Hello! Miss Call...
Ayo semangat menjadi wanita kaya!
~Disra Auristela~
Disra menempelkan post note pada papan hitam di kamarnya sebelum berangkat kerja.
Disra Auristela, seorang gadis pecinta uang, pekerja keras dan memiliki paras tidak bisa dikatakan cantik. Namun, enak dipandang. Memiliki mata yang jernih, hidung minimalis dan tubuh yang mungil. Tidak jarang, banyak pria yang mencoba menjadi kekasihnya. Tetapi, Disra belum ada keinginan menjalin hubungan serius dengan para pria yang mendekatinya.
Seorang mahasiswi berusia 21 tahun yang sedang menempuh pendidikan Strata Satu, jurusan Sistem Informasi. Sebelumnya, Disra adalah lulusan Diploma Tiga jurusan Manajemen Informatika. Tergabung dalam broadband crew di perusahaan provider internet terbesar bernama PT Terabig Net untuk membiayai kuliahnya. Hari-hari dia lalui sebagai mahasiswa dan juga sebagai agent call center bagian keluhan pelanggan untuk PT Terabig Net.
Disra memasuki ruang layanan menuju kabin-nya dan mulai duduk di kursinya, ada sekitar 50 seat dalam ruangan seluas kurang lebih 220 meter persegi tersebut, sambil menyalakan komputer, memasang headset di telinganya, membenarkan posisi microfon lalu bercermin sekilas dan tersenyum untuk menyalurkan semangat pada dirinya sendiri. Menoleh dan menatap monitor besar yang menempel di dinding, menunjukan berapa banyak antrian telepon yang terhubung. Waiting list pelangan yang menelpon cukup banyak, tertera pengumuman GAMAS (gangguan masal). Dia melepas headsetnya dan bertanya pada teman sebelahnya yang berdinas dari pukul lima pagi, menepuk pundaknya yang sedang berbicara pada pelanggan.
“Hei, Dina, gamas apaan?” tanya Disra pada Dina dengan suara kecil.
Dina menekan tombol AUX pada pesawat teleponnya agar pelanggan tidak bisa mendengar percakapannya, “Tidak tahu, tidak ada informasi yang jelas, kita hanya diarahkan untuk bilang ke pelanggan ada gangguan masal!” Dina menekan kembali tombol AUX untuk melanjutkan pembicaraanya pada pelanggan.
“Oke, thanks,” gumam Disra yang tidak dipedulikan oleh Dina karena sudah sibuk dengan pelanggannya.
Disra memasang kembali headsetnya dan mulai menekan tombol ON pada pesawat telepon PABX-nya. Sambungan pelanggan langsung terhubung.
“Terabig Net, selamat pagi, dengan Angel bisa dibantu,” ucap Disra dengan ciri khas seorang operator dan menyebut dirinya Angel sebagai nama onlinenya.
“Ini kenapa internet saya mati?” tanya seorang pelanggan pria.
“Mohon maaf, dengan siapa saya bicara?” tanya Disra lagi, dia melihat nomor telepon pelanggan pada pesawat telepon PABX-nya dan mengetikan pada aplikasi note di komputernya.
“Peter.”
Disra mengetikan nama Peter disebelah nomor telepon yang baru saja dia ketik. Menulis nama pelanggan di aplikasi note dilakukan untuk menghidari kondisi lupa akan nama pelanggan yang sedang berbicara dengannya.
“Bisa dibantu nomor pelanggannya terlebih dahulu, Pak Peter?”
“9998989898,” jawab Peter.
Disra mengetikan sederet angka yang disebutkan Peter serta mengulang kembali angka yang disebutkan Peter.
“Baik, Pak Peter, mohon di tunggu sebentar, saya lakukan pengecekan terlebih dahulu, mohon jangan dimatikan teleponnya satu sampai dua menit.”
Disra menekan tombol hold dari pesawat teleponnya, dia tidak melakukan pengecekan seperti yang dia katakan pada Peter, dia hanya beralasan pada Peter untuk mengulur waktu karena komputernya belum sepenuhnya siap membuka aplikasi yang dibutuhkan. Selain itu, dalam keadaan gangguan masal tidak perlu dilakukan pengecekan jaringan karena gangguannya berasal dari pusat.
Terdengar suara lagu Mars perusahaan tersebut di telinga Peter. “Kenapa lama sekali pengecekannya!”gumam Peter.
Tidak sampai dua menit sudah terdengar suara dari Disra, dia tahu tidak boleh hold pelanggan terlalu lama. Prosedurnya, jika keadaan gangguan masal tidak perlu di hold, langsung menginformasikan pada pelanggan bahwa sedang ada gangguan masal tanpa harus pengecekan lagi. Namun, karena Disra ingin mengulur waktu untuk membuka semua aplikasi yang dibutuhkan, dia melakukan hold pelanggan.
“Terima kasih telah menunggu, Pak Peter. Mohon maaf atas ketidaknyamanannya, setelah kami melakukan pengecekan sedang ada gangguan masal, Pak.”
“Sampai berapa lama?” tanya Peter kembali.
“Untuk estimasinya masih belum bisa dipastikan, Pak. Tetapi, sedang diusahakan secepatnya.”
“Lalu bagaimana? Pekerjaan saya membutuhkan internet yang kuat, saya ini pelanggan previllege! Saya sudah membayar mahal untuk berlangganan di Terabig Net ini!” ucap Peter marah. Pekerjaan yang dia maksud adalah bermain game online.
Disra menekan tombol AUX, “Semua juga bayar mahal keles, emang yang previllege cuma loe doang! Biasa aja dong nggak usah pake urat!” gumam Disra yang tidak dapat di dengar Peter lalu menekan tombol AUX lagi. “Mohon maaf atas ketidaknyamanannya, Pak,” ucap Disra menggunakan salah satu magic word yaitu maaf. Terdapat intonasi ketulusan di suaranya.
Magic word yang diucapkan Disra tidak berfungsi untuk Peter. “Jangan hanya meminta maaf saja, saya butuh solusi!” ucap Peter dengan menaikan nada satu oktaf.
“Sedang kami usahakan yang terbaik, Pak Peter!” jawab Disra tenang.
“Saya butuh kepastian! Kerusakannya dimana?”
“Kabel yang tertanam di bawah laut, Pak,” ucap Disra asal, dia berharap pelanggan cepat menutup sambungan teleponnya, jika diperbolehkan menutup panggilan terlebih dulu, dia pasti sudah melakukannya. Sayangnya peraturan tetap peraturan yang tidak boleh dia langgar dan hanya boleh pelanggan yang boleh memutuskan sambungan telepon.
“Kamu jangan asal bicara, ya? Mana ada alasan seperti itu? Cepat panggil manager kamu, saya ingin bicara?” tegas Peter.
Disra menekan tombol AUX lagi. “Mau ngomong sama Direktur juga sama aja Bapake!” ejek Disra. “Gamas! Gamas!” geram Disra yang tentu tidak bisa didengar oleh Peter. Disra menekan kembali tombol AUX. “Mohon maaf, Pak. Manager kami sedang tidak ada di tempat,” tutur Disra.
“Jadi kapan internet saya aktif kembali? Saya tidak akan menutup teleponnya jika internet saya belum aktif!” hardik Peter.
“Mohon maaf Pak, belum ada kepastian jaringan kembali normal. Namun, sedang diusahakan secepatnya,” tutur Disra lugas dengan nada yang pas sebagai seorang operator.
“Saya tidak mau tahu, harus sekarang aktifnya!” ucap Peter masih dengan nada tinggi.
Disra berniat menekan tombol AUX karena ingin memaki Peter lagi. Namun, jarinya tidak sepenuhnya menekan tombol tersebut. “Terserah loe! Sampe bulu hidung loe memanjang, gue ladenin!” tantang Disra dengan senyum smirk. Dia bebas memaki pelanggan karena yakin pelanggan tak mendengar makiannya.
“Apa kamu bilang? Dasar cewek brengsek, bisa-bisanya memaki pelanggan! Siapa nama kamu?” tanya Peter emosi.
Disra panik, wajahnya langsung pucat, dia melihat ke PABX-nya, benar saja tombol AUX tidak tertanam kebawah.
Gawat, pelanggan gue denger makian gue!
Disra menatap cermin berukuran 15 x 20 yang ada di depannya, semua cabin layanan dilengkapi oleh cermin di sebelah kiri untuk melihat raut wajah para agent dalam melayani pelanggan meskipun tidak langsung bertatap muka dengan pelanggan, raut wajah sangat penting karena dapat mempengaruhi suara yang akan dikeluarkan dalam percakapan dengan pelanggan. Raut wajah bisa mempengaruhi psikologis, saat berbicara dengan orang yang dilayani. Apakah tersenyum, cemberut, atau sebagainya. Sehingga cermin sangat berpengaruh di sini dan saat ini wajah Disra pucat pasi.
Disra mengehela nafas panjang, mencoba untuk tenang. “Mohon maaf, Pak, terjadi kesalahpahaman. Saya tidak bicara dengan Bapak,” ucapnya penuh dengan rasa bersalah.
“Apa-apaan kamu! Nama kamu Angel ‘kan? Saya akan laporkan ke atasan kamu dan saya juga akan masukan ke koran pembaca!” ancamnya.
“Hallo … hallo … mohon maaf, Pak. Suara anda tidak terdengar dengan jelas.” Disra sengaja acting tidak mendengar ocehan Peter.
“Kamu jangan mempermainkan saya, ya! Dari tadi sambungan telepon jernih, kenapa tiba-tiba tidak bisa mendengar suara saya!”
Disra tetap berpura-pura tidak mendengar perkataan Peter. “Hallo … hallo … mohon maaf Pak Peter suara Anda tidak terdengar dengan jelas,” ucap Disra lagi.
“Hei kamu jangan pura-pura!” teriak Peter.
“Hallo … hallo … mohon maaf Pak Peter suara Anda tidak terdengar dengan jelas, percakapan tidak dapat dilanjutkan. Terima kasih telah menghubungi Terabig Net, selamat pagi, selamat beraktifitas.”
“Hei, jangan pura-pura tidak dengar ya ….”
Disra menekan tombol OFF, memutuskan sambungan telepon Peter, tanpa peduli makian Peter masih terdengar di telinganya, dia hanya bisa mematung di cabinnya, entah apa yang akan terjadi setelah ini.
Peter kembali menghubungi call center Terabig Net. Namun, hanya terdengar lagu mars perusahaan tersebut, yang menandakan banyaknya antrian telepon. “Sial!” Peter membanting gagang teleponnya. “Bakal gua cari loe, operator brengsek!”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
Star
/Facepalm/
2025-02-06
1
May Keisya
😂😂...aku kira kerjaan kantor🤣
2023-05-12
1
HARTIN MARLIN
Assalamualaikum hai 🖐🖐 salam kenal dari ku
2023-04-24
1