NovelToon NovelToon
Penjaga Gerbang Semesta

Penjaga Gerbang Semesta

Status: tamat
Genre:Fantasi / Tamat / Mengubah Takdir / Dokter Ajaib / Kultivasi Modern
Popularitas:5.8k
Nilai: 5
Nama Author: ansus tri

**Meskipun cerita ini beberapa diantaranya ada berlatar di kota dan daerah yang nyata, namun semua karakter, kejadian, dan cerita dalam buku ini adalah hasil imajinasi penulis. Nama-nama tempat yang digunakan adalah *fiksi* dan tidak berkaitan dengan kejadian nyata.**

Di tengah kepanikan akibat wabah penyakit yang menyerang Desa Batu, Larasati dan Harry, dua anak belia, harus menelan pil pahit kehilangan orang tua dan kampung halaman. Keduanya terpisah dari keluarga saat mengungsi dan terjebak dalam kesendirian di hutan lebat.

Takdir mempertemukan mereka dalam balutan rasa takut dan kehilangan. Saling menguatkan, Larasati dan Harry memutuskan untuk bersama-sama menghadapi masa depan yang tak pasti.

Namun, takdir memiliki rencana besar bagi mereka. Pertemuan mereka bukanlah kebetulan, karena keduanya ditakdirkan untuk memikul tanggung jawab yang jauh lebih besar. Menjadi Penjaga Gerbang Semesta. Dan pelindung dunia dari kehancuran!. Selamat menikmati.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ansus tri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

13. Wajib Militer.

Rina menarik napas dalam, mencoba menenangkan gejolak di dadanya. Sebagai seorang dokter, ia tentu pernah mendengar tentang hubungan Poliamori. Namun, ia tak pernah membayangkan jika konsep itu akan hadir di hadapannya, ditawarkan oleh dua orang yang ia kenal dengan baik.

Rina menerima gelas air putih yang disodorkan Larasati, tegukan kecil membasahi tenggorokannya yang terasa kering. Pikirannya masih berputar mencoba mencerna semua informasi yang baru saja diterimanya.

“Aku… aku bisa mengerti kalau kalian menjalani hubungan yang berbeda,” ucap Rina akhirnya, suaranya terdengar ragu. “Tapi, aku harus mengakui, ini semua sangat baru bagiku.”

Larasati mengangguk pengertian. “Kami paham, Rin. Kami tidak mengharapkan kamu untuk langsung menerima atau menolaknya. Kami hanya ingin jujur padamu tentang perasaan kami.”

“Perasaan?” Rina menatap Harry dan Larasati bergantian. “Maksudmu… kalian berdua mencintaiku?”  Senyum tipis mengembang di bibir Harry. “Kami peduli padamu, Rin. Sangat peduli. Dan kami merasa ada sesuatu yang

istimewa di antara kita. Tapi, kami juga menghormati perasaanmu. Keputusan akhir ada di tanganmu.”

******

Rina teringat kejadian yang telah lama, hampir satu tahun yang lalu :

“Dokter Rina, senang bisa bekerja sama denganmu dalam kasus ini,” sapa Harry saat itu, tangannya terulur dengan ramah. Larasati berdiri disampingnya, tersenyum lembut. “Kami banyak mendengar tentang  kehebatanmu.”

Rina membalas uluran tangan Harry, sedikit kagum pada pasangan di hadapannya. “Sama-sama,” jawabnya, “Aku juga sering mendengar tentang kepiawaian kalian sebagai tabib tradisional.”

Itulah pertemuan pertama Rina dengan Harry dan Larasati. Kasus “wabah misterius” yang mengharuskan para ahli medis dari berbagai disiplin ilmu bekerja sama itu mempertemukan mereka dalam suasana yang penuh tekanan. Namun, di tengah kekacauan itu, Rina menemukan ketenangan dalam diri Harry.

Ketenangannya dalam menghadapi pasien, ketekunannya dalam mencari solusi, dan caranya memperlakukan Larasati dengan penuh cinta dan hormat, semuanya meninggalkan kesan mendalam di hati Rina.

Kini, hampir satu tahun setelah kasus “wabah misterius” itu, tawaran Harry dan Larasati kembali membawa Rina pada pusaran kenangan akan sosok Harry yang begitu dikaguminya. Rina mendesah, menatap kosong teh chamomile yang menguap tipis di hadapannya.

Bisakah ia menyalahkan hatinya yang berdesir setiap kali mengingat sorot mata teduh Harry, atau caranya tersenyum tulus saat menjelaskan ramuan tradisional padanya?

Namun, keraguan segera menggelitik benak Rina. Mampukah ia hidup dalam bayang-bayang kisah cinta Harry dan Larasati yang sudah terukir begitu indah? Mampukah ia membagi cinta dengan seseorang yang sudah lebih dulu hadir dan menorehkan cerita bersama Harry?

“Ah, Rina, Rina! Sejak kapan kau menjadi pengecut seperti ini?” gumamnya pada diri sendiri, mencoba menepis keraguan yang menghantuinya.

Rina selalu hidup dengan prinsip ‘Tak ada salahnya mencoba, penyesalanlah yang harus dihindari’. Bukankah ia selalu menyemangati para pasiennya untuk berani mengambil resiko demi kesembuhan mereka?

Bayangan tentang masa depan yang terpisah dari Harry tiba-tiba menyergap Rina. Akankah ia sanggup menjalani hari-harinya dengan penuh penyesalan, selalu bertanya-tanya “bagaimana jika…?” Tidak, Rina

yang ia kenal bukanlah seorang pecundang yang akan menyerah tanpa berjuang.

Kesempatan tidak datang dua kali\, dan Rina tidak akan membiarkan kesempatan ini berlalu begitu saja. *Rina menarik napas dalam\, menatap layar ponselnya dengan sorot mata penuh tekad. Pesan untuk Larasati sudah terketik rapi\, menanti untuk dikirimkan.*

“Aku bersedia, Laras, menjadi bagian dari kalian berdua.”

Ibu jari Rina melayang di atas tombol “kirim”, namun ia masih enggan untuk menekannya. Beragam perasaan  bercampur aduk di dalam dirinya: semangat, kekhawatiran, harapan, dan sedikit rasa takut.

Keputusan sudah dibuat, namun Rina memberi jeda sejenak pada dirinya sendiri, menikmati detik-detik menjelang perubahan besar dalam hidupnya.

 Dan akhirnya jarinya menekan tombol kirim, dia setuju dengan konsep Poliamori yang Larasati dan Harry ajukan. [ Konsep hubungan poliamori adalah : semua pihak yang terlibat mengetahui, menyetujui, dan mendukung adanya hubungan romantis atau seksual dengan lebih dari satu orang secara terbuka dan jujur. Poliamori menekankan komunikasi yang jujur dan terbuka di antara semua pihak yang terlibat. mereka tahu tentang hubungan satu sama lain. Meskipun ada lebih dari satu hubungan romantis atau seksual, poliamori tetap melibatkan komitmen, cinta, dan tanggung jawab. Dan tidak harus ada ikatan pernikahan]

“Kami mencintaimu, Rina,” ujar Larasati saat itu, matanya berkaca-kaca. “Dan kami tidak ingin menyembunyikan apa pun darimu. Kami ingin kamu menjadi bagian dari hidup kami, dengan cara apa pun yang membuatmu merasa nyaman.”

Harry meremas tangan Larasati, mengangguk lembut. “Kami mengerti jika ini terlalu berat untukmu, Rina. Tapi kami berharap kau tahu bahwa keputusan akhir ada di tanganmu. Kebahagiaanmu adalah prioritas kami.

'Terima kasih, Larasati,' batin Harry, dadanya sesak oleh emosi. Rasa syukur yang tak terkira membuncah di dadanya. Ide Larasati, meskipun tak pernah terbayangkan sebelumnya, kini terasa seperti jalan terang di tengah kegelapan.

Ia bisa saja mencari pelampiasan di luar sana, seperti yang dilakukan beberapa orang. Tapi kejujuran Larasati, keberaniannya untuk membuka diri, telah menunjukkan padanya arti cinta yang sesungguhnya: saling menghormati, saling menghargai, dan saling terbuka, apa pun konsekuensinya.

Dokter Rina pun kemudian mulai mengenal Larasati dan Harry secara lebih dalam. Dia merasa bahwa mereka adalah pasangan yang saling melengkapi dan saling mencintai dengan tulus. Dokter Rina merasa bahwa dirinya cocok untuk menjadi bagian dari hubungan mereka.

Larasati, Harry, dan Dokter Rina pun berkomitmen untuk menjalani hubungan Poliamori bersama. Mereka sepakat untuk selalu terbuka satu sama lain, berkomunikasi dengan jujur, dan saling mendukung dalam

menjalani hubungan ini.

Hubungan Poliamori mereka berjalan dengan sangat baik. Larasati, Harry, dan Rina saling menghormati dan mencintai satu sama lain dengan penuh kesetiaan. Mereka belajar untuk berbagi cinta, waktu, perhatian,

dan komitmen dengan adil dan seimbang.

Larasati, Harry, dan Rina menemukan kebahagiaan baru dalam hubungan mereka. Mereka belajar untuk menerima perbedaan, memahami kebutuhan satu sama lain, dan tumbuh bersama sebagai individu dan sebagai

pasangan.

Pagi itu, suasana di rumah Harry dan Larasati terasa lebih tenang dari biasanya. Burung-burung berkicau dengan riang di luar jendela, dan sinar matahari pagi menyelinap masuk melalui tirai tipis di ruang tamu mereka. Harry sedang menikmati secangkir kopi hangat sementara Larasati dan Dokter Rina sibuk menyiapkan sarapan di dapur.

Tiba-tiba, telepon rumah mereka berdering. Harry meletakkan cangkir kopinya dan bergegas menjawab telepon tersebut. "Halo, dengan Harry di sini."

"Selamat pagi, Harry. Ini Tono Pamuji, sekretaris Walikota Seroja," suara serius di ujung telepon membuat Harry

merapatkan alisnya. "Saya perlu memberitahukan sesuatu yang sangat penting."

Harry mendengarkan dengan seksama. "Ada apa, Pak Tono ?"

"Kami menerima perintah dari pemerintah pusat bahwa semua pria dewasa di kota ini harus mengikuti wajib militer. Negara sedang mengalami konflik serius di perbatasan utara, dan kami membutuhkan bantuan semua pihak," Tono menjelaskan dengan nada mendesak.

Harry terdiam sejenak, mencoba mencerna informasi tersebut. "Wajib militer?" ulangnya pelan, setengah tidak percaya. "Benar, dan Walikota Pak Ridwan Taher  secara khusus meminta Anda untuk datang ke balai kota hari ini untuk menerima pengarahan lebih lanjut. Anda tahu bahwa kemampuan medis Anda sangat berharga dalam situasi seperti ini," lanjut Tono.

Harry menelan ludah, merasakan beratnya tanggung jawab yang tiba-tiba menghampirinya. "Baik, saya akan segera ke sana."

Setelah menutup telepon, Harry berbalik dan melihat Larasati dan Rina yang telah berdiri di ambang pintu dapur, menatapnya dengan cemas. "Ada apa, Harry?" tanya Larasati.

Harry mendekat dan meraih tangan kedua wanita tersebut dengan lembut. "Aku mendapat panggilan wajib militer. Negara sedang mengalami konflik di perbatasan utara, dan aku harus pergi ke balai kota untuk pengarahan."

Rina, yang juga seorang dokter, menatap Harry dengan serius. "Apakah mereka membutuhkan tenaga medis di sana?" Harry mengangguk. "Ya, aku akan bertugas sebagai tenaga medis. Dan kalian… kalau kalian bersedia, aku akan sangat membutuhkan bantuan kalian."

Rina mengangguk setuju. "Aku akan ikut denganmu, Harry. Kita akan bekerja sama di medan perang."

Larasati, yang selama ini selalu mendukung Harry, meskipun dengan perasaan campur aduk, ia tersenyum

dan menahan air matanya.

"Kalian berdua saja yang pergi, aku harus mengurus masalah pengobatan masyarakat  disini, kalau aku ikut kasihan mereka yang butuh pengobatan. Kalian harus hati-hati. Kita akan melewati ini bersama, apapun yang terjadi."

Harry memeluk kedua wanitanya itu dengan erat. "Terima kasih, kalian berdua. Dukungan kalian berarti segalanya bagiku."

Dengan hati yang berat namun penuh tekad, Harry dan Rina bersiap-siap untuk pergi ke balai kota. Saat mereka tiba di sana, mereka bertemu dengan Tono Pamuji dan beberapa pejabat lainnya.

"Harry, Dokter Rina," sapanya dengan tegas. "Terima kasih telah datang. Kalian akan menjadi bagian dari tim

medis yang akan berangkat ke perbatasan utara. Kalian berdua memiliki keterampilan yang sangat berharga dalam situasi ini."

Harry dan Rina mengangguk dengan penuh semangat. "Kami siap untuk tugas ini," kata Harry dengan tegas.

Tono memberikan pengarahan singkat tentang situasi di perbatasan dan tugas-tugas yang akan mereka hadapi.

Dengan semangat kebersamaan dan dedikasi yang kuat, Harry dan Rina bersiap untuk menghadapi tantangan besar di depan mereka.

--------

Hari itu, langit mendung seakan ikut merasakan kesedihan yang menyelimuti hati Larasati. Di halaman depan rumah mereka, mobil militer sudah siap untuk membawa Harry dan Rina menuju perbatasan. Larasati berdiri di samping mobil, matanya berkaca-kaca, menatap penuh haru pada Harry dan Rina yang sedang bersiap-siap.

Harry, dengan seragam militer yang sudah rapi, terlihat tampan dan gagah, ia melangkah mendekati Larasati.

Dia menggenggam tangan Larasati dengan erat, seakan tak ingin melepaskannya. "Laras, aku akan kembali. Aku janji… kita bisa telepati, kalau kamu butuh aku …aku akan segera datang padamu"

katanya dengan suara yang bergetar, mencoba menenangkan hati Laras  meskipun hatinya sendiri terasa berat.

Larasati tersenyum lemah, air mata mulai mengalir di pipinya. "Aku tahu, Harry. Aku percaya padamu," jawabnya sambil mengusap wajah Harry dengan lembut. "Tapi tolong jaga dirimu dan Rina di sana. Aku akan menunggumu di sini."

Rina yang berdiri sedikit di belakang mereka, juga merasa terharu melihat pemandangan ini. Dia maju dan merangkul Larasati. "Kami akan baik-baik saja, Laras. Harry dan aku akan saling menjaga. Kamu juga harus kuat, untuk kami," ucapnya dengan suara lembut.

Larasati mengangguk, mencoba menahan isak tangisnya. "Kalian berdua hati-hati, ya. Jangan terlalu memaksakan diri, dan ingat bahwa aku selalu mendoakan kalian."

Harry menarik Larasati ke dalam pelukan hangat, mencium keningnya dengan penuh kasih sayang. "Aku mencintaimu, Kak. Aku akan segera kembali, kita akan bersama lagi."

Setelah itu, Harry beralih ke Rina, menggenggam tangannya erat. "Ayo, Rina. Kita berangkat," katanya dengan nada tegas, mencoba menyembunyikan kesedihan-nya.

Rina mengangguk dan melangkah ke mobil militer, namun sebelum masuk, dia kembali menatap Larasati dan berkata, "Jangan khawatir, Laras. Kita akan segera kembali."

Dengan berat hati, Larasati melambaikan tangan saat mobil militer mulai bergerak meninggalkan halaman rumah. Air matanya tak bisa dibendung lagi, mengalir deras di pipinya.

Dia terus menatap mobil yang membawa Kekasih dan sahabatnya menjauh, hingga akhirnya hilang dari pandangan.

Perasaan hampa dan cemas memenuhi hatinya, namun di dalam dirinya tersimpan harapan yang kuat. Dia tahu bahwa Harry dan Rina akan kembali dengan selamat, dan mereka akan bersama lagi.

1
Amelia
Harry dan Larasati god job...👍👍👍
ansus tri
terima kasih.
Neng Moy
lanjutkan ceritanya seru
ansus tri: tiap hari akan update tiga bab. terimakasih 🙏
total 1 replies
Amelia
semangat aku dukung per bab ya ❤️❤️❤️
ansus tri: terimakasih atas dukungan-nya 🙏
total 1 replies
Amelia
aku mampir Thor semangat ❤️👍
💟《Pink Blood》💟
Jantung berdegup kencang.
Levi Ackerman
Tolong update cepat, jangan biarkan aku mati penasaran 😩
Gassing Richies: itulah knp sy mlaas buka jika msih kurang stocknya....tungguin banyak dulu sekira 100an baru star
total 1 replies
yeqi_378
Gak sabar lanjut ceritanya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!