Terjebak Asmara Dalam Sebuah Kontrak

Sore ini Jena duduk di kursi mobil dan pulang bersama Savero beserta asisten Rey. Didalam mobil Jena maupun Savero masih terlihat canggung satu sama lain karena kejadian tadi siang. Savero berfikir jika mungkin Jena masih marah padanya dan tidak ada obrolan di antara mereka.

Dalam hati Jena sebenarnya dia tengah merindukan ayahnya, bagaimanapun Jena belum sempat pamit pada ayahnya sebelum akhirnya kini harus tinggal bersama Savero yang kini telah menjadi suaminya.

"Tuan?" panggil Jena di tengah perjalanan pulang mereka.

"Hmm.."

"Bolehkah saya pulang sebentar untuk menjenguk ayah saya dirumah? Sekaligus untuk pamit pada beliau karena sekarang saya harus tinggal bersama Tuan." pinta Jena.

Savero paham dengan apa yang dirasakan Jena dan mungkin ini bisa membuat hati istri gelapnya lebih baik dan sekaligus menebus kesalahannya tadi siang.

"Baik, tapi kamu harus pergi bersama Rey untuk menjaga mu." ucap Savero.

"Baik Tuan, Terimakasih." ucap Jena dengan tersenyum bahagia.

Bagaimana pun Savero dibalik sifat-sifat menyebalkannya itu Jena sangat tau bahwa di dalam hatinya sebenarnya dia begitu lembut yang tidak dia tampakkan pada karyawan lain selain dirinya.

Setelah sampai didepan apartemen Savero melangkah masuk sendiri sedangkan Jena pergi bersama Rey ke rumah orangtuanya.

Dijalan Jena sempat mampir ke beberapa toko untuk membelikan oleh-oleh untuk ayahnya. Jena sudah sangat tidak sabar ingin bertemu dengan ayahnya sekarang.

Setelah sampai di depan rumah Rey membukakan pintu mobil untuk Jena, kini Jena mulai melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah sementara Rey tetap menunggu di mobil.

Didalam tampak Sarah dan Amora tengah membuka semua belanjaan yang mereka beli hari ini dengan wajah gembira. Namun saat Jena masuk ke dalam rumah wajah mereka langsung berubah drastis.

"Mau ngapain lagi kamu kesini?" tanya Sarah.

"Iya, bukannya kamu udah di beli ya sama Om-Om." sahut Amora.

Jena tidak mau memperdulikan perkataan mereka karena dia tidak ingin merusak suasana hatinya.

"Aku mau bertemu ayah." ucap Jena sambil menyelonong masuk melewati mereka tanpa menghiraukannya.

"Dih! dasar anak nggak punya sopan santun!" gerutu Sarah yang masih bisa di dengar oleh Jena.

Jena berjalan ke arah kamar ayahnya sambil membawa oleh-oleh untuknya.

"Ayah?" panggil Jena yang kini berdiri menatap ayahnya yaitu Kris.

Kris yang melihat wajah putri sulungnya itu langsung merekahkan senyuman. Jena langsung pergi menghampiri ayahnya dan menaruh oleh-oleh yang dia bawa ke atas meja di sebelah ranjang Kris setelah itu jena duduk dan memeluk Kris dengan hangat seperti seorang anak kecil.

"Jena? kamu kemana saja? Ayah tidak melihatmu kemarin?". tanya Kris sambil mengelus rambut putrinya.

"Maaf ayah, Jena tidak sempat pamit dulu pada ayah." ucap Jena.

"Memangnya ada apa sayang? Apa yang terjadi?" ucap Kris dengan mengerutkan alisnya.

Jena pun mulai mengangkat tubuhnya dan menceritakan pada ayahnya bahwa kini dia sudah menikah dengan pemilik perusahaan tempatnya bekerja dan kini dia tinggal bersamanya di apartemen milik atasannya tersebut.

Kris yang mendengar ini merasa senang, karena menurut Kris ini adalah kabar bahagia. Jena berhak bahagia karena selama ini putrinya itu hanya dijadikan alat pemeras uang untuk Sarah dan Amora jadi mungkin ini adalah jalan kebahagiaannya.

Bersama dengan laki-laki yang mapan dan bertanggung jawab Kris yakin Jena akan hidup jauh lebih baik.

Setelah puas melepas rindu pada ayahnya kini hati Jena jauh lebih baik. Tapi Jena harus pulang kembali ke apartemen Savero sekarang dan meninggalkan ayahnya.

Saat Jena keluar dari kamar ayahnya dan berjalan melewati ruang tamu tampak Sarah dan Amora sudah menghadangnya disana.

Dengan tatapan malas Jena terus berjalan melewati mereka.

"Heh! kamu nggak lihat kita disini? main nyelonong aja! Dasar anak nggak tahu sopan santun!" maki Sarah.

"Sombong banget sih! mentang-mentang udah nikah sama orang kaya." lanjut Amora.

Jena menghela nafasnya, sebenarnya Jena malas meladeni mereka.

"Saya nggak ada urusan sama kalian." ucap Jena datar.

"Loh, jelas ada dong. Kamu disana enak-enakan hidup dengan kemewahan, lah kita disini harus ngurusin ayah kamu yang nggak bisa apa-apa itu." protes Sarah.

"Terus kalian mau apa?" tanya Jena.

"Ibu mau pisah sama ayah kamu! kamu urus saja sendiri laki-laki tidak berguna itu!" ucap Sarah. angkuh.

Namun Jena tetap menanggapi mereka dengan santai dan tidak mau ikut tersulut emosi karena Jena tau titik kelemahan mereka.

"Baik, silahkan saja asalkan kalian siap hidup dijalanan. Karena jika kalian mau meninggalkan ayah, berarti kalian siap untuk mengembalikan uang yang sudah kalian terima." ucap Jena penuh penekanan.

Sarah dan Amora tercengang mendengarnya, bagaimana bisa? sedangkan sebagian uangnya sudah mereka gunakan untuk membayar hutang dan berbelanja hari ini.

"Dasar anak kurang ajar!" ucap Sarah sambil mengangkat satu tangannya hendak menampar Jena.

Untungnya Jena dengan cepat menangkap tangan ibu tirinya itu dan menurunkannya pelan.

"Maaf, aku harus pergi sekarang." ucap Jena lalu pergi dari rumah itu menuju ke mobilnya.

Jena sudah tau tentang uang yang Sarah dapatkan dari Rey, karena tadi pagi saat akan menandatangani kontrak pernikahan Rey menjelaskan semua pada Jena.

Disana sudah ada Rey yang berdiri tegak disamping pintu mobil.

"Kita pulang." titah Jena.

"Baik." ucap Rey dengan langsung membukakan pintu mobil untuk Jena. Jena masuk ke dalam mobil dan pergi bersama Rey menuju apartemen.

❣️

❣️

❣️

Di dalam restoran mewah Savero dan Amanda sedang menikmati makanan malam mereka. Malam ini Amanda terlihat begitu seksi dengan pakaian yang dia kenakan. Amanda memang sengaja berdandan secantik dan seseksi mungkin untuk laki pujaan hatinya itu.

Namun nyatanya itu saja tidak cukup untuk membuat Savero jatuh hati padanya. Karena sebenarnya paras Jena istri gelapnya jauh lebih cantik dibandingkan Amanda. Hanya saja Savero tidak mau menyakiti hati Amanda dan tetap mencoba menjaga hubungan baik mereka.

Amanda tau betul, tidak mudah untuk mendapatkan hati lelaki tampan dihadapannya saat ini biarpun sudah berbagi cara Amanda lakukan tetap saja Savero belum bisa dia miliki. Maka dari itu malam ini Ananda memiliki rencana brilian untuk Savero.

Saat Savero sedang ijin untuk pergi ke toilet Amanda dengan segera mencampurkan sesatu kedalam minuman Savero.

"Mungkin dengan cara ini aku bisa mendapatkanmu Savero." gumam Amanda sambil tersenyum licik.

Tidak lama Savero keluar dari toilet dan duduk kembali di kursinya, tangannya meraih gelas yang ada didepannya lalu meminumnya. Dengan senyum samar penuh kemenangan Amanda menatap Savero.

"Savero terimakasih untuk makan malam yang indah ini." ucap Amanda dengan suara khasnya yang mendayu-dayu.

"Ya, harusnya aku yang berterima kasih padamu." jawab Savero.

Amanda menanggapinya tersenyum manis pada Savero. Tiba-tiba Savero merasakan ada hal aneh yang terjadi pada dirinya. Tidak mau terlihat buruk di mata Amanda, Savero segera pamit untuk pulang.

Saat berada disebelah mobil Savero terlihat semakin tidak karuan.

"Sial! ada apa ini? Kenapa tubuhku begini."

Amanda melihat Savero yang semakin kewalahan menahan efek dari obat plus-plus yang dia campuran tadi ke minuman Savero pun merasa puas karena sepertinya rencananya kali ini akan berhasil.

Amanda menghampiri Savero dan menepuk pundaknya.

"Vero, kamu tidak papa?" tanya Amanda menampakkan simpatiknya.

"Jangan sentuh!" ucap Vero menjauh.

"Kenapa?"

"Tidak, aku hanya ingin sendiri." jawab Vero.

Vero tidak mau jika nantinya terjadi kekhilafan dengan Amanda. Namun Amanda yang melihat keadaan Vero yang semakin menjadi akibat obat plus-plus yang dia berikan tidak memungkinkan untuk Savero pulang sendiri malam ini.

Amanda pun membujuk Savero untuk mau pulang dengannya dengan diantar oleh supir pribadinya.

Savero menyetujuinya karena untuk keadaannya saat ini tidak mungkin dia membawa mobil sendiri Dan jika menyuruh Rey untuk menjemputnya pun akan membutuhkan waktu lebih lama lagi.

Akhirnya Savero pulang dengan Amanda dengan diantar supir pribadinya menuju ke Apartemennya.