Di tengah kesibukan kota modern yang serba cepat, Ferdy, seorang pria yang dulunya memiliki segalanya, kini menjadi pecundang. Ditinggal istri yang telah meninggalkannya, Ferdy merasa hidupnya hancur dan tak memiliki arah. Kesehariannya dipenuhi dengan kesedihan dan keraguan, mengingat kembali kejatuhannya dari puncak keberhasilan hingga menjadi seseorang yang tidak diperhitungkan.
Suatu hari, untuk melarikan diri dari kenyataan pahitnya, Ferdy memutuskan untuk pergi ke gunung, mencari ketenangan dan mungkin sebuah jawaban. Dalam perjalanan menuju puncak, ia terperosok ke sebuah gua misterius yang tersembunyi dari pandangan umum. Di dalam kegelapan gua itu, Ferdy menemukan sebuah gelang antik yang mengeluarkan cahaya lembut. Tanpa disadari, gelang itu adalah kunci dari sebuah sistem kekayaan dan kekuatan yang tak terbayangkan sebelumnya.
bagaimana cerita ferdy bangkit dari keterpurukan menuju ke kekuasaan tetapi masih memiliki kebaikan dan membantu sesama yang kesusahan dan menderita
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon F3rdy 25, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Malam bersama
Malam semakin larut, dan Ferdy hanya duduk di sebuah gazebo dekat basecamp.
Syahida, anak semata wayangnya, tertidur dengan damai di pangkuannya. Ia terus menatap kosong ke arah kegelapan, memikirkan segala yang telah terjadi.
Suasana sunyi, hanya suara angin yang menemani. Ferdy tahu bahwa ia akan menghadapi lebih banyak pertanyaan, namun saat ini, ia hanya ingin menikmati momen bersama anaknya.
Tak lama kemudian, langkah-langkah kaki terdengar mendekat.
Ryan, Anto, Sukirman, Warto, dan Yoga, sahabat-sahabatnya, datang mendekati Ferdy. Mereka membawa kopi hangat dan menyodorkannya kepada Ferdy.
**Ryan:** "Kopi dulu, Fer. Kami masih penasaran, bagaimana kau bisa kembali dengan selamat setelah hilang selama hampir enam hari?"
Ferdy mengangguk pelan, menerima cangkir kopi itu. Matanya menerawang sejenak, dan ia tahu, tak mungkin menceritakan semuanya.
Ia harus menutupi kebenaran tentang gelang dan sistem alam semesta.
Jadi, Ferdy memutuskan untuk sedikit memutar cerita, menyelipkan beberapa unsur mistis untuk menutupi kebenaran.
**Ferdy (menyeruput kopi, lalu mulai bercerita):** "Sebenarnya, aku juga bingung. Setelah malam itu tiba, aku mendengar suara yang memanggil namaku, tapi suaranya samar, seperti berasal dari dunia lain. Aku penasaran, lalu menelusuri sumber suara itu. Tapi semakin aku berjalan, semakin aneh rasanya. Aku merasa... seperti terjebak di alam yang berbeda. Langkah demi langkah, aku terus berjalan, tapi tak pernah menemukan jalan kembali ke tenda."
Teman-temannya menatapnya dengan rasa ingin tahu, mendengarkan setiap kata yang diucapkannya.
**Anto (mengernyitkan dahi):** "Alam yang berbeda? Maksudmu... semacam dunia gaib?"
Ferdy tersenyum kecil, seolah membiarkan dugaan itu tumbuh dalam pikiran mereka.
**Ferdy:** "Aku tak tahu pasti, tapi rasanya seperti itu. Aku berjalan berjam-jam, mungkin berhari-hari. Sampai akhirnya, aku merasa sangat putus asa. Di tengah keputusasaan itu, aku bertemu dengan seorang kakek tua. Dia tidak berkata banyak, hanya menunjuk ke arah sebuah batu besar. Katanya, itu pintu menuju alam manusia."
Mereka semua terdiam, mendengarkan dengan serius.
Bahkan Warto yang biasanya suka bercanda, kini sepenuhnya terfokus pada cerita Ferdy.
**Warto:** "Lalu apa yang terjadi?"
**Ferdy (menghela napas):** "Aku mengikuti petunjuk kakek itu. Setelah berhasil keluar dari tempat itu, aku sampai di tenda... tapi anehnya, semua peralatan sudah tak ada Tenda, jejak-jejak hilang. Waktu itu hampir maghrib. Aku pikir mungkin kalian sudah turun, mencari bantuan."
**Yoga:** "Jadi, kau benar-benar tak tahu kalau sudah menghilang selama enam hari?"
**Ferdy (menggeleng pelan):** "Tidak. Di kepalaku, rasanya aku hanya semalam terpisah. Tapi kenyataannya, sudah hampir seminggu. Saat tiba di basecamp dan mendengar kalian sudah mencariku selama lima hari, aku benar-benar terkejut."
Percakapan itu berlanjut hingga malam semakin larut.
Teman-temannya bertanya ini dan itu, mencoba memahami apa yang sebenarnya terjadi pada Ferdy. Mereka tak menyadari, satu per satu mulai tertidur pulas di dekat Ferdy, yang masih terjaga, memikirkan apa yang telah ia alami.
Syahida pun masih tertidur tenang di pangkuannya.
Ferdy kembali memikirkan saat dia berhasil keluar dari gua.
Saat itu, setelah berbincang dengan
**Sisum**, (sistem universum) yang kini menyatu dengannya, ia mengetahui bahwa beberapa orang akan mendekatinya.
lama ditunggu tidak ada seorangpun yamg mendekatinya, lalu dia lupa kalau jalan kembali kelokasi camp.
lalu ferdy pun meminta bantuan system, Sisum dapat memberinya petunjuk melalui peta virtual di kepalanya, membantu Ferdy untuk berjalan keluar dari gua.
**Ferdy (dalam pikirannya):** "Mereka mungkin sudah turun, mencari bantuan."
Ferdy mengikuti petunjuk Sisum, melintasi hutan yang sudah berubah sepi, hingga ia mencapai lokasi perkemahan.
Namun, yang ia temui hanyalah tanah kosong—tenda dan perlengkapan lainnya sudah tidak ada.
**Ferdy (berbicara sendiri):** "Mereka pasti sudah turun."
Ferdy memutuskan untuk turun gunung. Dengan langkah santai namun pasti, ia berjalan menyusuri jalur pendakian yang dulu dilaluinya.
Langit senja perlahan berubah menjadi malam saat ia mendekati basecamp. Di sana, ia dikejutkan oleh sinar senter yang menyilaukan dari arah basecamp.
**Ferdy (berpikir saat itu):** "Apa ini halusinasi lagi?"
Tapi suara itu semakin jelas, dan Ferdy mendengar teriakan yang sangat dirindukannya.
**Syahida (berteriak penuh kegembiraan):** "Ayah! Ayah pulang!"
Barulah saat itu, Ferdy sadar bahwa yang ia dengar bukanlah halusinasi, melainkan suara Syahida, putri tercintanya.
Ia memeluk anaknya dengan erat, tak ingin melepaskannya.
Tak lama, banyak orang berkumpul di sekelilingnya, termasuk para relawan dan teman-temannya.
Ferdy memandangi teman-temannya yang kini tertidur pulas di sekitarnya.
Ia tahu bahwa ini bukan akhir dari semuanya. Sisum telah memberitahunya bahwa tantangan yang lebih besar akan datang.
Namun, untuk malam ini, Ferdy hanya ingin menikmati momen damai ini—momen ketika ia kembali ke dunia manusia, bersama orang-orang yang ia cintai.