My Mysterious Husband

Ailyn berjalan keluar pusat perbelanjaan menuju tempat parkir mobil dengan tergesa. Wajah nya terlihat masih tersipu menahan malu. Diikuti Jave yang mengekor dibelakangnya dengan membawa banyak tas belanjaan di kedua tangan nya.

Ngiiing ! (suara bagasi mobil terbuka).

" Kau bisa meletak kannya disini" ujar Ailyn membuang muka karna tak ingin bertatapan dengan pria berpostur tinggi tersebut.

Jave hanya menurut, ia meletakkan semua tas belanja yang di pegang nya ke dalam bagasi mobil yang kemudian ditutup kembali oleh Ailyn.

Didalam mobil, Ailyn terlihat canggung karena merasa malu mengingat kejadian di ruang ganti beberapa saat yang lalu.

" Rambut mu terjepit" tegur Jave tiba-tiba mendekat pada Ailyn.

Di tarik nya banyak helai rambut Ailyn yang terjepit pada sabuk pengaman. Aroma mawar yang kuat dari tubuh Jave, membuat Ailyn semakin tersipu.

" Ehm.. aku bisa melakukannya sendiri" ujar Ailyn menepis pelan tangan Jave, kemudian membenarkan rambutnya.

Jave yang merasa di tolak pun duduk kembali sembari memasang sabuk pengaman nya.

" Apa hari ini kau pakai parfum?" ujar Ailyn mencoba mencairkan suasana.

" Tidak, apa tercium sesuatu?"

Jave mulai mengendus pakaian yang dikenakannya, ia merasa aroma tubuh nya seperti ladang bunga mawar .

" Mm.. kurasa karna sedikit berkeringat " ujar Jave membenarkan lengan kemeja yang dikenakan nya.

' Hmm, akan seperti apa aroma pria ini jika tubuhnya penuh keringat ?' batin Ailyn.

Ia mulai membayangkan pria dihadapannya ini sedang kelelahan setelah berolahraga, hingga dipenuhi banyak keringat yang mengalir mulai dari ujung pelipis nya, leher nya, hingga bagian dada dan otot perutnya yang ber pack-pack itu.

" Hmm.. pasti sangat wangi dan sexy " gumam Ailyn lirih

" Apa yang sexy ? " Jave membuyarkan lamunannya.

" Ah, kau salah dengar" Ailyn mengelak, wajahnya terlihat merona.

' Ailynnn ! Apa yang kau pikirkan barusan?mengapa kau mesum sekali sih !' batinnya malu.

°°°

Dikediaman Smith, tampak Mina yang sedang berjalan menyusuri koridor rumah. Namun langkahnya terhenti pada satu kamar yang pintunya terbuka sedikit.

Didalam kamar tersebut, tampak nyonya Lamia yang sedang sibuk menerima telepon dari seseorang. Wajah yang mulai keriput itu terlihat emosional.

Mina yang penasaran mulai mengendap lalu mengintip di celah pintu yang sedikit terbuka itu.

Ia mulai fokus mendengarkan obrolan dari dalam kamar itu.

" Aku hanya akan memberimu imbalan yang besar, jika kau berhasil menghabisi gadis rubah itu"

Tak ! ( suara hentak kaki Mina)

Terdengar suara dari luar kamar, yang membuat nyonya Lamia mematikan ponselnya. Ia segera bergegas melihat keluar kamar.

Dengan waspada ia menoleh kekanan dan kekiri, tak ada satu pun orang atau benda apapun yang bisa menimbulkan suara semacam itu.

Karena tidak menemukan apapun, ia pun kembali kedalam kamarnya. Tapi kali ini, ia mengunci pintu kamarnya rapat-rapat.

" Hhh.. untung saja !" gumam mina menghela nafas.

Ia bersembunyi di balik lemari dekat dengan ruang keluarga, tak jauh dari koridor kamar. Saat ini ia sangat berdebar karena merasa tegang dan juga karena takut ketahuan.

" Rubah.. aku sering mendengarnya, kata-kata itu hanya ditujukan pada satu orang dirumah ini, yaitu .. "

Belum selesai dengan gumaman nya, teguran seseorang kembali mengejutkannya.

" Mina?" tegur Ailyn menepuk bahu Mina dari arah belakang.

" Astaga ! Hah nona ! " Mina terkejut bukan main. Jantung nya semakin berdegup kencang.

" Sedang apa kau disini?" Ailyn terlihat bingung melihat tingkah pelayan nya itu.

" Aduh nona, mengagetkan saja ! Jantung saya hampir mau lepas !"

Mina membungkuk kan badan dengan kedua tangan memegangi lututnya. Ia merasa sangat lemas kali ini. Sampai tanpa sadar ia melihat ada sepasang kaki bersepatu kulit tepat berdiri disamping Ailyn, yang ternyata itu adalah Jave, calon suami nona nya.

" Apa kau sakit Mina?" kali ini Ailyn bertanya karna khawatir.

" Huufftt.. tidak nona, saya hanya terkejut" ujar Mina sembari menghela nafas.

" Ya sudah, kalau kau tidak kenapa-napa, aku akan menemui ibu, apa ibu ada di kamarnya sekarang?"

Ailyn yang ingin melangkah kan kaki kekamar nyonya Lamia, seketika ditarik lengannya oleh Mina.

" Nona jangan sekarang, lebih baik anda dan tuan beristirahat dulu, saya akan memanggil anda jika suasana sudah aman terkendali " bisik Mina pada Ailyn.

Ailyn yang sudah paham akan kode-kode yang mina sampaikan hanya mengangguk, lalu bergegas menuju ke kamarnya bersama dengan Jave.

Saat itu hanya ada para pelayan saja yang melihat kehadiran Jave, karena penghuni rumah yang lainnya sedang sibuk dengan urusan masing-masing.

Arden yang memang sedang libur dari kerja nya memutuskan pergi menemui kedua mertuanya bersama dengan Claudia dan Hailey. Sedangkan Asha tengah sibuk merajut ditempat kursus nya.

Bruuugh !

Ailyn merebahkan tubuh diatas ranjang nya yang empuk. Seketika ia terperanjat karena mengingat Jave sedang ada di dalam kamar nya.

Dengan perlahan ia menoleh ke arah Jave. Tampak pria tampan dengan postur tinggi sedang berdiri bersandar di samping pintu kamar, dengan kedua tangan yang terlipat.

Sorot dari kedua bola mata yang hitam legam itu, terlihat fokus memandangi gadis jelita yang tengah tersenyum canggung di atas ranjangnya.

" Ehm.. kita akan menemuinya nanti, sebaik nya kau juga beristirahatlah sebentar~"

 Ailyn mengoda Jave sembari menepuk-nepuk area kosong tepat disamping ia berbaring.

" Kau beristirahat lah, aku akan menunggu di sini" ujar Jave masih berdiri di samping pintu.

" Aku tidak akan beristirahat jika kau terus memandangiku begitu" ujar Ailyn mulai merona.

Dengan terpaksa, Jave menghampiri gadis jelita itu kemudian duduk di samping ranjangnya.

" Karena tak lama lagi kau akan tinggal disini, aku akan menyusun pakaian mu di samping lemariku, Mina sedang memesan sebuah lemari lagi" Ailyn mulai menjelaskan.

" Ya, terserahmu saja" ujar Jave singkat

" Kau tahu kan, orang-orang dari keluarga ini banyak yang tidak menyukaiku, dan pasti kau tidak akan merasa nyaman disini, huuft.. " Ailyn mulai membuang nafas kasar.

" Tidak masalah, asalkan arloji ku cepat selesai" Jave kembali mengingat kan.

" Hey tenanglah, aku tidak mungkin berkhianat" Ailyn jadi sedikit sebal, pipinya terlihat menggembung.

Melihat wajah Ailyn yang seperti itu membuat Jave terkekeh.

" Apa ada yang lucu?" Ailyn memicingkan matanya ke arah Jave.

Seketika Jave langsung membuang muka. Kali ini ia merasa berdebar. Karena melihat tingkah Ailyn yang menggemaskan.

" Jave, seperti apa dunia tempat asal mu? apa disana ada pernikahan? atau perjodohan? " dengan tiba-tiba, Ailyn mulai mencecar Jave dengan beberapa pertanyaan.

" Pernikahan di sana tidak serumit disini, asal mereka saling suka, mereka pasti akan menikah" jelas Jave singkat.

" Bagaimana dengan anak? apa disana banyak anak-anak yang bermain ditaman atau di lapangan yang luas?" Ailyn semakin penasaran.

" Kami hanya menikah, tidak ada yang namanya anak, kami terlahir dari serbuk bintang saat bulan sempurna "

Jave mulai bernostalgia, ia mengingat betul bagaimana ia terlahir, lalu dididik dengan bakat yang dimilikinya hingga dinobatkan sebagai pemimpin pasukan tertinggi para Elf oleh sang Raja.

" Hmm.. bagaimana jika kita punya anak? Itu akan jadi sebuah fenomena langka di alam semesta" Ailyn mulai menghayal

" Haha.. tidak mungkin, lagi pula mana ada manusia melahirkan Elf " Jave jadi terkekeh.

" Bisa saja, kalau kita bersatu itu akan jadi suatu hal yang besar" Ailyn mulai mendekatkan wajahnya pada Jave.

Lagi-lagi aroma mawar yang sensual dari tubuh Jave membuat Ailyn berdebar. Kali ini ia sampai menelan saliva nya. Kali ini, ia sangat ingin mengecup bibir pria tampan dihadapannya itu.

Jave yang tersadar sedang di pandangi, kembali membuang muka. Kali ini ia merasa udara dikamar yang full AC ini terasa kian memanas.

" Mm..bagai mana kalau kita mulai latihan dari sekarang, agar tidak canggung saat pernikahan nanti" Ailyn semakin tergerak mengikuti keinginan hatinya.

" Latihan apa yang kau maksud?" Jave kembali menoleh ke arah Ailyn.

" Cup~ seperti ini"

Sebuah kecupan singkat dari bibir manis seorang gadis berparas jelita di hadapannya itu, membuat Jave kian memanas. Tanpa sadar ia meraih wajah Ailyn untuk mencoba kembali merasakan hal yang baru pertama kali ia rasakan dalam hidup nya.

Namun, belum sempat ia mencoba kembali..

 Tok.. Tok.. Tok !

Seketika mereka menjauhkan diri masing-masing karena terkejut mendengar suara ketukan pintu dari luar kamar.

" Siapa?!" Ailyn bertanya dengan jantung yang masih berdebar.

" Nona, anda bisa menemui nyonya di ruang tamu " tiba-tiba Mina muncul dari balik pintu.

" Baiklah, tunggu sebentar aku akan segera bersiap"

Ailyn mulai beranjak dari ranjang nya, ia mencoba mengontrol rasa berdebarnya. Begitu pun dengan Jave yang masih terduduk diam berusaha mengontrol diri nya, karena kali ini ia sudah melewati batas.