menikah dengan laki-laki yang masih mengutamakan keluarganya dibandingkan istri membuat Karina menjadi menantu yang sering tertindas.
Namun Karina tak mau hanya diam saja ketika dirinya ditindas oleh keluarga dari suaminya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mama Ainun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4. mulai selingkuh
Sementara dikampung halaman, Kedua orangtua Karina duduk termenung. Menikmati hembusan angin sore disamping teras rumah.
"Pak.."
"Iya Bu."
"Kok ibu jadi kepikiran Karina ya pak. Setelah mendengar cerita dari tetangga Karina kemarin, Ibu jadi kepengen lihat keadaan Karina secara langsung pak. sudah lebih dari 2 tahun ibu tidak melihat nya. Biar bagaimanapun Karina itu anak kita satu-satunya."
Pak Rahmat menghela napas panjang. "Bapak juga kepikiran anak itu Bu. Bapak cuma masih kecewa dengan keputusan Karina. Coba saja dulu anak itu nurut sama kita."
"Tapi pak..."
"Sudahlah Bu. Kalau memang ingin bertemu dengan Karina, Setelah panen kita kesana ya. Kita bawakan juga hasil panen buat Karina nanti."
Bu Indri tersenyum cerah. "Yang bener pak? Bapak nggak bohong kan. Ibu benar-benar merindukan anak itu." Pak Rahmat hanya mengangguk.
Meskipun hanya hidup dikampung, Orangtua Karina termasuk orang yang cukup berada. Pak Rahmat merupakan juragan beras dikampung nya, memiliki sawah berhektar-hektar dan banyak karyawan yang bekerja pada pak Rahmat.
"Iya Bu, Yasudah bapak mau ke gudang dulu sebentar. Ada yang mau ambil beras sore ini."
"Iya pak, hati-hati. Ibu juga mau menyiapkan makan malam dulu."
****
Setelah menyelesaikan semua pekerjaan rumah, Karina langsung masuk kedalam kamar. Sudah terhitung dari jam 1 siang sampai sekarang jam setengah 5 sore, Karina belum juga keluar dari kamar.
"Bapak,Ibu.. Aku rindu. Karina ingin pulang dan bertemu kalian, tapi aku malu. Kalian sudah tidak menganggapku anak." Gumam Karina.
Karina seharian dikamar hanya memikirkan tentang kedua orangtuanya. Setelah mendengar ucapan Bu Ratih tadi pagi, tiba-tiba saja Karina merasa rindu.
Selama menikah dengan Rudi, Karina belum pernah bertemu dengan orangtuanya. Alasannya karena malu, apalagi setelah menikah Karina sudah tidak dianggap anak lagi.
Dokkk.. Dokkkk.. Dokkkk.. Ditengah-tengah lamunannya, Karina dikagetkan dengan suara keras pintu yang digedor-gedor.
"Astaga ya ampun, bisa nggak sih mereka semua tidak menggangguku untuk hari ini saja." Gumam Karina.
"Karina, keluar kamu! Ngapain saja dari tadi siang dikamar hah?"
Dengan malas, Karina akhirnya keluar kamar. Daripada semakin mengamuk nantinya.
Ceklek..
"Heh, kamu itu nggak lihat jam? Ini sudah hampir jam 5, sebentar lagi suamimu pulang. Tapi kamu masih males-malesan dikamar. Baju belum diangkat, Rumah juga belum disapu. Harusnya jadi istri itu sudah rapi dan cantik kalau suami mau pulang."
diluar dugaan, Karina tak menjawab ocehan mertuanya dan memilih langsung pergi begitu saja.
Bu Marni tentu saja heran dengan kelakuan menantunya. Kalau biasanya Karina akan selalu menjawab jika Bu Marni sudah marah-marah, Tapi tidak kali ini.
Karina langsung mengangkat baju, setelahnya baru membereskan rumah. Meskipun sedang tidak bersemangat, Karina harus tetap melakukannya.
"Bu, mbak Karin kenapa sih? Tumben diem aja. Biasanya juga nyapu pun sambil ngomel-ngomel, ceramah nggak jelas." ,tanya Rina yang juga menyaksikan ibunya sedang memarahi Karina.
Bu Marni mengendikkan bahunya. "Mana ibu tau. Kesambet kali mbakmu itu." Ucap Bu Marni, lalu pergi kedepan untuk menutup warung.
"Hah, kesambet. Masa sih mbak Karin kesambet." Rina bergidik ngeri dan memilih pergi.
Rina langsung masuk kedalam kamarnya. Rani yang memang sekamar dengan Rina pun penasaran dengan kelakuan kembarannya itu.
"kamu kenapa sih Rin?"
"Eh, kamu tau nggak Ran kata ibu mbak Karina kesambet."
Rani mengernyitkan keningnya. "Kesambet bagaimana maksudnya? jangan aneh-aneh deh."
"Kesambet setan Ran, serius. Kalau nggak percaya lihat aja sendiri. Nih ya biasanya, mbak Karin kan kalau beres-beres rumah suka sambil ngomel-ngomel. Tapi sekarang enggak loh, bahkan nggak nyuruh aku bantuin dia."
"Masa sih?"
"iya. Kalau nggak percaya lihat saja sendiri."
Karena penasaran, Rani mengikuti saran Rina untuk melihat sendiri. Saat mencari keberadaan Karina yang ternyata sedang berada di ruang keluarga, Rani memberanikan diri untuk mendekati Karina.
"Mbak.."
"Hemmm."
"Mbak Karin lagi apa?"
Karina menghela napas panjang. "Memang kamu nggak bisa lihat mbak sedang apa?"
"Sedang lipat baju."
"Terus, kenapa masih tanya?"
"Emt, mbak Karin nggak lagi kesambet kan?"
Karina menghentikan aktivitasnya, "Kesambet?"
Rani mengangguk. "Kata Rina mbak kesambet. Mbak dimarahin ibu cuma diem saja, Biasanya kan mbak Karin kalau sedang beres-beres rumah pasti sambil ngomel. Terus kalau lihat aku atau Rina nganggur selalu maksa suruh bantuin."
"Iya sih tadi mbak sempet kesambet setan, tapi sekarang sudah pergi setannya."
"Yang bener mbak? Syukurlah kalau setannya sudah pergi."
"Kamu lagi belajar?" Tanya karina.
Rani menggeleng. "Enggak mbak."
"Yasudah kalau begitu ini kamu terusin lipat baju! Mbak mau ngerjain yang lainnya." Perintah Karina.
"Loh kok jadi aku sih mbak."
"Ya terus siapa? Jangan sampai mbak kesambet setan bar-bar ya. Bisa-bisa nanti nyakar muka kamu yang ada." Setelah mengatakan itu, Karina pergi begitu saja.
"Ih, nyebelin banget sih mbak Karin." ucap Rani sambil memonyongkan bibirnya.
Rani jadi kesal dengan saudara kembarnya. Kenapa juga dirinya mengikuti ucapan Rina. Sekarang malah dirinya sendiri kena suruh kan. Mau tak mau akhirnya Rani menyelesaikan melipat baju.
****
Lisa menunggu Rudi dipinggir jalan agak jauh dari tempatnya bekerja. Setelah kejadian pertama kali Lisa numpang pulang dengan Rudi hubungan mereka semakin dekat, bahkan kini hampir setiap hari mereka berdua pulang bareng.
Rudi meminta Lisa menunggu dirinya dipinggir jalan yang agak jauh dari tempatnya bekerja, supaya para karyawan yang lain tidak ada yang tau dan curiga.
"Ayo naik!" Ucap Rudi, begitu sampai ditempat Lisa menunggunya.
Setelah Lisa naik keatas motor, Rudi segera melajukan motornya dengan kecepatan sedang.
"Pak Rudi, kita mampir makan dulu yuk. Didepan sana ada tempat makan yang baru buka, dan katanya makanannya enak." ,Ajak Lisa.
"Maaf Lis, aku nggak bisa."
"Kenapa pak, karena istrinya ya? Kan pak Rudi bisa alasan lembur gitu. Ayolah pak, sekali-kali kita mampir makan dulu."
Rudi nampak berpikir. "Yasudah kita mampir makan dulu."
"Nah gitu dong pak." Dibalik tubuh Rudi, Lisa tersenyum penuh makna. Lisa kini semakin berani mengeratkan pelukannya dibelakang Rudi yang sedang fokus mengemudikan motornya.
Kini motor Rudi belok ke tempat makan yang Lisa maksud.
"Ini rame banget Lis. Takutnya orang yang mengenal kita ada yang lihat."
"Yaampun pak Rudi, ya jelas rame dong. Kan ini tempat makan baru beberapa hari buka, banyak yang penasaran karena katanya makanan disini enak-enak. Selain itu banyak diskon juga. Tapi bapak tenang saja, Kalau ada yang kenal sama kita dan melihat kita bilang saja kalau kita itu rekan kerja. Sudah ayo pak kita masuk."
Lisa menggeret tangan kiri Rudi dan membawanya masuk kedalam. Lisa mencari meja kosong, dan untungnya masih ada satu meja yang kosong.
Lisa dan Rudi memesan makanan yang paling laku disini yaitu beef steak.
"Sebentar aku kirim pesan untuk istriku dulu." Lisa mengangguk.
Rudi: Karina, hari ini aku harus lembur. Ada sedikit masalah di kantor.
Tak lama kemudian pesanan mereka pun datang.
"Permisi, ini pesanannya. Silahkan dinikmati." ucap seorang waiters.
Setelah menata pesanan keatas meja, waiters tersebut pun pamit pergi.
"Enak ya pak steak nya." ucap Lisa begitu mencicipi makanannya.
Rudi mengangguk. "Iya, menurutku ini juga enak rasanya."
"Pak, boleh aku bertanya sesuatu sama pak Rudi?"
"Mau tanya tentang apa?"
"apa pak Rudi tidak punya perasaan apapun sama aku? Maksudnya perasaan antara seorang pria dan wanita."
"Kamu tau sendiri kan, kalau aku sudah memiliki istri."
Lisa menggeser kursinya mendekat kearah Rudi. "Aku tau itu, bahkan semua orang kantor pun juga sudah tau. Tapi kalau pak Rudi juga memiliki perasaan sama aku, Tentu aku mau jadi yang kedua. Asal pak Rudi tau, Sejak awal aku sudah menaruh hati kepada bapak."
"Maksud kamu, kita selingkuh gitu?" Tanya Rudi tak percaya dengan apa yang didengar. Pasalnya dirinya juga ada rasa dengan Lisa, Benih-benih rasa nyaman semakin timbul saat bersama dengan Lisa.
Lisa mengangguk. "Iya, bisa dikatakan begitu pak. Apalagi aku tau kalau di pernikahan pak Rudi belum juga diberikan momongan.Kalau bapak juga memiliki perasaan denganku, aku mau menjadi selingkuhan pak Rudi. Bahkan jika pak Rudi menginginkan aku menjadi istri kedua pun aku juga siap."
"apa kamu yakin dengan apa yang kamu ucapkan barusan?" Tanya Rudi lagi untuk memastikan.
"Tentu saja aku yakin pak, kalau pak Rudi bagaimana?"
Rudi masih menimbang-nimbang antara mengiyakan atau menolak. Dinilai dari sudut manapun, Lisa begitu cantik dan mempesona. Laki-laki mana yang bisa menolak kecantikan Lisa.
"Jujur saja aku juga mulai nyaman denganmu Lis. Mungkin kita bisa mencoba berhubungan secara sembunyi-sembunyi, Tapi untuk menikah masih aku pikirkan."
Lisa tersenyum manis. "berarti sekarang kita berpacaran ya pak. Boleh aku manggil sayang saja? Kalau manggil pak kurang enak didengar."
Rudi mengangguk. "Boleh, Tapi kalau diluar kantor dan sedang tidak ada orang lain saja ya."
Lisa mengangguk kemudian memeluk lengan Rudi dengan mesra. Rudi pun membalas pelukan Lisa dengan mengelus-elus punggung Lisa.
"Loh, bukannya itu Rudi suaminya mbak Karina kan?" Ucap seseorang yang berada dimeja agak jauh dari meja yang Rudi tempati.
Bersambung...