Duke Armand sama sekali tak menyangka jika istri yang selama ini dia sakiti dan abaikan adalah penyelamat hidupnya.
Begitu Duke Armand sadar, semuanya sudah terlambat.
Sang istri sudah pergi meninggalkan dirinya bersama anak semata wayangnya dalam penyesalan yang dalam.
Akankah Duke Armand berhasil mendapatkan cinta dan kepercayaan sang istri kembali....
Ataukan dia harus kembali jatuh terperangkap dalam kebohongan wanita yang menjadi cinta pertamanya....
Penasaran....
Ikuti kisahnya dalam cerita baruku ini....
HAPPY READING...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon julieta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MCI - 13
Dimansion keluarga Damaris tampak seorang wanita muda menghancurkan apa saja barang yang bisa diraihnya untuk melampiaskan amarahnya.
“Brengsek !!!”
“Wanita itu selalu saja mengganggu rencanaku !!!”, umpatnya penuh kemarahan.
Dunchess Liona tampak memutar bola matanya berusaha untuk memikirkan rencana apa lagi yang akan dia gunakan untuk meluluhkan hati Duke Armand sehingga anaknya diperbolehkan untuk tinggal di mansionnya.
Jika saja suaminya tidak dalam kondisi koma serta nyonya dan tuan Damaris tidak datang dan tinggal disini sementara waktu mungkin Dunchess Liona tak membutuhkan dukungan Duke Armand.
Tapi mengingat jika kedua mertuanya tak suka dengannya terutama terhadap anaknya Harry yang masih mereka curigai bukanlah keturunan keluarga Damaris membuat Dunchess Liona harus memutar otaknya agar hidupnya bersama Harry dimasa depan tetap nyaman.
Dunchess Liona tampak berjalan mondar-mandir sambil sesekali menggigit kuku ditangannya dengan gelisah, berusaha mencari cara agar tujuannya tercapai.
“Aha, aku punya cara”, gumannya menyeringai licik.
Sebelum kembali kerumah sakit, Dunchess Liona mendatangi Harry yang sedang bermain bersama Bella, pegasuhnya dan mendorongnya ke depan dengan keras hingga bocah kecil itu tersungkur dan kakinya terantuk batu kerikil yang ada dibawahnya hingga berdarah.
Huaaahhhh.....
Melihat anaknya menangis kencang, bukannya iba Dunchess Liona malah memarahinya dan menyuruh Bella untuk segera membawa Harry kedalam kamar dan mengobatinya.
“Jangan cengeng !”
“Kamu harus membiasakan diri mulai sekarang karena di masa depan luka yang akan kamu terima lebih besar dari itu”, ucap Dunchess Liona tegas.
Melihat tatapan tajam sang ibu, Harry pun mengusap air matanya dan hanya bisa terisak dalam diam.
Melihat anaknya tak lagi menangis, Dunchess Liona pun duduk disampingnya sambil membelai lembut rambut putra semata wayangnya tersebut.
Bella yang menyaksikkan bagaimana cepatnya perubahan wajah majikannya itu bergidik ngeri karena Dunchess Liona tampak seperti psikopat jika seperti itu.
Dengan lembut, Dunchess Liona mulai mendoktrin Harry dengan semua kata-kata manisnya yang sangat beracun itu agar otak kecil anaknya terkontaminasi.
Dunchess Liona memberi tahu Harry mengenai apa saja yang harus dia katakan nanti ketika Duke Armand menemuinya.
Semua kata yang Dunchess Liona ucapkan sangat manis sehingga Harry terbuai oleh bujuk rayu sang ibu dan pada akhirnya bersedia menurutinya.
Mendengar jika Duke Armand akan membawanya tinggal dimansion Bernard tentu saja Harry merasa senang karena pamannya itu selalu memanjakannya selama ini jadi diapun patuh dan akan menuruti semua perkataan yang diucapkan oleh ibunya.
Sadis dan kejam, itulah Dunchess Liona. Dia akan menggunakan berbagai macam cara agar keinginannya tercapai meski harus melukai anaknya sendiri seperti tadi.
“Jika Duke Armand melihat kondisi Harry saat ini, aku yakin dia akan memenuhi permintaanku untuk membawa Harry tinggal dimansionn Bernard”, batinnya licik.
Sementara itu dimansion Bernard, setelah bertengkar dengan sang istri Duke Armand merenung diruang kerjanya sambil kembali mengingat kata-kata yang istrinya lontarkan tadi kepadanya.
“Aku sudah mengiyakan permintaan Dunchess Liona jadi tak mungkin aku membatalkannya secara tiba-tiba seperti ini”, batinnya resah.
Namun bayangan jika istri dan anaknya akan pergi meninggalkannya membuat Duke Armand merasa takut tanpa sebab.
“Ingatan Dunchess telah pulih, aku rasa ancamannya tadi bukanlah isapan jempol belaka”, gumannya semakin gusar.
Tok...tok...tok...
Suara ketukan dipintu membuat Duke Armand yang sedang galau pun segera merubah ekpresi wajahnya menjadi datar seperti sedia kala sambil berdehem mentralkan suaranya.
“Masuk !”
Tak lama kemudian ada sosok Jonathan dari balik pintu sambil membawa beberapa berkas ditangannya dengan wajah serius.
“Bagaimana, apa kamu sudah mendapatkan informasi mengenai para penyusup yang menyerang Dunchess dan anakku ?”, tanya Duke Armand serius.
Jonathan yang mendengar pertanyaan Duke Armand menganggukan kepala sambil membuka salah satu berkas yang dibawanya tadi dan ditunjukkan kepada Duke Armand.
“Dari hasil penyelidikan Markus ditemukan ada simbol burung elang dleher para penyusup dan setelah kami selidiki lebih dalam ternyata Dark Eagle adalah pasukan bayangan milik Count Dominic, ayah Dunchess Liona”, ucap Jonathan sedikit ragu.
Duke Armand yang mendengar hal tersebut sedikit terkejut dan diapun dengan cepat mengambil berkas yang telah asisten pribadinya itu letakkan diatas meja dengan wajah Rumit.
“Apa informasi ini benar-benar pasti ?”, tanya Duke Armand seakan sangsi jika data yang dia baca benar adanya.
Jonathan yang mendengar hal tersebut menganggukkan kepala dengan penuh keyakinan jika informasi yang didapatkannya valid.
“Ya, data tersebut nyata adanya tuan karena saya memiliki saksi”
“Tuan bisa menemui lelaki itu untuk menanyakan langsung mengenai Dark Eagle milik Count Dominic tersebut agar bisa lebih jelas”, ucap Jonathan dengan ekspresi tak kalah serius.
Jonathan menghela nafas berat karena dia sangat yakin jika Duke Armand tak bisa menerima hal tersebut.
Dengan adanya data yang diberikannya itu maka secara tidak langsung menunjuk Dunchess Liona sebagai dalang dibalik penyerangan yang terjadi dan hal itu tampaknya tak bisa diterima dengan mudah oleh Duke Armand.
Duke Armand membenarkan jika selama ini Dunchess Liona selalu terlibat perseteruan dengan sang istri, itupun karena Duchess Roselyn yang memulainya seperti apa yang dia dengar dari mulut Dunchess Liona selama ini.
Selama ini Duke Armand memang tak pernah mendengar cerita dari versi yang keluar dari mulut sang istri karena lebih menganggap jika semua hal yang Dunchess Liona ucapkan adalah kebenaran sehingga dia akan langsung menghukum Dunchess Roselyn tanpa memberikan istrinya tersebut kesempatan untuk menjelaskan.
“Tidak...Dunches Liona adalah wanita lembut dan baik hati jadi tak mungkin dia bisa menyakiti istri dan anakku, apalagi memiliki niat untuk membunuhnya”, batinnya menolak fakta yang ada.
“Pertemukan aku dengan saksi itu karena aku ingin mendengar semuanya secara langsung dari mulutnya”
“Selain itu selidiki lebih dalam kenapa Count Dominic mentargetkan istri dan anakku padahal aku sama sekali tak pernah bersinggungan dengannya”, perintah Duke Armand dengan nada dingin dan tegas.
Saat ini Duke Armand masih memiliki keyakinan jika ini semua yang terjadi adalah ulah Count Dominic atau keluarga inti mereka yang tak ada sangkut pautnya dengan Dunchess Liona yang merupakan anak haram Count Dominic.
Jonathan yang mendengar perintah dari Duke Armand menganggukkan kepala namun dia tak beranjak dari tempatnya sampai Duke Armand memerintahkan.
Sudah hampir lima menit berlalu namun Duke Armand masih belum memerintahkannya keluar membuat Jonathan pun berinisiatif untuk bertanya.
“Ekhem, maaf Tuan, apa ada hal lain yang perlu saya lakukan ?”, tanyanya hati-hati.
Lamunan Duke Armand buyar seketika ketika menyadari jika Jonathan masih didalam ruang kerjanya.
Sambil menetralkan raut wajahnya, Duke Armand menatap dalam Jonathan yang sedikit bingung akan tatapan Duke Armand yang tak biasa terhadapnya.
“Jo, apa kamu memiliki pengalaman dengan wanita ?”, tanya Duke Armand penuh selidiki.
Jonathan yang ditanya hal seperti itu secara tiba-tiba tentu saja merasa gugup karena selama ini bukan hanya tak pernah dekat dengan wanita bahkan Jonathan tak memiliki waktu untuk dirinya sendiri karena terlalu sibuk dengan semua pekerjaan yang Duke Armand berikan kepadanya.
“Eh, belum tuan”, jawab Jonathan gugup.
“Ck, ”, decak Duke Armand penuh kekecewaan.
Melihat respon yang diberikan oleh Duke Armand, Jonathan merasa sedikit kikuk karena tuannya tampak menatap jengkel kepadanya padahal dia merasa tak melakukan kesalahan apapun.
“Ya sudahlah, cepat keluar dari sini”, usir Duke Armand sedikit kesal.
Jonathan benar-benar dibuat binggung oleh sikap yang ditunjukkan oleh Duke Armand saat ini kepadanya.
Meski begitu Jonathan tak bisa mengeluh dan hanya bisa keluar dengan patuh sambil melirik Duke Armand yang terlihat frustasi sejenak sebelum sosoknya menghilang dibalik pintu.
“Apa yang harus aku lakukan sekarang karena jujur aku tak sanggup jika harus berpisah dengan anak istriku, tapi aku juga tak ingin mengecewakan Dunchess Liona”, guman Duke Armand dengan raut wajah frustasi.
Jika Duke Armand terlihat sangat frustasi, namun hal itu tak berlaku pada Dunchess Roselyn yang terlihat senang ketika Jesi mengabarkan jika sang kakak telah mempersiapkan semuanya.
“Jadi, kapan kita akan berangkat nyonya ?”, tanya Jesi sopan.
“Malam ini juga karena aku tak ingin menunda lebih lama lagi”, ucap Dunchess Roselyn penuh ketegasan.`
akhirnya... masa jaya mu tak selamanya abadi Liona 😜
jadi g berlarut kyak sinetron 🙏🙏🙏😚
updatenya semoga selalu sehat thor biar up selaluu
/Smile//Smile//Smile/
Dan harus menghukum nya sprti apa yg dilakukan nya🥺
dan segera bisa menyingkirkan selir baru .. /Smile/