Vindra adalah menantu yang tinggal di rumah keluarga istrinya dan selama itu juga, Vin selalu mendapatkan hinaan dan di rendahkan karena kastanya yang rendah.
Namun suatu hari, tanpa sengaja ia mendapatkan batu permata dan mengaktifkannya kembali yang membuatnya memiliki kemampuan medis dan berhasil menyelamatkan seorang anak yang berada diambang Kematian. Berkat pertolongannya membuat Vin mendapatkan black Card yang mampu mengubah hidupnya.
Bagaimana kisah Vindra, Mengubah hidupnya dari menantu hina menjadi Penguasa tak tertandingi bersama batu permata dan keahlian Medis yang dimilikinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dina Auliya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 22. Kedatangan Filix
Zen mengerang kesakitan, akibat tendangan Vin. Belum sempat Zen bangkit berdiri Vin kembali menginjak kaki Zen, membuatnya kembali mengerang kesakitan.
"Cepat minta maaf pada Sifa sekarang atau aku akan terus menyiksamu." Bentak Vin namun Zen malah menyeringai.
"Jangan harap aku akan minta maaf padanya. Wanita murahan, Cuih."
Ucapan Zen membuat Vin benar-benar geram, ia tak terima Zen menyamakan Sifa seperti wanita murahan. Vin pun menginjak kaki Zen sekali lagi hingga membuat tulang kakinya patah.
"Aku sudah memberimu satu kesempatan, tapi dengan sombongnya kamu menolak bahkan merendahkannya. Sekarang tidak ada ampun lagi untukmu, Akan aku buat kamu benar-benar menyesal." gertak Vin dengan geram.
Apa yang dilakukan Vin, kembali membuat semua orang tercengang, termasuk anak buah Zen yang menyaksikan sendiri Bosnya di aniaya Vin.
Mereka bergegas maju ke depan untuk menghajar Vin. Mereka tidak terima jika bosnya di sakiti.
"Berhenti!! Satu langkah lagi kalian berani maju, akan aku patahkan sebelah kakinya lagi. Agar bos kalian ini cacat seumur hidup." ucap Vin sambil mengangkat kakinya untuk mematahkan kaki sebelahnya lagi.
Mereka menghentikan langkahnya, tak ingin membuat bosnya tambah menderita. Mereka pun memilih mundur dan menyaksikan apa yang akan dilakukan Vin selanjutnya.
"Brengsek, Cepat lepaskan aku. Berani sekali kamu memperlakukan aku seperti ini. Apa kamu tidak tau siapa aku." teriak Zen yang belum bisa berdiri.
Vin berjongkok di depan Zen dan menjambak rambutnya, "Aku tidak perduli siapa kamu dan apa hubunganmu dengan mereka semua, tapi aku tidak akan tinggal diam kalau ada orang lain yang berani menyentuhnya, dah ini sebagai peringatan untukmu. Sekali lagi aku melihatmu seperti ini. akan ku pastikan kamu akan cacat seumur hidup." Vin melepaskan jambakan nya dan kembali berdiri. Ia segera menghampiri Sifa untuk memastikan keadaannya.
"Kamu tidak papa Sifa?" tanya Vin. Sifa yang masih shock hanya bisa menggelengkan kepalanya. di sisi lain Lusi dan Nia yang berada di sisi Sifa hanya bisa tertunduk malu setelah meremehkan Vin sebelumnya.
Zen akhirnya bisa berdiri setelah berjuang seorang diri, tak ada yang berani mendekati Zen karena ancaman dari Vin.
Dengan kaki yang di seret, Zen masih bisa tertawa. "Hai baji*ngan, jangan senang dulu. Setelah ini aku pastikan kamu akan bertekuk lutut memohon ampun. Aku yakin setelah ini Paman Filix tidak akan tinggal diam, dia akan membuat perhitungan denganmu. hah..ha..." Zen pun terkekeh merasa dirinya akan menang.
Vin kembali menghampiri Zen, yang masih tidak mau kalah. "Oh, Aku pikir kamu memang orang berkuasa, ternyata masih berlindung di bawah naungan orang lain. Eemmm aku ingin melihat apa yanga kan di lakukan paman mu itu terhadapku. Akan membunuhku atau malah sebaliknya. Lebih baik segera hubungi dia dan suruh datang kemari akan masalah ini bisa segera selesai." Ucap Vin yang sama sekali tidak merasa takut.
Lusi dan Nia mendesak Sifa agar Vin mau mengalah, mereka tau jika orang yang ada di belakang Zen, orang yang sangat berpengaruh dan bisa saja orang tersebut bisa melenyapkan Vin saat itu juga.
Mendengar saran dari sahabatnya Sifa ingin menegur Vin untuk menyudahi perselisihan tersebut namun belum sempat membuka mulut untuk bicara, manajer restoran tempat diadakannya pesta private datang.
"Apa yang terjadi disini? Aku Filix manager restoran ini dan aku orang penting di perusahaan BMX. " Jelas Filix yang tiba-tiba muncul setelah di hubungi Zen.
Zen segera menghampiri Filix yang menceritakan apa yang terjadi membuat Filix geram.
"Kau telah malakukan kesalahan fatal dengan berani menyakiti Zen. Apa kamu ingin kehilangan nyawamu?" ucap Filix sambil menunjuk Vin.
Vin hanya menyeringai, "Ck, Sepertinya sebelum kamu menuduhku lebih baik cari tau dulu kebenarannya, atau kamu juga akan malu sendiri karena menuduh tanpa bukti. Bahkan setelah ini jabatan mu akan di cabut." sindir Vin.
"Tak akan ada asap kalau tidak ada apinya, aku tak akan menghajar si brengsek itu kalau dia tidak memulai lebih dulu, tanyakan padanya sekali lagi kalau kalau kamu ingin tau kebenarannya." imbuh Vin yang sama sekali tidak merasa takut.
Namun ucapan Vin tidak di anggap serius oleh Filix dan menganggapnya hanya candaan.
"Kamu bisa keluar dari tempat ini kalau kamu punya kemampuan untuk mengalahkan Meraka semua." Filix memerintahkan anak buahnya untuk mengepung Vin.
Satu persatu anak buah Filix dan Zen menyerang Vin bertubi -tubi tak ada kesempatan untuk membalas, Vin hanya bisa menangkis serangan yang terus menerus.
Setelah ada kesempatan, Vin memanfaatkan celah menyerang balik, satu tendangan langsung merobohkan lima lawan yang tak siap. Vin menghajar satu persatu lawannya dan membantingnya ke lantai, menendangnya hingga ke dinding, meninju wajahnya hingga membuat rontok gigi. Bahkan Vin melempar mereka ke udara seperti mainkan dan menjatuhkannya hingga tulangnya remuk.
Akhirnya Filix melihat dengan matanya sendiri, Vin berhasil menghajar semua anak buahnya. Sambil membersihkan darah di sudut bibirnya, Vin menghampiri Filix.
"Kenapa kamu tidak ikut serta menyerang ku? jangan hanya berani di mulut saja, jika kamu berani memerintah seharusnya kamu juga berani melawanku." Ucap Vin menyudutkan.
"Kau... "Filix menunjuk Vin.
"Lebih baik segera hubungi nomor ini, agar kamu tau, sedang berhadapan dengan siapa kamu sekarang." ucap Vin dan memberikan sebuah nomor dan meminta Filix menghubunginya saat itu juga.
Segera saja, Filix mengambil ponselnya di saku lalu menghubungi nomor tersebut dan alangkah terkejutnya saat Filix menghubungi nomor tersebut langsung terhubung dengan Dominic. Membuat Filix tercengang tak bisa berkata-kata lagi, ternyata orang yang ada di depannya ada hubungannya dengan Dominic.
Vin hanya menyeringai melihat ekspresi Filix yang shock hingga membuat wajahnya pucat.
To Be Continued ☺️☺️