Saling mencintai, namun restu tak menyertai. Tetap memaksakan untuk menjalankan pernikahan tanpa restu. Namun ternyata restu masih di atas segalanya dalam sebuah pernikahan.
Entah apa yang akan terjadi lada pernikahan Axel dan Reni, ketika mereka harus menjalani pernikahan tanpa restu. Apa mungkin restu itu akan di dapatkan suatu saat nanti. Atau bahkan perpisahan yang akan terjadi?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nita.P, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pertengkaran
"Ren, bisa buang sampah-sampah ini dulu keluar" ucap Tika.
Reni mengangguk, dia baru saja selesai mengemas pesanan paket terakhir. Dia pergi keluar dengan kantong plastik hitam berisikan beberapa kotak tak terpakai dan plastik bekas mengemas paket. Tubuhnya tiba-tiba terdiam membeku saat dia melihat seseorang yang sedang berada di depan ruko ini. Berdiri di dekat mobilnya sendiri.
Reni langsung menjatuhkan kantong sampah itu, terkejut dengan keberadaan suaminya yang tak terduga itu. Dia ingin lari sekarang, tapi dia tidak bisa. Rasanya ingin menghilang saja saat ini. Melihat suaminya yang berjalan mendekat padanya, membuat Reni sangat terkejut. Dia tidak tahu harus bagaimana. Ingin pergi juga tidak mungkin, jelas suaminya sudah terlanjur mengetahui keberadaannya sekarang.
Axel juga masih tidak menyangka akan mengetahui banyak kebohongan yang dilakukan oleh istrinya selama ini. Bahkan dia selalu percaya padanya dan tidak pernah berpikir jika istrinya akan membohonginya seperti ini.
Axel berdiri di depan istrinya, menatap ke arah bangunan di belakang Reni. Disini istrinya bekerja dan menghabiskan waktu selama dia tidak ada di rumah. Sungguh Axel masih tidak menyangka dengan kenyataan ini.
"Jadi disini kau berada?" ucap Axel dengan suara rendah yang membuat istrinya begitu merinding mendengarnya.
Reni hanya menunduk dengan tangan yang meremas celana panjang longgar yang dia gunakan. Penglihatan matanya sudah kabur dengan genangan air di pelupuk matanya. Entah harus bagaimana sekarang, karena ternyata memang suaminya sudah terlanjur mengetahui semuanya.
Reni menghembuskan nafas pelan, dia mencoba untuk menahan air mata yang sudah ingin meluncur. Mendongak dan menatap suaminya dengan tersenyum. Meski sadar senyuman itu akan terlihat sangat samar.
"Kapan kamu pulang?"
Sungguh hatinya begitu terluka saat dia menanyakan hal itu. Dia hanya mencoba menahan diri untuk tidak langsung marah pada suaminya dan menanyakan dengan brutal tentang suaminya bersama Dokter muda bernama Avinna itu.
"Aku berharap bisa langsung bertemu dengan istriku semalam. Bahkan sudah sangat rindu, tapi aku tidak menemukan keberadaannya. Ternyata dia berada disini" jawab Axel, masih dengan suara rendah yang terdengar sangat dingin.
Reni tidak mampu menjawab, dia juga tidak tahu harus menjelaskan bagaimana pada suaminya sekarang. Dia hanya diam menunduk.
"Reni, lama banget buang sampah nya eh..." Tika muncul dari dalam saat merasa Reni terlalu lama hanya untuk buang sampah saja. Dia langsung terdiam saat melihat Axel disana. "Ren, dia?"
"Em, Kak aku izin pulang sekarang ya. Ada urusan bentar" ucap Reni.
Tika langsung mengerutkan keningnya bingung, sikap Reni ini menunjukan jika memang ada yang tidak beres. "Yaudah, kamu bisa pulang duluan. Lagian kamu sudah bekerja lembur beberapa hari ini"
Reni mengangguk, dia segera masuk ke dalam dan mengambil tasnya. Sementara Axel kembali ke mobilnya tanpa berkata apapun pada Tika yang masih berdiri disana. Membuat Tika bisa merasakan aura dingin menyeramkan dari pria itu.
"Seperti sering melihatnya, tapi dimana ya? Wajahnya kayak gak asing" Tika bergumam sambil sedikit menggaruk kepalanya yang tak gatal.
Reni kembali keluar setelah mendapatkan tasnya. Dia menghampiri Tika sebentar. "Aku pulang dulu ya Kak"
Tika menahan tangan Reni yang sudah ingin melangkah menjauh darinya. "Ren, dia siapa?"
Reni hanya tersenyum pada Tika tanpa berniat menjawab. Dia langsung pergi begitu saja. Masih bingung dengan masalahnya ini. Jadi belum kepikiran bagaimana caranya menjelaskan tentang suaminya itu.
Axel sudah berdiri di dekat mobilnya dengan membukakan pintu. Masih menatap Reni dengan dingin. Dia sedikit menggerakan kepalanya mengisyaratkan istrinya harus segera masuk ke dalam mobilnya.
Dan mau tidak mau Reni langsung masuk ke dalam mobil. Lalu di dalam mobil ini keduanya hanya saling diam dengan pikiran masing-masing. Suasana terasa hening selama perjalanan.
Axel membawa istrinya kembali ke Apartemen. Saat ini mereka sudah berada di dalam lift, namun masih begitu hening dan tidak ada yang berbicara. Saat pintu lift terbuka, seorang pria berdiri di depan mereka, mungkin dia ingin naik lift berikutnya.
Reni keluar dari dalam kotak besi itu dengan sedikit mengangguk dan tersenyum pada orang itu. Dia melihat suaminya yang tiba-tiba berjalan lebih cepat darinya, membuat Reni hanya bisa mengejarnya.
Ketika sudah berada di dalam rumah, Reni menatap suaminya yang duduk di sofa dengan bertumpang kaki. Tatapannya jelas terlihat begitu dingin dan tajam. Membuat Reni cukup ragu hanya untuk duduk.
"Kenapa kau meninggalkan rumah kita?"
Reni semakin menundukan wajahnya dengan tangan saling bertaut gugup. Dia tidak tahu harus menjawab apa, pikirannya tiba-tiba blank dan mulutnya terasa sulit untuk mengatakan serangkai kata pun.
Axel mengeluarkan sesuatu dari dalam saku jaketnya, melemparkan tepat mengenai dada Reni, lalu benda itu jatuh ke atas lantai dekat kakinya. Reni menatapnya dengan terbelalak, mengutuki kebodohannya karena dia tidak membawa benda itu bersamanya saat dia memutuskan untuk meninggalkan rumah.
"Bisa jelaskan tentang itu? Aku rasa kau tidak akan sanggup menjelaskannya. Karena sejak kau siap menggunakan itu, maka kau sudah cukup berani Anggraeni!"
Reni memejamkan matanya dengan ketakutan semakin besar saat suara penuh penekanan dari suaminya. Dan ketika Axel sudah memanggil nama lengkapnya seperti itu, maka selalu mengerikan di telinganya.
Axel berdiri dan menghampiri istrinya yang berdiri membeku ditempatnya. Dia memegang kedua bahu Reni dan mengguncang tubuh istrinya dengan kasar.
"Apa maksud semua ini? Kau tega melakukan ini? Kau sangat hebat Anggraeni. Membohongi suamimu dengan banyak hal"
Air mata Reni sudah mengalir dipipinya saat suaminya terus mengguncang tubuhnya seperti ini. Dia memberanikan diri untuk mendongak dan menatap suaminya dengan lekat.
"Bukannya kamu juga berbohong padaku? Kau akan menikahi wanita lain, tapi tak sedikit pun menjelaskan padaku. Lalu apa bedanya aku denganmu?" ucap Reni dengan suara keras.
Axel menghempaskan kasar tangannya di bahu Reni. Dia semakin tersulut emosi. "Setidaknya jika aku menikah dengannya, maka dia tidak akan diam-diam meminum kontrasepsi hanya tidak ingin punya anak denganku. Dia akan menuruti semua ucapanku karena dia menyukaiku sejak dulu"
Deg,, hatinya terasa begitu sakit mendengar ucapan Axel barusan. Reni bahkan sampai memegang dadanya karena terlalu sakit mendengar ucapan suaminya barusan. Jelas sekali dia malah membela wanita yang akan dijodohkan dengannya daripada istrinya sendiri.
Reni mengangguk dengan air mata yang masih mengalir di pipinya. "Baiklah kalau begitu. Lagipula aku sadar jika pernikahan tanpa restu memang seharusnya berakhir"
Reni berbalik dan langsung keluar dari rumah. Sementara Axel baru menyadari apa yang telah di ucapkannya barusan. Dia mejatuhkan tubuhnya di atas sofa dengan mengusap wajah kasar. Pikirannya yang sudah kacau sejak beberapa minggu ini, membuat dia gampang sekali tersulut emosi. Apalagi ketika menyangkut perjodohan ini.
"Sial, semuanya jadi kacau"
Bersambung
Ngak ada extrapart gitu kak 😁😁😁
lanjut kak semangat 💪💪💪