita?"
"Dia akan segera menikah, dan aku datang juga untuk sekalian mencari kain terbaik di sini,"
"Sangat disayangkan sekali, wanita yang menjadi istri dari putra anda pasti sangat beruntung,"
"Aku hanya berharap, dia dan istrinya kelak akan bahagia,"
"Tentu saja, kami juga berharap seperti itu,"
Bukan hanya nyonya Xiao yang bahagia karena memiliki putra, tetapi teman-temannya pun turut bahagia, karena mereka sangat tahu bagaimana perasaan seorang wanita yang tidak dapat memiliki anak.
"Baiklah, kami akan mencari ke atas," ucap nyonya Xiao.
"Iya,"
Nyonya Xiao bersama Zhao Yan berjalan menaiki tangga untuk ke lantai dua, dimana kain-kain terbaik berada di sana.
"Kau lebih menyukai kain seperti apa, Zhao'er?" ucap nyonya Xiao ketika tengah memilih kain.
"Saya lebih menyukai kain yang ringan, Ibu,"
"Kau sama seperti Ayahmu,"
"Apakah Ayah juga menyukai kain seperti itu?"
"Benar, dia bahkan tidak mau memakai pakaian jika bukan dari bahan yang dia inginkan,"
Zhao Yan mengangguk seraya tersenyum dari balik penutup wajahnya.
"Baiklah, Ibu juga akan sekalian membelikan beberapa potong kain untuk Ayahmu," ucap nyonya Xiao lagi.
Zhao Yan dengan tenang dan bahagia menemani nyonya Xiao yang telah menjadi Ibunya, "Sudah sangat lama aku tidak melakukan ini. Dulu Ibu juga sering mengajakku pergi keluar istana untuk membeli beberapa barang,"
Nyonya Xiao terlihat tengah sibuk mencari kain untuk Zhao Yan dan suaminya, sesekali dia juga berbicara dengan pelayan toko itu.
Zhao Yan sendiri melihat interaksi Ibunya dengan tenang.
Setelah memilih dan mencocokan dengan Zhao Yan, akhirnya nyonya Xiao membeli 5 gulung kain dengan bahan terbaik di toko itu.
"Tolong antar semua kain itu ke tempat penjahit yang biasa. Aku dan putraku akan ke sana nanti," ucap nyonya Xiao pada pelayan yang membawa kain-kain itu.
"Baik, nyonya!"
Pelayan itu membawa kain yang telah dibeli oleh nyonya Xiao.
"Apa kau sudah pernah memakan manisan yang ada di ibukota, Zhao'er?" ucap nyonya Xiao.
"Belum Ibu,"
"Baiklah, kalau begitu Ibu akan membawamu ke toko manisan dan membeli beberapa untukmu, sebelum kita pergi ke penjahit,"
"Baik,"
Nyonya Xiao tersenyum, sungguh dia sangat bahagia dan rasanya dia ingin membawa Zhao Yan ke berbagai tempat. Meski dia tahu, jika Zhao Yan bukan lagi anak-anak, namun baginya yang baru memiliki seorang anak, Zhao Yan adalah putra kecilnya.
Orang-orang yang melihat nyonya Xiao dan Zhao Yan berjalan bersama menuju toko manisan pun turut senang, karena baik Zhao Yan maupun nyonya Xiao tampak sangat menikmati waktu mereka.
"Ini adalah toko manisan yang sangat enak di ibukota, Ibu yakin kau pasti akan menyukainya. Karena Yang Mulia Putri juga sangat suka manisan di toko ini," ucap nyonya Xiao ketika mereka tiba di depan sebuah toko.
"Yang Mulia Putri juga menyukai manisan?"
"Benar, apakah kau tidak mengetahuinya?"
Zhao Yan menggelengkan kepalanya, "Tidak Ibu, saya baru tahu hal ini dari Ibu sekarang,"
"Kalau begitu, kau harus membeli beberapa untuknya,"
"Baik Ibu,"
Sepasang Ibu dan anak itu pun berjalan masuk ke dalam toko manisan. Mereka tentu disambut dengan ramah oleh para pelayan toko, terlebih nyonya Xiao adalah pelanggan mereka.
"Pilihlah manisan mana yang ingin kau coba!" ucap nyonya Xiao pada Zhao Yan.
"Saya tidak tahu mana yang enak, Ibu. Bisakah Ibu memilihkan untuk saya?"
"Kau ini, aku adalah Ibumu, kenapa kau berbicara seolah sedang berbicara dengan orang lain,"
Zhao Yan hanya terdiam, selama ini dia hanya berbicara dengan orang yang berada di dalam istana. Dan karena itu, dia tidak tahu harus bagaimana dia berbicara dengan nyonya Xiao.
Nyonya Xiao tersenyum lalu membawa Zhao Yan ke arah salah satu tempat yang berisi berbagai manisan buah.
"Rasa manisan buah persik ini sangat enak, ada sedikit rasa asam karena terbuat dari persik kuning. Dan yang ini adalah manisan anggur, rasanya manis. Di sini juga ada manisan buah plum dan buah haw yang biasa dibuat tanghulu," ucap nyonya Xiao seraya menunjuk beberapa manisan di depan mereka.
"Saya hanya pernah mencoba tanghulu sekali, dan yang lainnya saya belum pernah merasakannya,"
Nyonya Xiao menatap Zhao Yan, ada rasa kasihan ketika melihat putranya. Semua manisan itu seharusnya dia rasakan ketika berusia 10 tahun. Karena manisan itu selalu ada ketika ada perayaan festival, dan anak-anak pasti sangat menyukainya.
"Kalau begitu, Ibu akan membeli semuanya untukmu. Kau bisa mencobanya nanti," ucap nyonya Xiao.
"Baik, Ibu!"
Nyonya Xiao mengangguk, lalu meminta pelayan toko untuk membungkus berbagai manisan yang ada di toko itu. Tidak lupa dia juga meminta pelayan untuk membungkus 3 manisan kesukaan Jian Ying.