Sahira Gadis cantik ramah dan murah senyum, namun tak banyak yang tahu di balik senyum manisnya, dia banyak menyimpan luka.
Terlahir dari keluarga kaya raya tidak membuat Sahira hidup bahagia, dia di abaikan oleh ke dua orang tuanya.
Sahira selalu di suruh mengalah dari adik perempuannya.
Kekasih yang sangat dia cintai ternyata sudah berselingkuh dangan adik kandungnya sendiri, dan itu di dukung oleh orang tuanya, tanpa melihat perasaan Sahira yang hancur
Dan lebih sakit lagi, Sahira di paksa menikah dengan laki laki yang tidak di ketahui asal usulnya.
Bagaimana kelanjutan kisah sahira, yuk.... Ikuti ceritanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon devi oktavia_10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13
"Mas sudah dari tadi? " ucap Sahira menemui sang suami dengan senyum manisnya.
"Belum kok, baru beberapa menit." jawab Galang ikut tersenyum dan mengelus sayang pipi Sahira.
"Mau lansung pulang apa jalan jalan dulu? " tanya Galang.
"Pulang aja mas, udah gerah soalnya." pinta Sahira.
"Baik lah." sahut Galang membantu sang istri memasang helm, dan perlakuan dua anak manusia itu di lihat oleh Arum dan Wawan dan beberapa karyawan lainnya.
"Sepertinya suami Sahira sangat menyayangi Sahira." ucap Arum ikut tersenyum senang melihat sahabatnya.
"Hmm... gue bersyukur Sahira mendapatkan laki laki yang baik dan menyanyanginya, walau laki laki itu seperti anak jalanan, tapi dia bisa menjaga Sahira dengan baik, lihat lah benyak yang berusah dengan sahabat kita itu." ucap Wawan turut senang melihat sahabat baiknya itu sudah menemukan kebahagiannya.
"Semoga aja keluarga Sahira tidak menganggung hidup Sahira lagi." cemas Arum.
"Gue rasa hidup mereka sekarang pasti sangat merana, hahaha..." Wawan tertawa lepas mengingat keluarga sahabatnya itu.
"Biarin aja, gimana rasanya ngak ada Sahira di rumah itu." Arum ikut terkekeh.
"Ayo kita pulang." ajak Arum menuju mobil masing masing.
Mengenaskan memang menjadi Sahira, saat teman temannya sudah mempunyai kendaraan masing masih hasil kerja keras mereka, Sahira boro boro punya kendaraan, bahkan beli pakaian aja mungkin setahun sekali, itu pun membeli pakaian dengan harga murah, demi menunjang kebutuhan keluarganya, namun pengorbanan Sahira tidak terlihat oleh mereka.
"Mas, berhenti di situ ya." pinta Sahira saat melewati tukang martabak.
"Siap tuan putri." sahut Galang memelankan laku motornya mengarah gerobak martabak yang di inginkan sang istri.
Sahira turun dari atas motor dengan hati hati.
"Mang, mau martabak manis rasa coklat tiga loyang, sama martabak telurnya tiga loyang." pinta Sahira.
"Siap mbak, di tunggu ya." senang tukang martabak.
Galang membiarkan Sahira membeli makanan, dia tidak heran sang istri membeli makanan banyak seperti itu, dia sudah mulai hafal dengan tingkah sang istri, selalu berbagi dengan pelayan di rumah, Galang membiarkan saja, asal istrinya senang, toh uang ngak ngaruh untuk Galang, walau berpakaian seperti anak anak begajulan, nyatanya dia seorang CEO, tanpa orang lain tau, namun Galang sampai kini belum pernah memperlihatkan wajahnya di perusahaan, paling klau ada yang penting orang kepercayaannya datang mencari Galang.
"Duduk sini, sayang." pinta Galang mengambil satu bangku plastik untuk sang istri.
Sahira menurut, dan duduk di samping sang suami.
"Gimana tadi kerjanya, sayang? " tanya Galang.
"Lancar mas, oh iya, tadi aku pakai uang mas untuk traktir sahabat ku, dulu mereka sering mentraktirku." terang Sahira tidak enak hati.
"Lakukan sesuka hati mu, sayang. Asal membuat kamu senang." Galang mengusap sayang kepala Sahira.
"Mas ngak marah? " tanya Sahira.
"Untuk apa mas marah, kamu melakukan hal baik, dan kamu ingin membalas budi kepada teman teman mu yang selalu ada di samping mu, tidak meninggalkan kamu saat kamu menderita, mas ngak akan melarangnya." ujar Galang yang sudah mencari data data teman teman Sahira.
"Makasih mas." ucap Sahira berkaca kaca, laki laki itu sangat mengerti dengan apa yang dia pikirkan.
"Pesananya sudah selesai mbak." ucap pedagang martabak itu.
"Oh, iya, jadi berapa mang? " tanya Sahira.
"Jadi dia ratus lima puluh ribu, mbak." sopan pedagang itu.
"Ini, kembaliannya ambil saja." Galang lansung membayar pesanan sang istri.
"Makasih mas, semoga rezekinya makin lancar, hubungan kalian makin langgeng." do'a pedangang tersebut senang mendapat penglaris dari Sahira dan di kasih uang lebih pula.
"Aamiin... Makasih do'anya." sahut sepasang suami istri itu.
"Sayang, duduk sini." pinta Galang saat Sahira selesai mandi dan sudah berganti pakaian.
"Iya, mas. Ada apa? " tanya Sahira saat duduk di samping sang suami.
"Nanti malam mas ada balapan, mas mau izin keluar, boleh? " tanya Galang hati hati.
"Mas pembalap? " tanya Sahira.
Galang hanya tersenyum tipis dan mengangguk kecil menatap sang istri.
"Klau kamu larang, mas ngak akan pergi. " ujar Galang yang melihat Sahira masih terdiam.
"Ehhh... Aku izinin kok, pergi aja ngak apa apa, tapi mas harus hati hati ya." pinta Sahira, bagaimana mungkin dia mau melarang hobi suaminya itu, walau ada rasa cemas, takut terjadi apa apa kepada sang suami.
"Kamu yakin, Sayang? " tanya Galang lagi.
"Yakin mas, aku ngak mungkin melarang hobi mas itu, mas sudah menggeluti hobi mas sejak sebelum aku kenal mas, jadi lakukan lah, asal mas baik baik aja." jujur Sahira.
"Makasih sayang, kamu ngerti mas." Galang memeluk tubuh mungil istrinya itu.
"Cepat pulang ya, jangan pulang sampai subuh." kekeh Sahira.
"Siap tuan putri, apa kamu ngak mau ikut sama, mas. " tawar Galang.
Sahira menggelengkan kepalanya. "Besok aku masuk kerja mas, lain kali saja klau aku libur. " sahut Sahira.
"Baiklah, nanti klau kamu libur temani mas ya." senang Galang.
"Siap tuan suami." kekeh Sahira, Galang pun ikut tersenyum mendengar sang istri menyebutnya tuan suami.
"Ya sudah yuk, kebawah yuk, nanti martabaknya dingin." ajak Sahira.
Galang menurut dan melangkah di samping sang istri tak lupa Galang memeluk pinggang istri cantiknya itu dengan posesif.
"Non, ini beli martabak kok banyak amat? " tanya bi Asnah.
"Sengaja bi, sekalian untuk bibi dan yang lainnya, kami tinggalin martabak manis sama telornya satu kotak satu kotak, sisanya bibi bawa kebelakang aja, bagi dengan yang lain." ujar Sahira.
"Makasih Non, sejak ada Non kami sering makan Non, lama lama tubuh kami tingginya bukan keatas lagi, tapi ke samping." canda bi Asnah.
"Bibi bisa aja." Sahira ikut terkekeh.
"Mas berangkat ya sayang." ucap Galang saat Sahira mengantarnya ke garasi tempat penyimpanan mobil dan motor koleksi Galang itu.
"Iya mas, mas hati hati." sahut Sahira mencium takzim tangan Galang.
Galang pun membalas mencium dahi sang istri, dan mencuri kecupan di bibir merah ceri milik sang istri, yang selalu membuat dia gagal fokus, kali ini Galang tak bisa menahan lagi, pertahanannya runtuh, akhirnya dia mengambil kesempatan secepat kilat."
Sahira lansung diam mematung, merasakan benda kenyal milik suaminya itu, sudah sangat lancang menempel pada bibirnya.
"Astaga, ciuman pertama ku." gumam Sahira memegang bibirnya
Bersambung....
Haiii... Jangan lupa like komen dan vote ya... 😘😘😘