Hidup bergelimang harta, mempunyai istri yang cantik dan seorang putri yang manis tak membuat seorang Demian merasakan kebahagiaan hidupnya.
Rasa bersalahnya pada seorang wanita 8 tahun yang lalu selalu menghantui hidupnya. Wanita itu sudah berhasil mengubah hatinya yang hangat menjadi sedingin es, beku dan keras.
"Ariana, di mana kamu? aku merindukanmu sayang."
Disisi lain jauh dari ibu kota Ariana sedang bekerja keras seorang diri untuk menghidupi anaknya.
Anak yang tidak pernah mengetahui di mana sang ayah, karena 8 tahun yang lalu Ariana meninggalkan laki-laki yang sudah menyakitinya bersama janin yang tak pernah terucap.
Akan kah keduanya akan bertemu dan kembali bersama meski keadaan tidak seperti dulu lagi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Qinan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part~19
Ariana nampak mengerjapkan matanya meski hari masih gelap, ia sudah terbiasa bangun lebih awal untuk membuat kue meskipun baru saja beristirahat.
"Kenapa badanku terasa remuk semua." gumamnya tanpa membuka matanya, sungguh ia masih sangat mengantuk dan juga lelah.
Ketika merasakan lengan kokoh melingkar di pinggangnya, Ariana langsung membuka matanya. Ia nampak terperanjat ketika melihat Demian di sampingnya, namun perlahan kesadarannya mulai kembali.
Di lihatnya Demian nampak tertidur lelap sembari memeluknya, sungguh saat ini ia merasa sangat kotor sekaligus jahat. Ia sama sekali tidak berniat menjadi perebut suami orang atau menyakiti istri sah Demian.
Kemudian dengan perlahan Ariana memindahkan tangan Demian dari perutnya, setelah itu ia segera beranjak dari tempat tidurnya.
Tubuhnya terasa begitu lelah, bahkan area intimnya pun masih terasa perih. Sungguh laki-laki itu tak ada capeknya melampiaskan hasratnya sepanjang malam.
Kemudian ia nampak terkejut ketika melihat tumpukan uang di atas nakas, bukan 200 juta seperti perjanjian semula tapi nampak 5 gepok uang dengan pecahan seratusan ribu sebesar 500 juta.
Ariana nampak tersenyum sinis, sungguh ia benar-benar telah menjual dirinya.
Dengan cepat Ariana memunguti pakaiannya yang berserakan di atas sofa, kemudian segera memakainya.
Lalu di ambilnya uang sebesar 200 juta tersebut, lalu ia segera pergi dari Apartemen tersebut.
Karena sebentar lagi Ricko harus segera di operasi dan berharap setelah ini ia tidak akan bertemu maupun berhubungan lagi dengan Demian.
"Rin, kamu kemana semalaman tidak pulang ?" cecar Widya ketika Ariana baru sampai di rumah sakit pagi itu.
"Aku baru selesai mengurus administrasinya Ricko mbak, semoga secepatnya dokter melakukan tindakan." sahut Ariana.
"Kamu sudah mendapatkan uangnya ?" Widya nampak terkejut.
"Hmm." Ariana hanya menganggukkan kepalanya.
Widya nampak memperhatikan penampilan Ariana dari atas hingga bawah, matanya tak sengaja melihat beberapa tanda merah di leher wanita itu.
"Kamu tidak melakukan hal aneh-aneh kan, Rin ?" tanya Widya curiga.
"Seorang ibu akan melakukan apapun mbak demi keselamatan putranya, meski harus bertaruh nyawa sekalipun." sahut Ariana.
"Astaga, Rin." Widya langsung memeluk Ariana, sungguh sangat besar pengorbanan Ariana dan Widya sangat menyesal karena tak mampu membantunya.
"Maafkan mbak, Rin." ucap Widya dengan menahan air matanya.
"Nggak apa-apa mbak, mungkin ini sudah menjadi suratan takdirku." sahut Ariana.
"Siapa laki-laki itu, Rin ?" tanya Widya to the point.
"Ayah kandungnya Ricko mbak, aku terpaksa melakukannya. Meski aku kotor dan dosa saat ini, paling tidak aku melakukannya dengan laki-laki yang sama." sahut Ariana yang terlihat begitu tegar.
Widya nampak tak kuat menahan air matanya lagi. "Kenapa kamu tidak jujur saja pada laki-laki itu Rin, aku yakin dia pasti mau membantumu tanpa kamu harus menjual diri padanya." Widya nampak sangat geram.
"Karena aku tidak mau dia mengetahui kalau Ricko adalah anaknya mbak, laki-laki itu sudah beristri dan mempunyai seorang putri dan aku tahu bagaimana kedua orangtuanya sangat membenci orang miskin sepertiku. Jika mereka tahu Ricko adalah cucunya, mereka pasti akan mengambil Ricko dariku mbak. Aku tidak mau kehilangan Ricko, aku bisa mati kalau tidak ada Ricko."
Ariana yang semula terlihat tegar, kini ia nampak terisak dalam pelukan Widya. Widya tak menyangka, sungguh sangat berat beban Ariana selama ini.
"Kenapa kamu tak pernah cerita pada mbak, Rin ?"
"Karena ku pikir aku tidak akan bertemu lagi dengan laki-laki itu mbak, tapi ternyata takdir berkata lain." sahut Ariana.
"Maafkan mbakmu ini Rin, ini semua gara-gara mbak." lagi-lagi Widya menyalahkan dirinya sendiri.
"Nggak apa-apa mbak, mungkin ini sudah jalan takdirku."
"Lalu bagaimana kalau nanti kamu mengandung anak laki-laki itu lagi ?" Widya nampak sangat khawatir.
"Itu tidak akan mbak, aku sudah meminum obat pencegah kehamilan sebelum melakukannya."
"Syukurlah." Akhirnya Widya bisa bernafas lega.
Tak berapa lama kemudian nampak ponsel Widya berdering. "Iya mas, jadi kamu sudah pulang? baiklah aku akan segera kesana." sahut Widya ketika Herman suaminya menghubunginya.
"Rin, mas Herman sudah pulang dari luar kota tapi dia langsung ke kantor. Aku tinggal sebentar tidak apa-apa kan, mas Herman memintaku mengantarkan berkas-berkasnya yang ada di rumah." mohon Ariana.
"Pergilah mbak, kalian hampir satu bulan tidak bertemu kan." sahut Ariana.
"Baiklah terima kasih ya, setelah dari kantornya mas Herman aku akan langsung kesini lagi."
Di sisi lain, pagi itu Demian nampak mengerjapkan matanya ketika mendengar notifikasi pesan dari ponselnya.
Namun sepertinya ia masih malas untuk membuka matanya, ia justru mengulurkan tangannya mencari sesuatu untuk bisa ia peluk.
Namun hanya sebuah bantal yang bisa ia raih. "Sayang ?" Demian langsung membuka matanya ketika merasakan tak ada Ariana di sampingnya.
"Sayang ?" panggil Demian.
"Apa dia sudah pergi ?" gumamnya.
Demian langsung bangkit dari kasurnya, kemudian melangkahkan kakinya ke kamar mandi.
Namun tak ada siapapun di sana, kemudian ia memeriksa ruang tamunya tak ada siapapun juga di sana.
Hanya ada bathrobenya saja yang tergeletak di atas sofa, bahkan pakaian Ariana yang ia lucuti semalam di sana pun sudah tidak ada.
Kemudian Demian kembali lagi ke kamarnya, di lihatnya uang yang semalam di berikan oleh Victor masih tersisa 300 juta. Itu berarti Ariana hanya mengambil 200 juta saja.
Lalu di gunakan untuk apa uang sebesar itu? apa Ariana sedang mengalami masalah yang besar? sungguh banyak pertanyaan di benak Demian saat ini.
Mengingat kejadian semalam antara dirinya dan Ariana, Demian yakin wanita itu sedang menyembunyikan sesuatu darinya.
"Aku harus segera ke kantor, Victor harus mencari tahu ini semua."
Demian segera membersihkan dirinya, setelah itu ia bergegas pergi ke kantornya.
Ketika sedang memarkirkan mobilnya, Demian nampak melihat pemandangan yang membuatnya langsung geram.
"Jadi ini wanita selingkuhanmu? dasar laki-laki brengsek ku pastikan kamu akan menyesal sudah menyia-nyiakan Ariana."
Demian nampak mengepalkan tangannya ketika melihat Herman dan seorang wanita sedang berciuman di parkiran. Kemudian ia langsung mengambil ponselnya, lalu merekamnya.
"Aku sangat merindukanmu, sayang." ucap Herman sembari memeluk Widya istrinya.
"Aku juga mas, nanti kita lanjutin di rumah saja ya. Nggak enak di lihatin orang." sahut Widya.
"Ini masih pagi sayang, belum banyak karyawan yang datang. Bagaimana kalau kita sarapan di kantin dulu, aku sangat lapar." ajak Herman.
"Boleh, tapi setelah ini aku ke rumah sakit lagi ya mas."
"Baiklah."
Kemudian mereka segera melangkahkan kakinya menuju kantin yang berada di kantor tersebut.
Sesampainya di ruangannya, Demian segera memanggil Victor yang sepertinya baru datang.
"Tuan, anda sudah datang ?" Victor nampak terkejut, tak biasanya bossnya itu datang sepagi ini.
"Dasar pemalas." cibir Demian.
"Maaf, tuan." Victor nampak merasa bersalah.
"Saya ingin kamu cari tahu tentang Ariana dan Herman, sedetil mungkin." perintah Demian kemudian.
Mendengar perintah dari atasannya Victor nampak menelan salivanya. "Se-sekarang, tuan ?" ucapnya.
"Tentu saja, kenapa kamu mendadak lelet sih ?" cibir Demian.
"Baik, tuan. Tapi 1 jam lagi anda ada meeting di luar."
"Saya bisa pergi sendiri, setelah saya kembali saya harap kamu sudah mendapatkan informasi itu." tegas Demian.
"Baik, tuan." sahut Victor yang nampak menghela napas berat.