Siapa sangka, cinta yang dulu hangat kini berubah menjadi api dendam yang membara. Delapan tahun lalu, Alya memutuskan Randy, meninggalkan luka mendalam di hati lelaki itu. Sejak saat itu, Randy hidup hanya untuk satu tujuan : membalas sakit hatinya.
Hidup Alya pun tak lagi indah. Nasib membawanya menjadi asisten rumah tangga, hingga takdir kejam mempertemukannya kembali dengan Randy—yang kini telah beristri. Alya bekerja di rumah sang mantan kekasih.
Di balik tembok rumah itu, dendam Randy menemukan panggungnya. Ia menghancurkan harga diri Alya, hingga membuatnya mengandung tanpa tanggung jawab.
“Andai kamu tahu alasanku memutuskanmu dulu,” bisik Alya dengan air mata. “Kamu akan menyesal telah menghinakanku seperti ini.”
Apa yang sebenarnya terjadi di masa lalu? Mampukah cinta mengalahkan dendam, atau justru rahasia kelam yang akan mengubah segalanya?
Kisah ini tentang luka, cinta, dan penebusan yang mengguncang hati.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Byiaaps, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2
Randy lalu memperkenalkan dirinya pada Alya dan dengan sengaja menunjukkan kemesraannya pada sang istri di hadapan mantannya itu. “Oke, Alya, pembalasanku akan dimulai dari sekarang,” batinnya.
“Maaf, Tuan dan Nyonya. Apa saya boleh ke kamar sekarang untuk bersiap kerja esok pagi?” tanya Alya menundukkan kepalanya.
Nadia pun lalu memanggil Sari, salah satu ART lamanya, untuk mengantar Alya ke kamarnya.
“Aku lebih suka Yuyun yang berpengalaman, kalau ini seperti amatir,” ujar Nadia setelah Alya pergi.
“Kita tidak bisa memaksa Yuyun untuk tetap bekerja di sini, dia punya kehidupan sendiri. Kita doakan saja semoga pernikahannya di kampung lancar. Geni bilang, dia sudah 7 tahun 'kan sebagai ART, seharusnya bukan amatir lagi,” jelas Randy membujuk sang istri.
Setelahnya, Randy pun sempat berpikir, ternyata Alya sudah selama itu menjadi ART. Ia pun begitu penasaran dengan kondisi Alya paska putus darinya. Dulu, keluarga Alya adalah keluarga yang berkecukupan meski tidak berkelimpahan. Apalagi, Alya juga sempat kuliah.
Sementara itu, Sari yang baru saja mengantar Alya ke kamarnya, mengingatkan rekan kerjanya itu untuk menghormati dirinya sebagai senior di rumah itu. “Jangan mentang-mentang kamu dari yayasan ternama, kamu bisa seenaknya. Kamu harus patuh padaku! Jangan lupa, besok pukul 4 pagi kamu sudah harus bangun dan mulai membersihkan rumah.”
Mengangguk paham, Alya meminta izin untuk beristirahat karena esok adalah hari pertamanya kerja di rumah ini.
Merebahkan tubuhnya, Alya tak menyangka akan menjadi ART di rumah mantan kekasihnya. “Kenapa bisa kebetulan ya?”
Perasaannya pun campur aduk, antara canggung, tapi juga malu. Terlebih lagi, Randy sudah beristri. Saat pertemuan tadi, Alya juga cukup kagum pada kegagahan Randy, mantannya itu tampak lebih tampan dari saat menjadi kekasihnya dulu.
Tak dapat dipungkiri, masih ada rasa cinta yang tersisa. Bagaimana pun, mereka putus bukan karena kemauan satu sama lain. Semenjak putus dari Randy, Alya belum pernah menjalin cinta dengan lelaki lain.
“Kerja di mana ya dia sekarang, sudah sukses ternyata dia. Beruntung yang jadi istrinya,” gumamnya.
“Ah, Alya, mikir apa sih kamu? Ingat, kamu adalah pembantu dan dia adalah majikanmu, tak ada yang namanya mantan dalam pekerjaan ini!” Ia meyakinkan dirinya untuk profesional.
***
Keesokan paginya, sedari bangun Alya sudah sibuk menyapu, mengepel, dan mencuci baju.
“Sar, tolong untuk nanti siang kamu tidak usah masak. Masakanmu tidak seenak Yuyun. Suruh coba Alya saja yang masak,” pinta Nadia pada Sari saat tengah sarapan.
“Baik, Nyonya,” jawab Sari lalu pergi.
Raina, anak mereka yang telah lebih dulu selesai sarapan, berpamitan pada kedua orang tuanya untuk meninggalkan meja makan.
“Aku mau main dulu ya, Ma,” ujar bocah berusia 5 tahun itu.
Tak lama, Alya pun menuju meja makan untuk membereskan piring dan gelas kotor, juga menyimpan kembali makanan yang masih ada.
“Permisi,” ujarnya setengah menunduk meminta izin membereskan meja, setelah majikannya selesai sarapan.
Hanya melirik sekilas ke arah Alya, Randy lalu memegang dan mencium tangan istrinya. “Aku berangkat dulu ya, Sayang.”
Terpaksa, Alya harus menyaksikan pemandangan saat Randy berpelukan dan berciuman dengan istrinya. Ada rasa sakit yang terlintas di hati. Meski begitu, ia tak mau urusan hatinya ini bercampur ke dalam pekerjaannya.
Setelah membawa peralatan makan yang kotor untuk dicuci, Sari menghampirinya dan meminta Alya untuk menjaga Raina yang ingin bermain di taman belakang, setelah Alya menyelesaikan cucian piringnya. “Setelah itu kamu masak ya, Nyonya minta kamu yang masak."
“Maaf, Mbak Sari. Dari tadi aku belum sarapan. Mbak Sari juga tidak bekerja dari pagi. Mbak Sari saja ya yang jaga Raina, aku mau cuci piring lalu sarapan sebentar dan lanjut masak. Setelah Raina tidur, Mbak Sari yang setrika baju nanti ya, biar kita imbang,” tutur Alya.
Menatapnya tajam, Sari tak suka dibantah, apalagi Alya terkesan mendiktenya. “Aku bilang patuhi aku! Cuci piringnya, temani Raina main, lalu masak dan setrika baju!”
Terpaksa, Alya melakukan apa yang Sari mau untuk segera menuju ke taman belakang setelah selesai mencuci piring.
“Halo, Alya. Tante temani bermain ya,” sapa Alya ketika menghampiri Raina di taman belakang.
Tampak melihatnya asing, Raina mundur satu langkah.
Alya pun memperkenalkan dirinya sebagai teman Sari dan mengatakan bahwa mama Nadia memintanya untuk menemani Raina bermain.
Sontak Raina yang sedang memegang selang, mengarahkannya ke muka Alya, hingga tubuh Alya pun basah kuyup akan guyuran air dari selang.
“Non Raina, letakkan, letakkan.” Seorang tukang kebun menghampiri Alya dan mengambil selang dari tangan Raina.
Tukang kebun bernama Pak Sapto itu pun meminta maaf karena Raina memang nakal dan usil, apalagi terhadap orang baru.
Mengangguk memakluminya, Alya pun bergegas masuk ke dalam untuk berganti baju.
***
“Maaf, Nyonya, hari ini mau dimasakkan apa?” tanya Alya sopan pada istri Randy itu yang sedang asyik menonton televisi.
“Tanyakan pada Sari makanan kesukaan kami,” jawabnya tanpa menoleh ke arah Alya.
Pergi ke dapur, Alya menemui Sari untuk menanyakannya.
“Nyonya Nadia dan Raina suka soto segar alias soto rumahan. Kalau Tuan Randy suka sup iga. Bisa masaknya?" Sari tampak meremehkan kemampuan memasak seorang Alya.
Mengangguk, Alya menyanggupinya dan segera memulai memasak karena menurut penuturan Sari, majikannya akan makan siang pukul 1 dan tuannya juga akan pulang untuk makan bersama siang ini.
Alya yang masih baru, tampak kebingungan mencari-cari di mana letak bumbu dapur dan yang lainnya. Saat bertanya pada Sari pun, ia tak mendapat jawaban karena Sari begitu asyik rebahan di kamarnya sambil memainkan ponselnya. Lagi-lagi Alya hanya bisa menghela nafas panjang.
1 jam kemudian, Alya yang masih sibuk memasak, tiba-tiba mendengar suara tangisan Raina dan teriakan Nadia yang memanggil dirinya dan juga Sari.
“Ke mana kalian? Kenapa tidak ada yang jaga anak saya? Lihat, Raina jatuh!” Suara Nadia begitu menggelegar.
Sari pun seketika menghampiri Alya dan majikannya, untuk melapor bahwa Alya lah yang seharusnya menjaga Raina, karena dirinya sedang menyetrika baju.
“Saya makan masih jam 1 siang. Kamu bisa temani Raina dulu baru masak!” ujar Nadia melotot ke arah Alya.
Meminta maaf, Alya lalu menjelaskan bahwa Sari memintanya untuk masak karena setelah itu harus setrika baju, jadi Alya pikir Sari yang akan menjaga Raina.
“Dia salah paham, Nyonya. Sepertinya, Alya kurang bisa diajak berkomunikasi,” bantah Sari.
Tak ingin ribut, Nadia lalu mengingatkan agar Alya bisa bekerja lebih baik.
***
Saat jam makan siang, Randy sengaja pulang karena ingin makan di rumah, padahal, ia tak biasanya begitu.
Sari dan Alya pun mulai menyiapkan makanan di atas meja makan.
“Loh, siapa yang masak sup iga? Aku sedang tidak ingin makan sup iga siang-siang begini,” ujar Randy mengangkat alisnya.
Seketika Sari teringat bahwa ketika siang hari, tuannya itu tak suka makan yang berkuah dan lebih suka makan sayuran dan masakan ayam atau pun telur.
“Tadi saya sudah bilang pada Alya agar memasakkan ayam fillet atau telur dadar dan cah kangkung untuk siang ini, dan sup iga untuk nanti malam, tapi sepertinya Alya salah paham,” sahut Sari.
Nadia pun semakin naik pitam kala melihat Alya melakukan kesalahan lagi.
Ingin membantah pun rasanya sudah tak ada guna, Alya memilih diam.
Memandangi Alya tajam, Randy menunjukkan arogansinya sebagai seseorang yang berkuasa. “Masak lagi yang baru. Tidak pakai lama karena saya harus segera ke kantor!"
Nadia juga mengadukan soal anaknya yang terjatuh karena Alya lalai menjaganya.
Randy pun semakin puas memarahi Alya, bahkan mengatainya dengan kasar. “Bisa kerja tidak? Begini cara kerja kamu yang ngakunya sudah 7 tahun jadi ART? Mau saya laporkan ke yayasan kalau kerjamu sangat bodoh?”
...****************...
kecurangan lambat laun pasti akan terbongkar...
keren thor , makasih Uda kasih bacaan yang bagus.😍😍
alurnya teratur baca jdi rileks banyak novel yang lain tulisan nya di ulang ulang terlalu banyak kosakata aku senang cerita kamu terus deh berkarya walaupun belum juara
Semangat kutunggu Karya selanjutnya Thoor, semoga sehat selalu