Kecelakaan saat pulang dari rumah sakit membuatnya harus kehilangan suami dan anak yang baru saja di lahirkannya 3 hari yang lalu.
Tapi nasib baik masih berpihak padanya di tengah banyak cobaan yang di dapatkan Ayana.
Bertemu dengan seorang bayi yang juga korban kecelakaan membuatnya kembali bersemangat dalam menjalani hari-hari yang penuh perjuangan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lijun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
28
"Bagaimana ini, Pa? Kita gak mungkin memaksa Ayana untuk menjelaskan perihal kecelakaan itu. Sedangkan kondisinya saja seperti itu, Mama rasa selain trauma, Ayana juga mengalami sindrom baby blues."
Bu Nina menatap suaminya meminta pendapat.
"Bagaimana Mama bisa menyimpulkan sindrom itu?" Tanya Andreas penasaran.
"Mama pernah melahirkan dan tentunya sudah banyak mempelajari hal-hal seperti itu dulunya. Tekanan karena kematian suami, di benci mertua dan ipar serta terusir dari rumah sendiri tentu dapat menyebabkan Ayana mengalami hal tersebut. Ibu yang baru melahirkan itu emosinya harus di jaga, apa lagi untuk ibu muda seperti Ayana."
"Sangat rentan terkena sindrom baby blues itu sendiri kalau gak ada orang yang mendukungnya melalui semua cobaan. Apa lagi Ayana harus tetap mempertahankan kewarasannya demi anaknya. Tentu hal itu gak mudah untuk di lalui begitu saja Andreas," kata bu Nina menjelaskan panjang lebar.
Pak Bastian menghela napas panjang, ia bingung harus mengambil keputusan seperti apa. Meski sangat yakin kalau bayi yang ada dalam gendongan Ayana adalah cucunya yang hilang.
Tapi melihat bagaimana ikatan batin di antara keduanya yang cukup kuat. Pak Bastian juga tidak mungkin memisahkan keduanya. Apa lagi sepertinya cucunya itu juga tidak mau di pisahkan dari sang ibu yang sudah merawatnya penuh ketulusan.
"Boleh saya bertanya satu hal lagi, Bu?" Tanya bu Nina saat ingat sesuatu.
"Apa itu, Nyonya?" Alis mak Misa mengerut.
"Ibu kan berkata kalau membantu Ayana mengasuh bayinya. Apa pernah Ibu melihat tanda seperti bulan sabit di lengan kiri bagian atasnya?"
Mak Misa menatap tidak percaya pada bu Nina, seakan mencari kejujuran dari mata wanita yang mungkin seumuran dengannya. Hanya bu Nina lebih terawat dan cantik di banding dirinya.
"Maaf, sepertinya kita seumuran. Panggil saja nama saya Misa, gak enak kalau di panggil Ibu oleh Nyonya, atau panggil Mak Misa seperti yang lainnya" kata mak Misa.
"Ah, baiklah. Kalau begitu panggil saja saya Nina atau Jeng Nina, supaya lebih enak di dengar juga. Jadi bagaimana Mak Misa?"
Terdengar helaan napas dari mak Misa lalu ia mengangguk mantap.
"Iya, tanda itu memang ada di lengan kiri bagian atas Abian. Kenapa Mbak Nina bisa tahu?"
"Itu berarti benar, kalau Abian adalah cucuku yang hilang. Namanya Abian kan?" Mak Misa mengangguk.
"Pa, Andreas, Abian memang bayi yang selama ini kita cari. Ternyata dia bersama Ayana, orang telah menolongnya," kata bu Nina senang dan semangat.
Sedangkan ke dua pria yang namanya di sebutkan ha ya tersenyum senang melihat rona bahagia dari wanita tercinta mereka. Namun yang masih menjadi pikiran kedua pria itu adalah, bagaimana cara membawa Abian pulang bersama mereka tanpa melukai perasaan Ayana yang sudah mengurusnya layaknya anak sendiri.
"Maksud Mbak Nina apa? Gak mungkin Abian cucu kalian yang hilang. Jangan karena beberapa kemiripan yang sempat kalian sebutkan tadi, lantas membuat kalian menyimpulkan kalau Abian milik kalian."
Mak Misa tidak terima mendengar perkataan bu Nina. Bagaimana pun juga, dirinya sangat menyayangi Ayana seperti anak sendiri dan Abian seperti cucu sendiri.
Ia tidak mau keduanya di pisahkan, apa lagi Abian juga menyusu pada Ayana.
"Tapi memang seperti itu kenyataannya Mak Misa. Abian memang cucu kami yang hilang," ucap bu Nina meyakinkan.
"Itu gak mungkin Mbak Nina, Abian sendiri menyusu langsung dengan Ayana. Mana mungkin kalau Abian cucu kalian, atau mungkin mantan suami Ayana adalah anak kalian yang hilang? Seperti yang di cerita film-film itu," kata mak Misa dengan polosnya.
"Jadi maksud Mak Misa, Ayana itu menyusui Abian secara eksklusif?" Mak Misa mengangguk mantap sebagai jawaban dari pak Bastian.
Semakin yakinlah pak Bastian untuk tidak memisahkan keduanya. Meski bisa saja mereka memaksa lalu memberikan Abian susu formula, namun hal itu bukanlah jalan terbaik.
"Maaf kalau kedatangan kami membuat kacau dan membingungkan. Sebenarnya kami pun hanya ingin mendengarkan penjelasan dari Ayana saja mengenai apa yang sebenarnya terjadi saat itu. Tapi melihat kondisi Ayana yang gak memungkinkan, maka kami akan bersabar," ujar pak Bastian.
"Saya juga sebenarnya gak tahu pastinya seperti apa, tapi juga gak mungkin mengijinkan kalian membawa Abian walaupun mungkin memang benar Abian cucu kalian. Karena bagaimana pun juga ada Ayana yang tetap harus di pikirkan," kata mak Misa pula.
"Sekali lagi maaf kan kami, Mak Misa. Mungkin nanti kalau ke adaan sudah semakin membaik baru kami akan datang lagi. Yang penting sekarang kami sudah mengetahui di mana keberadaan Abian anak saya," kata Andreas.
Tidak dapat di pungkirinya kalau hatinya lega dan bahagia bisa menemukan anaknya dalam keadaan sehat wal afiat. Tidak kekurangan satu apapun.
Malah anaknya terlihat sangat sehat dan menggemaskan dengan tubuhnya yang jauh lebih berisi dari saat hilang. Itu artinya Ayana mengurus anaknya dengan baik.
"Kalau begitu kami permisi Mak Misa, maaf sudah mengganggu ketenangan kalian. Kalau ada apa-apa dengan Ayana dan Abian, segera hubungi saya."
Andreas meminta Bimo memberikan nomor ponselnya pada mak Misa. Biarlah saat ini ia berpisah dari anaknya, yang penting keadaan anaknya baik-baik saja.
Pria itu juga berencana akan sering-sering datang ke tempat itu dan melakukan pendekatan perlahan pada Ayana. Demi menjaga kestabilan emosi janda muda nan cantik tersebut.
Ayana sendiri sudah tertidur bersama Abian yang belum melepaskan sumber kehidupannya. Satu tangan bayi itu bahkan terlihat memegang baju Ayana erat, seakan takut di pisahkan.
Emosi yang tiba-tiba melonjak dan ketakutan besar yang menyerang membuat Ayana tertidur dengan mudah saat sudah mulai tenang.
Awalnya Ayana yang sedang menyusui Abian hanya melakukan kontak mata pada bayi yang sedang membuka kedua matanya itu. Ayana juga memberikan senyuman tulus dan penuh cinta kasihnya pada Abian sebari berbaring.
Itu sebabnya keduanya bisa sama-sama tertidur pulas tanpa tahu apa yang sedang terjadi di luar.
Mak Misa masuk ke kamar Ayan perlahan setelah mengantarkan tamunya pulang. Di pandanginya kedua orang yang sedang tidur itu.
"Kalau memang Abian benar anaknya pria muda itu, Mak harap kamu berjodoh dengan Ayah kandung Abian itu. Mak sangat ingin melihat binar bahagia di matamu, kebahagiaan yang sesungguhnya. Bukan kebahagiaan hanya demi terlihat kuat bagi Abian," kata mak Misa penuh harap.
Kemudian wanita tua itu keluar dari kamar Ayana dan memilih turun ke bawah untuk melihat Risa. Membantu bila di perlukan bantuannya.
"Apa yang terjadi, Mak? Siapa orang-orang itu?" Tanya Sari penasaran.
Kebetulan pembeli baru pergi, dan saat ini sedang tidak ada pembeli. Itu sebabnya Sari berani bertanya.
"Mak gak bisa jawab karena itu bukan ranahnya Mak. Nanti kalau sudah saatnya kita pasti akan tahu," jawab mak Misa di angguki oleh Sari.
"Mak mau bantu Risa di belakang, Mbak kalian lagi istirahat."
"Iya, Mak. Kasihan Mbak Ayana pasti lelah, setelah buat kue dan roti langsung pergi bawa Abian imunisasi. Waktunya bener-bener hanya untuk anak dan pekerjaan," kata Sari.
"Ya sudah, kamu yang rajin kerjanya. Kita bantu Mbak mu mengembangkan usaha ini supaya maju dan sukses."
Sari kembali mengangguk dan melayani pembeli yang baru datang. Sedangkan mak Misa kebelakang untuk membantu Risa.
Ngegantung nih thor.. 😂😊
Anyway thanks a lots 👍🏼👏