"People come and go, but someone who is compatible and soul mates with you will stay"
Dengan atau tanpa persetujuanmu, waktu akan terus berjalan, sakit atau tidak, ayo selamatkan dirimu sendiri. Meski bukan Tania yang itu, aku harap menemukan Tania yang lain ...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon timio, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bagaimana Caraku Menjelaskannya?
"Haruskah aku melakukannya?", kalimat yang selalu muncul ketika hanya mereka berdua dengan situasi seperti sekarang ini, hasrat normal seorang pria sehat ketika bersama wanitanya.
Kriiingg..... ponsel Joon Young berbunyi.
Bunyi ribut itu mengagetkan mereka berdua dan sontak Melepaskan tautan itu. Wajah mereka berdua memerah mungkin malu bercampur Canggung. Joon Young mengambil ponselnya yang terus berdering itu dan menaikkan sebelah alisnya. Sementara Tania juga ikut penasaran Siapa yang menelepon sehingga Joon Young berekspresi seperti itu.
"Yoboseo... Oh imo, Jaljinae seo yo... ", bla bla bla Tania hanya mengerti kalimat awalnya saja, mengerti Kalau yang menelepon adalah bibinya Joon Young. Ia pun berdiri perlahan dan menjauh agar Joon Young bisa berbicara dengan leluasa.
🌼🌼
Sementara Bryan mulai bingung dan sangat menyesal, betapa bodohnya ia menyia-nyiakan Tanianya dulu. Sudah setahun lebih tapi ia masih belum terbiasa melihat Tania bersama dengan orang lain, ia sadar betul kalau Tania sangat tidak nyaman ketika ia mendekat. Gadis baik itu benar-benar telah pergi, pergi dari hidupnya. Dengan desah panjang ia mengeluarkan ponselnya dan mengontak seseorang.
Brrr.... Getar ponsel Tania yang berada di atas meja di hadapan Joon Young. Nama kontak yang dulu Bryan BabiBoo, kini sudah berubah menjadi sedikit lebih normal, Dr. Iyan.
skip
"Iyan, Kamu ngapain Di Sini?", Kaget Tania yang muncul membawa kantong plastik belanjaan.
"Tan...", serunya dengan wajah yang sangat putus asa.
"kamu ada masalah ya?".
"Kenapa Rasanya sakit banget? Sejuta kali lebih capek ketimbang koas dulu. Aku nggak tahan lagi Tania." tangisnya.
"Kamu sakit? Apa efek kecelakaan dulu belum sembuh ya? Ya ampun ... Ayo kita ke rumah sakit sekarang, ada Joon Young juga di sini, kita bisa anterin kamu." panik Tania hendak masuk ke dalam rumah, tapi tangannya lebih dulu ditahan Bryan. Ketika Tania berbalik ia benar-benar melihat mata Bryan, basah dan merah, tatapannya betul-betul putus asa dan memohon.
"Aku nggak butuh rumah sakit, Aku butuh kamu Tania...!", bentak Brian dengan tangis, perlahan ia berlutut dan tangannya ikut turun kepada jemari Tania.
Aku mohon, kembali ke aku, Tan. Kembali ke aku Boo, aku mohon." jeritnya. Sementara Joon Young sudah berdiri di atas balkon melihat mereka berdua, beberapa menit sebelumnya telepon masuk itu ia hendak mengangkatnya, tapi tidak jadi karena mendengar teriakan dari bawah, dan itulah pemandangan yang ia lihat.
"Kamu mabuk, Yan."
"Aku sadar betul Tania, aku nggak mabuk." ringisnya dan tiduran di jalan lalu bergumam tidak jelas.
Tania sibuk merogoh kantongnya, "Pakai ketinggalan segala lagi." dumelnya.
Kini Tania sudah berjongkok di samping Bryan yang sudah setengah pingsan, meletakkan belanjaannya di sampingnya dan mencari ponsel Bryan di salah satu saku hoodienya.
Dan beruntunglah tidak perlu susah payah ia menemukannya.
📞 Halo son, lu di mana? Ini Bryan mabuk pakai teriak-teriak segala lagi di depan rumah gua. Tolong dong lu jemputin, gue bukannya nggak mau bantu cowok gue di sini, di dalam apartemen, gua di luar, Iya di jalan masuk. Udah pingsan nih. Oke thanks ya."
Tania memandang wajah polos Bryan yang terbaring itu. Iya benar-benar yakin bahwa dirinya sendiri sudah melakukan Closure. Sosok yang sangat dibanggakannya ini, dulu, yang masih tetap tampan,b cocok sekali memakai jenis pakaian apapun. Garis senyumnya masih sama, begitupun kilau rambutnya, hanya saja satu yang Tania sadari " Hati aku udah lama nggak berdebar lagi buat kamu Yan."
Setelah urusannya selesai, Tania kembali dan memasuki apartemen studionya itu, terdengar suara percikan air dari kamar mandi. Sembari menunggu Joon Young selesai, ia mengeluarkan makan malam dari kulkas dan memanaskannya lalu menatanya di atas meja, semua berjalan biasa saja malam itu, tidak ada yang aneh ataupun mengkhawatirkan.
Waktu sudah larut, Tania sudah tertidur lelap sementara Joon Young Masih Berdiri Tegak memandang jauh entah ke mana dari balkon.
"Joon Young?",
"Oh? Kamu terbangun?", kaget Joon Young sambil menghampiri.
"Kenapa nggak tidur?"
"I just thinking about something."
"What about?".
"Cuma soal operasi, Professor push me more and more. I don't trust myself to do surgery alone."
"Nanti juga bisa, kamu udah sejauh ini loh, panic attack kamu bahkan udah nggak pernah kambuh lagi tahun ini, kamu bakal baik-baik aja Joon Youngah."
John Young hanya menatap pacarnya, segaris senyum berusaha ia ciptakan, lalu keduanya tertidur sembari Menanti hari esok.
"Bagaimana cara aku mengatakannya Taniaya? Bagaimana caraku menjelaskannya? Ini penting untuk kita berdua, Tapi apa harus secepat ini? Aku takut Tania ya. Aku takut kamu pergi meninggalkan aku. Aku harus apa?", batin Joon Young mengelus surai Tania yang sudah kembali terlelap di pelukannya.
.
.
.
Tbc ... 💜