“Jadi kapan internet saya aktif kembali? Saya tidak akan menutup teleponnya jika internet saya belum aktif!” hardik Peter.
“Mohon maaf Pak, belum ada kepastian jaringan normal kembali. Namun, sedang diusahakan secepatnya,” tutur Disra.
“Saya tidak mau tahu, harus sekarang aktifnya!” ucap Peter masih dengan nada tinggi.
Disra berniat menekan tombol AUX karena ingin memaki Peter. Namun, jarinya tidak sepenuhnya menekan tombol tersebut. “Terserah loe! Sampe bulu hidung loe memanjang, gue ladenin!” tantang Disra.
“Apa kamu bilang? Bisa-bisanya memaki pelanggan! Siapa nama kamu?” tanya Peter emosi.
Disra panik, wajahnya langsung pucat, dia melihat ke PABX-nya, benar saja tombol AUX tidak tertanam kebawah. Sehingga, pelanggan bisa mendengar umpatannya.
Gawat, pelanggan denger makian gue!
***
Novel pengembangan dari cerpen Call Center Cinta 🥰
Ikuti kisah seru Disra, yang terlibat dengan beberapa pria 😁
Happy Reading All 😍
IG : Age_Nairie
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon age nairie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 13 Enkripsi
Memiliki rekan kerja programmer sangat menguntungkan Disra. Dia berjalan dengan pasti menuju fakultas F untuk menemui Melvin. Mencoba bersikap profesional dan melupakan kejadian konyol di taman.
"Siang Pak. Saya ingin mengumpulkan outline tentang keamanan jaringan," ujar Disra tenang.
Melvin sumringah melihat kedatangan Disra. Dia akan berusaha menjadi sosok pria yang menyenangkan untuk memenangkan hati Disra. “Silakan duduk,” pinta Melvin.
Disra duduk dengan tenang. Dia mulai mengeluarkan paper yang sudah dijilid dan diserahkan pada Melvin. “Silakan, Pak.”
Melvin menerima paper yang diberikan oleh Disra dan mulai membaca, dia hanya membaca judul tanpa melihat isinya. Disra mengambil sistem enkripsi. Suatu proses konversi informasi ke dalam sebuah kode rahasia yang sulit diterjemahkan, untuk melindungi data dari pihak-pihak yang tak terkait.
“Mengambil tema enkripsi, ini bagus. Kenapa mengambil tema ini?”
“Karena menurut saya, sistem keamanan masih banyak yang bisa diretas karena sistem enkripsi yang sangat lemah. Kami berharap sedikit terhindar dari spyware,” jawab Disra.
“Spyware memang jenis malware yang sangat merugikan. Merupakan sebuah perangkat lunak yang diinstal secara tidak sah di komputer seseorang tanpa sepengetahuan dan digunakan untuk mengumpulkan informasi pribadi atau data sensitif tanpa sepengetahuan pengguna. Jelas, itu sangat mengganggu dan beberapa kasus bisa merugikan,” terang Melvin dengan tenang. Meskipun, dirinya sudah pernah meretas informasi tentang Disra. Namun, Melvin tidak menggunakan kecerdasannya untuk hal yang merugikan ataupun melakukan penipuan.
“Ya, saya mengerti, Pak,” jawab Disra.
“Mau mencoba dalam bentuk apa? Sebuah aplikasi chat saja terkadang masih memiliki keamanan yang lemah. Meskipun hanya orang tertentu yang mengerti. Namun, tidak sedikit kasus jebolnya keamanan chat tersebut, masih bisa mengakses percakapan seseorang di perangkatnya. Fitur enkripsi end-to-end sudah digunakan di beberapa aplikasi chat atau beberapa media sosial. Hanya penerima dan pengirim pesan yang dapat melihat pesan text, video, audio. Berharap para penggunanya merasa aman data pribadi tidak bocor. Namun, tidak semua aplikasi chat menggunakan enkripsi end-to end, itu pun terkadang masih ada kelemahannya. Bahkan beberapa negara merasa end-to-end tidak berguna. ” jelas Melvin.
Dia mencoba profesional dalam proses belajar mengajar.
Disra menghembuskan napasnya pelan. “Untuk memperbaiki sistem aplikasi chat saya rasa … saya belum ada kemampuan untuk itu. Perlu izin sebelum melakukannya, karena tingkat resiko pun tinggi. Bisa jadi, ingin mencoba meretas dan memperbaiki. Tapi, malah bisa menjadi boomerang untuk diri sendiri. Karena perusahaan tersebut pastinya memiliki IT tersendiri. Jadi, kelompok kami, sudah mendapatkan izin dari sebuah toko pakaian yang memiliki website dan mereka bersedia untuk kami coba perbaiki sistem keamanannya,” terang Disra.
“Apa sudah pernah ada kasus penipuan atau kesalahan?”
“Ya sudah ada kasus, kami sudah melakukan interview kepada pemilik toko tersebut. Kebetulan, toko tersebut baru merintis dan website mereka pun terlihat sangat sederhana,” papar Disra.
“Yang paling umum digunakan adalah metode SSL yang berfungsi untuk mengamankan transaksi data antara web server dengan web browser.”
“Iya, Pak.”
“Baik, kalau begitu lanjutkan,” ujar Melvin tersenyum lebar, memancarkan tatapan hangat.
Apa sih nih dosen, senyam-senyum nggak jelas! Pengen gua lempar sepatu aja!
Makian Disra hanya bisa terlontar dalam hati saja. Dia tak habis pikir dengan pria di depannya. Dia tahu bagaimana sifat asli pria di depannya. Teringat kembali saat dirinya masih menjadi agent call center dan menjadi awal perseteruannya dengan pria dengan nama Peter Melvin Damara. Betapa keras kepalanya pria di depannya ini yang menginginkan jaringan internet kembali normal. Laki-laki yang dulu mengaku namanya adalah Peter. Nama Peter adalah nama yang sangat membekas di hatinya. Nama Peter lah yang membuatnya dipecat.
“Baiklah Pak Peter, terima kasih atas bimbingannya,” ujar Disra.
“Apa kau bilang?” tanya Melvin.
Disra terdiam sejenak. “Terima kasih,” ujar Disra.
“Bukan itu?”
“Terima kasih atas bimbingannya,” ujar Disra lagi.
“Bukan yang itu!”
Mulai nggak jelas nih dosen!
Lagi-lagi hanya bisa mengumpat dalam hati. “Terima kasih, Pak,” jelas Disra menaikan bahunya.
“Bukan.”
Disra semakin bingung dengan ucapan Melvin. “Maaf Pak, saya tidak mengerti,” ujarnya.
Melvin mendekat kepada Disra hingga membuat gadis itu memundurkan kepalanya. “Kau tadi memanggilku Peter. Orang-orang di kampus hanya akan memanggilku Melvin. Sepertinya, kau sangat mengingat nama Peter,” terangnya.
“Hahaha,” Disra tersenyum akward! “Sepertinya, Bapak salah dengar,” sanggahnya.
“Bagaimana mungkin aku salah dengar. Peter dan Melvin sangat jauh perbedaannya, Miss Angel!” ujar Melvin dengan menekankan kata ‘Angel’.
Ehem! Disra membersihkan tenggorokannya. “Kita sudahi saja jalan buntu ini. Saya tak pernah merasa salah menyebut nama dan Bapak juga tak merasa salah dengar. Jadi, lebih baik kita lupakan seperti yang lalu-lalu,” tukas Disra.
“Apa kau selalu melupakan masa lalu?” tanya Melvin memicingkan matanya. Tidakkah gadis ini mengingatnya? Apakah dirinya mudah dilupakan?
“Tidak juga! Aku hanya melupakan masa lalu yang menurutku menyebalkan. Sesuatu yang indah akan terus terkenang,” papar Disra.
“Masa lalu diingat bukan karena menyebalkan ataupun menyenangkan. Melainkan seberapa penting peristiwa itu hingga membekas diingatan. Tidak hanya hal-hal yang menyenangkan. Hal yang menyakitkan pun akan selalu membekas meskipun, sudah berusaha keras untuk melupakannya.”
“Ya, Bapak benar. Tapi, setiap orang memiliki pilihan ingin melupakan atau tidak.”
“Meskipun ingin melupakan, pastinya tak akan biss dilupakan jika ingatan itu melekat dengan sempurna di kepala kita.”
Disra hanya menggigit bibir dalamnya. Dia geram dengan pria di depannya ini. Sosok pria yang menurutnya sangat menyebalkan. Sulit bagi Disra berkomunikasi dengan Melvin. Dosen genius dalam ilmu cyber atau mungkin dia cerdas dalam saint. Namun, bagi Disra memiliki ilmu sosial yang rendah. Labil dan juga masih mementingkan egonya.
Yang waras ngalah ajalah!
“Ya, Bapak benar,” ujar Disra. Tak akan habisnya berbicara dengan pria di depannya. “Apa saya boleh pergi?”
“Ya boleh.”
“Baik, Pak. Terima kasih.”
Disra bangkit dari duduknya dan beranjak keluar ruangan. Namun, dia merasa ada yang mengikuti. “Pak Melvin mau pulang juga?” tanya Disra.
“Tidak,” jawab Melvin.
Disra hanya menganggukkan kecil kepalanya. Dia terus berjalan, hanya dua langkah jarak antara dirinya dan Melvin yang berjalan di belakangnya. Sesekali Disra akan menoleh kecil untuk memastikan Melvin pergi.
Disra terus berjalan, melewati koridor, masih berpikir positif pada Melvin karena koridor tersebut adalah jalan satu-satunya.
Namun, setelah keluar dari Fakultas F, Melvin masih ada di belakangnya. Dia memperlambat langkahnya agar Melvin bisa mendahuluinya. Lagi-lagi, yang terjadi tidak seperti harapannya.
Seolah mengikuti langkah Disra, Melvin pun memperlambat langkah kakinya. Disra mulai kehabisan kesabaran. Dia langsung berbalik dan berceloteh, “Mau Bapak apa sih? Ngikutin saya ….”
Ucapan Disra terhenti saat melihat orang di belakangnya bukan Melvin. Matanya mengedar dan melihat Melvin sedang membeli minuman di tempat mesin penjualan minuman otomatis, tatapan mereka bertemu. Rasanya ingin secepatnya menyembunyikan diri karena salah mengira orang, yang ada dibelakangnya adalah mahasiswa lain.
“Elo kenapa?” tanya seorang siswa yang berjalan dibelakang Disra.
Disra hanya menundukkan kepalanya. “Maaf, maaf salah orang.” Dia langsung berjalan setengah berlari karena malu. Dia yakin Melvin melihat kejadian itu.
Melvin hanya tersenyum melihat kejadian itu. Dia membuka minuman kalengnya dan langsung menenggaknya.
dandan yg cantik, pake baju kosidahan buat Dateng kondangan Marvin /Facepalm/