"Dia membuang sebuah berlian, tapi mendapatkan kembali sesuatu yang kurang berharga. Aku yakin dia akan menyesali setiap keputusannya di masa depan, Illana."—Lucas Mathius Griggori.
Setelah cinta pertamanya kembali, Mark mengakhiri pernikahannya dengan Illana, wanita itu hampir terkejut, tapi menyadari bagaimana Mark pernah sangat mengejar kehadiran Deborah, membuat Illana berusaha mengerti meski sakit hati.
Saat Illana mencoba kuat dan berdiri, pesona pria matang justru memancing perhatiannya, membuat Illana menyeringai karena Lucas Mathius Griggori merupakan paman Mark-mantan suaminya, sementara banyak ide gila di kepala yang membuat Illana semakin menginginkan pria matang bernama Lucas tersebut.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sunny Eclaire, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
32. Efek Romanee Conti.
"Mark, aku ingin membeli kue dari kedai kopi di seberang sana. Apa kamu bisa menungguku sebentar?"
Mark mengangguk patuh, ia berbicara lembut kepadanya. "Pergilah, aku akan menunggu di sini."
"Terima kasih, Mark. Jangan bersedih lagi, masih banyak kesempatan untuk Royal Canon." Setelah memberi kecupan singkat di bibir prianya, ia bergegas menyebrangi jalan raya menuju kedai kopi yang sempat disinggahi Illana pagi tadi.
Meeting konsep penawaran proyek pariwisata Daphne Yeline telah selesai, dan ia memberi kesempatan besar kepada Cinnamon agar mengurus proyek tersebut, sesuatu yang takkan disia-siakan oleh Illana berserta karyawannya. Siapa sangka mereka dapat mengalahkan Royal Canon meski Daphne Yeline masih memiliki kontrak kerjasama dengan perusahaan Mark Griggori.
Mark masih berdiri di samping mobilnya seraya memperhatikan situasi sekitar. Lalu, dia melihat Illana melewati pintu lobi dan bersalaman dengan perwakilan dari dua perusahaan lain, mereka mengucapkan selamat atas keberhasilan CEO muda tersebut.
"Semoga di masa depan kita bisa bekerjasama, Nona Illana. Anda sangat hebat."
"Terima kasih banyak. Anda juga hebat, jangan sungkan terhadapku."
"Kalau begitu sampai jumpa semuanya. Semangat untuk pekerjaan masing-masing."
Mereka berpisah di sana, Illana serta Nora menuruni beberapa anak tangga menuju tempat parkir, tapi tiba-tiba Mark muncul menghadang langkah wanita itu.
"Nona." Terlihat kecemasan dari raut Nora, ia masih merasa bersalah karena Deborah sempat mengusik bosnya, lalu sekarang Mark muncul? Apa pasangan ini sangat senang mengacau?
Illana menatap Mark sesaat. "Tidak apa-apa, Nora. Kamu kembali saja ke mobil, aku akan segera menyusul."
"Baiklah." Nora mengalah meski perasaann tidak rela terlalu mengganjal, ia terus menatap Illana ketika berjalan menghampiri mobil.
"Selamat ya, kamu berhasil mendapat kesempatan bekerjasama dengan Daphne Yeline." Mark mengulurkan tangan sambil tersenyum hangat, sepertinya cukup tulus.
"Eum. Sama-sama." Illana membalas sesaat. "Konsepmu juga sangat bagus, dan Nona Deborah menjelaskannya dengan begitu baik, kalian tim yang kompak."
"Iya, dia paling bersemangat mengerjakan konsep itu."
"Kamu harus menghiburnya. Jangan sampai dia bersedih, juga maaf karena mengambil kesempatan ini dari kalian, aku juga ingin memperluas koneksiku dengan pebisnis berpengaruh lainnya." Sikap Illana terhadap Mark tergantung bagaimana pria itu memulainya, selama tidak memancing kemarahan, maka ia bisa berinteraksi dengan santai selayaknya teman.
"Aku tahu, kamu pasti berusaha keras mengurus semuanya."
"Tentu."
"Aku juga mendengar bahwa kamu mendirikan anak perusahaan Cinnamon."
"Ya. Sebentar lagi akan segera diresmikan, kami bersiap membuka lowongan pekerjaan untuk generasi muda, memberi kesempatan kepada mereka agar memulai peruntungan jangka panjang di masa depan."
"Ini selalu menjadi prinsipmu sejak dulu." Mark tersenyum canggung, ia masih mengingat beberapa ambisi Illana saat mereka mengelola bisnis bersama.
"Aku harus konsisten terhadap keinginanku. Sebuah kesenangan sederhana ketika melihat orang lain tumbuh saat bekerja denganku."
"Iya, tetaplah rendah hati."
Illana mengangguk, ia melihat Nora yang terus memperhatikannya di dekat mobil. "Baiklah, aku harus kembali ke Cinnamon sekarang. Terima kasih untuk ucapan selamatnya, Mark Griggori." Ia merasa ada sedikit kejanggalan. "Eum, tapi di mana kekasihmu?"
"Membeli sesuatu di kedai kopi."
Wanita itu mengalihkan pandang ke arah kedai kopi, ia tersenyum miring ketika mengetahui Deborah sedang berdiri di seberang jalan seraya memperhatikan interaksi tunangannya dengan Illana. Apakah situasi ini dapat melukai hati kecil Deborah?
"Sampai jumpa, Mark." Illana memiliki inisiatif menyebalkan dengan melambaikan tangan sebelum berjalan melewati Mark, ia berusaha mengabaikan tatapan Deborah untuknya.
***
Lucas kembali malam itu, tapi ia tak menemukan istrinya di mana pun meski pelayan mengatakan bahwa Illana berada di rumah, sehingga ia harus menyusuri beberapa tempat dan mendapati istrinya duduk sendirian di dalam mini bar yang terletak pada sisi selatan penthouse-nya.
Lucas melangkah masuk seraya menduga alasan Illana sampai duduk di sini, apakah konsep penawarannya ditolak dan menyebabkan wanita itu frustasi?
Lucas berdeham, membuat Illana menoleh, lalu tersenyum menyambut kehadiran suaminya.
"Kamu ada di sini? Aku hampir frustasi karena tak menemukan istriku di mana pun." Ia duduk di samping Illana, sejenak melihat gelas berisi beberapa ml anggur serta botol di sampingnya.
"Ah. Aku tidak pergi ke mana-mana, hanya diam di sini dan merayakan diriku."
"Merayakan?" Lucas kebingungan. "Aku pikir kamu kesal karena gagal mengenai pekerjaan yang kamu katakan."
"Tidak. Aku justru sangat senang karena memenangkan penghargaan itu, bukankah istrimu sangat hebat?"
Lucas mengangguk. "Ya, istriku sangat hebat."
Illana meneguk habis sisa anggur dari gelas. "Eum. Maaf karena aku membuka romani conti milikmu, aku akan mengganti biayanya sekarang. Kamu bisa beritahu rekeningmu." Ia membuka ponsel, berniat mengirimkan uangnya, tapi Lucas mengambil alih benda itu seraya mendesah.
"Kamu tidak perlu melakukannya. Bukankah aku sudah berkata bahwa milikku adalah milikmu juga. Jangan sungkan terhadapku, tapi priamu ini sedikit kecewa."
"Mengapa?" Wajah Illana tampak memerah akibat efek alkohol, entah sudah berapa lama ia duduk sendiri di sini dan mengonsumsinya tanpa diketahui siapa pun.
"Kamu tidak mengajakku, Illana." Ia bersikap manja. "Kamu tidak merasa bersalah kepadaku, huh?"
"Oh, baiklah. Aku harus meminta maaf dengan tulus kepada suamiku." Ia menuang anggur pada gelas miliknya, lalu mengulurkan benda itu kepada Lucas. "Ini untukmu, permintaan maafku."
Lucas menelan ludah, meski sepasang mata Illana menjadi sangat sayu, tapi tak mengubah kecantikan di wajahnya, justru efek mabuk yang ditimbulkan sangat cukup membuat orang lain semakin menginginkan wanita itu.
Momen ini membuat Lucas deja vu, ia pernah menanggapi Illana yang mabuk saat malam perayaan kerjasama antara Cinnamon serta Century.
"Aku tidak mau."
"Mengapa tidak mau? Apa kamu jijik karena gelas ini bekas minumku?" Ia mencebik bibir, sedikit kesal.
"Aku menginginkan anggur yang sudah kamu minum."
Illana mulai berpikir. "Haruskah aku memuntahkannya?" Ia memasang ekspresi polos. "Aku tahu anggur ini sangat mahal, tapi benarkah sampai muntah?"
Pria itu menahan tawa, ia mulai berpikir bahwa tidak apa-apa jika di luar rumah harus menghadapi banyak masalah, asalkan saat bertemu dengan Illana, ia bisa melupakan sejenak keributan di belakangnya, berhadapan dengan Illana membawa ketenangan yang memabukan apa pun situasinya.
"Bukan seperti itu. Maksudku, kamu bisa mencoba alternatif lain."
"Alternatif lain, ya?" Illana masih menggerutu, ia menatap gelas seraya memikirkan sebuah solusi, lalu menggoyang pelan gelas miliknya sebelum meneguk seluruh anggur hingga pipinya mengembung, ia menahan anggur agar tidak tertelan.
Illana berdiri menghadap Lucas, ia menatapnya selama beberapa detik sebelum membungkuk sambil menangkup wajah pria itu, menciumnya sebagai 'solusi lain' mengalirkan anggur dari mulutnya agar Lucas dapat meminumnya.
Meski sedikit gila, tapi Illana berhasil memindahkan seluruh anggur di mulutnya untuk ditelan Lucas. Saat Illana ingin berhenti, Lucas tak membiarkannya semudah itu, ia menekan tengkuk sang istri dan melanjutkan sambutan kecil yang sudah terjadi sejak awal.
Ciuman panjang mereka terpaksa diakhiri karena Illana meremas bahu Lucas, ia membutuhkan oksigen yang sempat tertahan.
"Ah. Aku tahu kamu sedang menipuku." Istrinya kembali duduk dan menggerutu. "Namun, aku tetap bodoh, sehingga mengikuti keinginanmu."
"Sekarang kamu menyesal?"
"Bocah nakal yang menyebalkan." Ia mengisi gelasnya lagi. "Aku sudah membayar hutang, jadi apa boleh menghabiskan satu botol?"
"Tidak, kamu akan sangat mabuk, Illana." Lucas menggeser botol berisi separuh romani conti. "Meskipun kamu berkata melakukan ini untuk merayakan diri sendiri, tapi sebaiknya jangan berlebihan."
"Lalu, apa yang akan kamu lakukan terhadap sisanya? Apa ingin membuangnya, huh?"
"Aku akan menghabiskannya sendiri." Ia memindahkan botol ke tempat lain. "Kamu sudah cukup mabuk, Illana."
Pada mini bar ini, Lucas tak hanya memiliki romani conti, tapi beberapa anggur mahal lain yang tak pernah disentuh para pelayan karena takut memecahkannya. Harga sebotol anggur seperti chateau lafite, chateau margaux, atau milik keluarga terkaya di dunia—Keluarga Rothschild—jeroboam of chateau mouton bisa mencapai milyaran.
Siapa yang ingin membayar sebotol anggur seharga ratusan juta hingga milyaran, jika bukan mereka para penghambur uang?
Lucas memang sempat dikelilingi wanita, tapi ia tak pernah menaruh perhatian, menyukai atau rasa ingin memiliki terhadap siapa pun. Apalagi mereka adalah wanita yang hanya mengincar harta. Lucas lebih senang menghabiskan uangnya untuk membeli sebotol anggur, lalu diminum hingga puas tanpa merasa terbebani.
"Suamiku sangat pelit. Huhu, kamu sangat pelit." Selain mencebik bibir, Illana menunjukan ekspresi sedih, tapi hanya dibuat-buat agar prianya bersimpati.
"Tidak. Kita bisa meminumnya bersama lain waktu, sekarang sebaiknya kamu beristirahat."
"Aku tidak mau! Aku ingin di sini saja menghabiskan anggur itu!"
Lucas mendengkus, ia tidak memiliki pilihan selain menggendong istrinya. Berat tubuh Illana terlalu ringan bagi Lucas, tidak masalah jika menggendongnya seraya berjalan dari sisi selatan menuju sisi utara penthouse.
"Lucas." Illana menyandarkan kepalanya pada dada pria itu.
"Hm."
"Apa kamu pernah menyukai orang lain?"
"Aku rasa tidak."
"Mengapa?"
"Karena memang tidak tertarik dengan siapa pun."
"Oh. Apa jika tidak menikah denganku, kamu akan menjadi gay?"
Langkah Lucas terhenti, ia menunduk menatap istri jahilnya justru sibuk membuat pola menggunakan telunjuk pada dada Lucas setelah mengatakan sesuatu yang cukup aneh.
"Jika aku seorang gay, menurutmu apakah Beny masih tetap utuh sampai sekarang?"
"Kamu menyukai Beny?" Ia mengangkat kepala seraya meremas kemeja suaminya.
Untung saja Illana mengucapkan kata-kata konyol karena terpengaruh alkohol, sehingga Lucas masih bisa memberi toleransi.
"Tidak. Aku hanya menyukaimu."
"Benarkah? Apa kamu bisa berjanji?"
Lucas kembali berjalan, "Janji seperti apa?"
"Jangan menyukai orang lain, okey? Tetaplah menyukaiku sampai aku menyukaimu."
"Baiklah." Ia tersenyum mendengar permintaan itu, wajahnya merona.
"Jangan membagi romani conti itu kepada siapa pun, hanya boleh untukku."
"Iya. Semuanya milikmu, jadi bersikap patuh sekaligus tetap bersamaku. Kamu mengerti?"
Illana mengangguk, ia berhenti membuat pola dan mencoba memejamkan mata, sangat nyaman meringkuk pada gendongan Lucas seperti anak kucing di antara bulu-bulu tebal induknya.
***