Dilarang Boom Like!!!
Tolong baca bab nya satu-persatu tanpa dilompat ya, mohon kerja sama nya 🙏
Cerita ini berkisah tentang kehidupan sebuah keluarga yang terlihat sempurna ternyata menyimpan rahasia yang memilukan, merasa beruntung memiliki suami seperti Rafael seorang pengusaha sukses dan seorang anak perempuan, kini Stella harus menelan pil pahit atas perselingkuhan Rafael dengan sahabatnya.
Tapi bagaimanapun juga sepintar apapun kau menyimpan bangkai pasti akan tercium juga kebusukannya 'kan?
Akankah cinta segitiga itu berjalan dengan baik ataukah akan ada cinta lain setelahnya?
Temukan jawaban nya hanya di Noveltoon.
(Please yang gak suka cerita ini langsung Skipp aja! Jangan ninggalin komen yang menyakitkan. Jangan buka bab kalau nggak mau baca Krn itu bisa merusak retensi penulis. Terima kasih atas pengertian nya.)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bilqies, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MENDUA 8
Di pagi buta, ketika langit masih memeluk gelap dan embun menempel lembut di dedaunan, suasana di dalam kamar tampak sunyi. Hanya suara jam dinding yang berdetak pelan, mengiringi detik demi detik yang berlalu. Namun, ketenangan itu tiba-tiba pecah oleh suara berisik dari arah kamar mandi. Suara air mengalir dan gelegak dari wastafel seolah menjerit meminta perhatian.
Mata Stella perlahan terbuka. Dia mengerjapkan matanya, mencoba menyesuaikan diri untuk bangun dari mimpi indahnya. Dengan mata yang masih berat, dia melangkah ke arah kamar mandi. Pikirannya berputar, mencermati suara yang kian tak terkendali itu.
"Apa yang terjadi?" Tanyanya dalam hati, merasa ada sesuatu yang tidak beres.
Stella membuka pintu kamar mandi dan mendapati suaminya, berdiri di depan wastafel. Dengan tergesa-gesa, Rafael mencuci kemejanya yang tampak belepotan. Suara air yang memercik membuatnya tidak mendengar langkah Stella yang mendekat. Terlihat wajah tampannya sedikit memerah dan peluh mulai mengalir di pelipisnya.
'Tumben Mas rafael nyuci bajunya sendiri, Kenapa? Apa yg berusaha dia hilangkan ... apa ada bekas lipstik.'
'Kuat Stella ... dengan merenungi dan bertanya-tanya begini gak akan menyelesaikan masalah, kamu harus tegar dan mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi.'
Stella berjalan mendekat ke arah Rafael dengan segala macam pikiran yang memenuhi kepalanya.
"Mas Rafael!" Suara Stella bergetar, menyentuh suasana canggung yang menggantung di udara.
Rafael terkejut, hampir menjatuhkan kemeja basahnya. "Eh, Sayang! Kamu sudah bangun?" Ucapnya, berusaha tersenyum meski wajahnya jelas menunjukkan ketegangan.
"Kamu lagi ngapain, Mas. Kok tumben cuci baju sendiri?"
Stella bertanya sembari menatap Rafael penuh selidik. Sesekali mata nya menyoroti kemeja yang sudah basah berada di bawah guyuran air wastafel. Nampak sedikit noda yang menempel pada kemeja tersebut.
"Emang bajunya kenapa? Kotor, ketumpahan kotoran atau ada kotoran apa? Coba biar aku lihat." Sambungnya sambil mengamati baju yang di pegang oleh Rafael.
Stella menatap tajam ke arah suaminya bahkan pagi itu tidak ada seulas senyum yang menghiasi wajahnya.
"Oh! Enggak, ini kemarin cuma ketumpahan kopi, Sayang." Rafael berucap mengangkat pelan kemeja yang ada dalam genggaman tangan besarnya berusaha menghilangkan kegugupan yang menyelimuti dirinya.
"Tapi ... nggak apa-apa kok, sudah biar aku yang cuci sendiri." Lanjutnya menggosok kembali kemeja tersebut dengan sisa tenaga yang Rafael miliki.
"Biar aku saja yg cuci bajunya. Aku ini istri kamu, itu artinya sudah tugas aku, sini Mas ..." Kekeh Stella menarik kemeja tersebut dari genggaman tangan besar Rafael, Stella menatap wajah suaminya seakan dia mencari kebohongan di dalam sana.
"Iya aku tahu, cuma ...."
Aksi tarik menarik pun terjadi antara Stella dan Rafael. Keduanya tetap bersikeras untuk mempertahankan keinginan nya, hingga akhirnya tangan kekar Rafael yang sedikit licin membuat pria itu melepaskan kemeja kotornya.
"Sini Mas! Biar aku saja ..." Dengan sekuat tenaga kemeja kotor tersebut berpindah tangan dalam genggaman Stella. Dirinya tampak memperhatikan kemeja itu, sesekali Stella menatap datar ke arah sang suami kemudian kembali mengamati kemeja yang di pegang.
'Ini memang noda kopi. Jadi ... ternyata Mas Rafael nggak bohong.'
Stella mencium kemeja kotor Rafael yang kini telah basah akibat terkena air dalam wastafel yang beberapa menit lalu sempat di cuci Rafael.
"Stella ...!" Panggil Rafael dengan nada yang agak tinggi.
Stella terus menajamkan indra penciuman nya dengan mendekatkan kemeja tersebut di hidungnya.
'Benar ini bau kopi, bahkan baunya pun juga jelas bau kopi.'
Kedua netranya terus memperhatikan noda itu dengan berpikir keras perihal kejadian pagi ini. Seketika dia mengingat akan suaminya yang kemarin pulang terlambat, kini hati dan pikiran Stella tengah berperang berusaha menampik segala sesuatu yang berbau negatif di kepalanya.
"Baju kotor ngapain kamu ciumin?" Tanya Rafael menatap heran pada Stella yang sedang mencium baju kotor tersebut.
"Jangan bilang kalau kamu berpikir macam-macam tentang aku. Pasti kamu mikir kalau aku tuh gak meeting tapi aku melakukan hal bodoh mungkin di luar sana, selingkuh atau apa gitu? Iya begitu, hem ...."
Rafael memberondong pertanyaan pada Stella yang terlihat bingung dengan apa yang terjadi barusan.
"Sayang, please ... aku mohon sama kamu stop jangan berpikiran negatif seperti itu. Gak baik buat kamu, yang ada bakalan nyakitin kamu sendiri. Aku gak mau sampai kamu sakit atau apa mikirin hal konyol seperti ini." Rafael menggenggam erat jemari tangan istrinya sambil menatap intens wajah Stella.
Stella menatap tajam. Merasa ada yang di sembunyikan di balik senyuman sang suami. Jantung nya berdebar, menciptakan rasa ingin tau yang begitu mendalam.
Kemeja basah itu seolah menjadi simbol dari sesuatu dalam upaya kebohongan untuk menutupi kesalahan nya. Akan tetapi, itu justru menimbulkan banyak pertanyaan.
"Sayang, ayo sini. Taruh dulu kemeja itu."
Rafael menggandeng tangan Stella masuk ke dalam kamarnya kemudian mendudukkan tubuhnya di atas ranjang king size nya.
"Coba kamu ingat sudah berapa lama kita kenal, mulai sahabatan, pacaran, sampai kita menikah, dan punya anak." Rafael coba berusaha mengingatkan istrinya kembali masa-masa dimana dirinya pertama kali menjalin hubungan hingga akhirnya menikah.
"Sudah banyak hal yang kita lewati bersama sayang ... suka, duka, air mata, dan bahagia. Semuanya itu begitu sempurna bagi aku. Tapi anehnya kamu masih berpikir macam-macam bahkan dengan tega nya kamu menuduh aku selingkuh, itu kok bisa?"
Sambung Rafael menatap heran pada Stella, dan memasang wajah sedihnya atas tuduhan yang di berikan Stella padanya. Dia berusaha membuang rasa gugup yang menyelimuti dirinya.
Stella mengalihkan pandangan nya ke arah lain bingung dengan apa yang dia pikirkan saat ini. Rasanya begitu campur aduk seakan dia tidak bisa membedakan mana yang benar dan mana yang salah, atau dirinya yang begitu naif sampai tidak bisa meresapi segala sesuatu yang telah terjadi di dalam rumah tangganya.
"Ok! Aku bakalan buktikan semuanya ke kamu, kalau apa yang kamu pikirkan itu salah."
"Buktikan apa?" Stella menatap dalam wajah Rafael seolah ada rasa ingin tahu yang begitu besar dalam dirinya.
"Ya buktiin dengan aku menelpon Pak Kusuma supaya kamu percaya, kalau kemarin sore aku ada meeting dengan perusahan nya." Jawab Rafael menggebu-gebu, dirinya ingin membuktikan bahwa kecurigaan istrinya itu salah.
"Enggak usah lah mas gak enak banget ganggu orang. Masa' iya pagi-pagi begini kamu mau telpon." Stella menolak keras ide yang di berikan Rafael.
"Ya biarin aja yang penting istriku tenang, bisa percaya lagi sama aku, itu yg paling penting buat aku." Sahut Rafael yang tetap kekeh dengan apa yang menjadi tujuan nya saat ini.
Rafael mengambil gawainya, tangan kekarnya mengotak-atik benda pipih yang tengah dia pegang, tak butuh waktu lama untuk Rafael mencari nama tersebut, sebelum kemudian dia menekan tombol hijau di layar pintarnya. Pagi ini Rafael menelpon client nya yang bernama Pak Kusuma selaku pemilik PT. Hadi Kusuma.
Beberapa menit kemudian sambungan telpon pun tersambung.
"Selamat Pagi Pak Rafael ... kalau boleh tahu ada apa ya pak, atau ada hal yang urgent untuk di bicarakan?"
"Selamat Pagi Pak Kusuma ... sebelumnya saya minta maaf Pak kalau saya sudah menganggu pagi-pagi begini. Emm ... kemarin sore kita memang ada meeting ya Pak untuk membahas perihal proyek yang sedang kita jalankan ini." Tanya Rafael sambil menatap wajah Stella yang kini berada di samping nya, terdengar sahutan dari seberang telpon yang mampu di dengar oleh Stella yang memang Rafael sengaja mengaktifkan loudspeaker di gawai nya, supaya sang istri bisa jelas mendengarkan semua yang di katakan oleh Pak Kusuma.
"Iya benar Pak. Dan meeting itu sudah di jadwalkan sekitar beberapa hari yang lalu bukan, Pak ...."
'Jadi Mas Rafael benar-benar meeting.'
"Baik. Terima kasih, Pak Kusuma. Maaf sudah mengganggu waktunya."
"Ya sama-sama, Pak Rafael."
Sambungan telpon pun terputus.
"Bagaimana, Sayang ... apa kamu sudah percaya sama aku, hem?" Tanya Rafael memastikan bahwa tidak ada kecurigaan lagi di hati istrinya.
"Jadi ... kamu kemarin ketumpahan kopi waktu kamu meeting di Kafe X bersama Pak Kusuma selaku pemilik dari PT. Hadi Kusuma?"
Stella menatap selidik wajah suaminya, seolah meyakinkan dirinya bahwa benar kalau Rafael ada meeting dengan Client nya, dan di jawab anggukan oleh Rafael.
'Semua kecurigaanku pagi ini mental dan semua gak terbukti, kenapa jadi begini? Padahal aku yakin nggak salah duga, apa jangan-jangan Mas Rafael gak selingkuh, apa semua ini hanya kecurigaanku saja, apa aku yang parno, tapi kenapa perasaanku sperti ini biarpun aku sudah dengar semua itu, tetap saja seperti ada yang merasa gak benar."
Stella menghela nafas berat dan mengeluarkan secara perlahan.
"Maaf ya Mas ... aku curiga-curiga yang gak jelas sama kamu, ya mungkin itu karena aku terlalu sayang dan aku gak mau kehilangan kamu. Aku janji Mas aku akan lebih percaya sama kamu. Dan mulai sekarang aku gak akan berpikir yang aneh-aneh lagi."
Stella menatap lekat wajah Rafael, ada perasaan menyesal yang menyeruak di dalam benaknya. Dirinya menyesal telah menaruh curiga pada suaminya yang memang terbukti bahwa Rafael benar ada meeting di Kafe dengan PT. Hadi Kusuma.
"Ya gak apa-apa sayang, aku paham kok. Yang penting semuanya sudah terbukti kan kalau aku emang gak selingkuh. Dan aku minta kamu jangan curiga lagi ya." Timpal Rafael, dia merasa lega bisa meyakinkan istrinya dan menepis segala rasa kecurigaan yang ada di pikiran Stella.
"Maaf ya Mas ...."
Untuk kesekian kalinya Stella berucap hal yang sama sambil menatap wajah tampan suaminya sebelum akhirnya tangan besar Rafael menarik tubuh mungil Stella masuk ke dalam pelukannya.
'Maafkan aku Stella ... maafkan aku. Aku egois, tapi ... aku nggak bisa hentikan semua ini. Jadi terpaksa aku melakukan semua ini untuk menepis segala kecurigaan kamu.'
Rafael memeluk erat tubuh Stella, mengelus lembut punggung istrinya sambil mengecup lama pucuk kepala sang istri.
"Emm ... sebagai permintaan maaf, aku buatkan kamu teh hangat pakai madu, lemon spesial buat kamu. Sebentar ya Mas ...."
Stella beranjak dari tempatnya, lalu turun dan melangkah keluar meninggalkan Rafael yang masih duduk di atas ranjang king size nya.
"Iya, makasih ya, Sayang." Rafael berucap dengan tersungging manis menatap wajah istrinya yang nampak terlihat biasa saja menurut nya. Sejak bertemu dengan Angel, Rafael melihat sang istri tidak ada daya tarik nya seperti Angel.
Rafael menghela nafas berat dan mengeluarkan nya secara kasar. "Untung saja aku bisa meyakinkan Stella, dan dia percaya sama aku, kalau nggak bisa tamat riwat ku." Rafael bergumam sambil mengelus dadanya.
*
"Apa maksud kamu, Sayang ...."
.
.
.
🍁Bersambung🍁
Jgn jadi wanita lemah dong stell