Seorang Nara Pidana yang di pindahkan ke Penjara angker di Pulau terpencil.
Ternyata tak hanya angker, penjara ini di salah gunakan untuk tindakan ilegal yaitu menjual organ-organ Para Nara Pidana.
Setelah mengetahui kebenaran tersebut, Prapto pun bertekad untuk keluar dari penjara sadis ini.......
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zhy-Chan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 27
"Aaaaa !" Reflek ia teriak tapi spontan dia menghentikan teriakan nya.
Ternyata ia berada di bunker pembuangan mayat para napi yang sudah di eksekusi mati. Banyak bagian tubuh manusia yang di mutilasi mengambang berserakan di mana-mana, saking banyak nya bangkai-bangkai manusia yang mengambang hingga genangan air di dalam bunker itu hampir tidak terlihat.
Bunker itu cukup luas, berukuran 10x10 meter, di kelilingi bumi tembok yang kokoh.
"Hooooek,hoooooek !!!" Prapto muntah sejadi-jadinya ketika di samping nya secara tidak sengaja, telapak tangan kanan nya menyentuh perut bangkai manusia yang sudah meletus karena proses pembusukan.
Dan ia baru menyadari banyak belatung-belatung dari bangkai manusia itu, merayap di kerah baju nya dan masuk ke dalam. Kedua tangan nya pun reflek untuk menghalau belatung-belatung tersebut masuk ke dalam baju nya.
Tubuh nya dan tangan nya bergerak tidak beraturan karena geli dan jijik, sebab belatung-belatung itu sudah mulai merayap di atas kulit punggung nya.
"Hii ii ii iiih,,,brengsek ! "Gumam nya kesal terhadap belatung-belatung tersebut
Spontan tanpa berfikir panjang, ia menyelam lagi dan kembali ke tempat semula.
Kepala nya muncul ke permukaan air.
"Hah hah hah hah hah hah" ia langsung mengambil oksigen sebanyak-banyak nya dengan mulut setengah terbuka, setelah tadi kesusahan bernafas di dalam bunker pembuangan mayat.
"Ughk hoeek hoeek,ughk !!" Tiba-tiba ia tersendak, ternyata ada se ekor belatung masuk tertelan dan menggelitik tenggorokan nya.
"Sial! Anjing! Bangsat!" makinya kesal dengan wajah setengah pucat.
Belatung yang usai berpesta makan daging mayat itu pun, tertelan masuk ke dalam perut nya Prapto.
"Hah hah hah hah hah" ia mematung sejenak sambil berusaha menghilangkan rasa muntah nya karena jijik.
Kemudian ia mendongakkan kepala nya ke atas, matanya tertuju ke tembok berlubang lingkaran yang ada di atas nya.
"Mungkin ini jalan satu-satu nya" gumam nya sambil berdiri bertolak pinggang dan sepasang matanya masih menatap ke atas.
Sedangkan di luar sana, sirine penjara masih terus berbunyi.
Tap tap tap tap tap tap tap
Ia menaiki tangga yang sudah rusak itu, kemudian ia berhenti sejenak sambil menjulurkan kepala nya keluar tembok berlubang lingkaran tersebut, untuk memastikan di kanan kirinya aman dari sipir-sipir bengis.
Setelah sepasang mata nya memastikan keadaan sekitar aman, ia memberanikan diri menginjak anak tangga lagi
Krekkkk!
Anak tangga besi yang sudah karatan itu patah ketika di injak Prapto. Hampir saja dia jatuh ke bawah, untung kedua tangan nya berpegangan sangat kuat di anak tangga yang ada di atas nya.
"Sial" Gumam nya lirih.
Ia berusaha naik ke atas lagi tanpa ada pijakan anak tangga di bawah kaki nya. Ia mengandalkan kekuatan kedua tangan nya yang berpegangan pada anak tangga yang ada di atas kepala nya.
"Ugh,,uh,agh hah hah hah hah"
Akhirnya ia berhasil menyandarkan perut nya di tembok berlubang berbentuk bundar, sebagian badan nya sudah condong keluar tapi sebagian badan nya lagi masih di dalam lubang itu.
Kemudian ia menahan badan nya sejenak, sambil kepala nya menengok ke kanan dan ke kiri, untuk memastikan keadaan sekitar aman. Setelah yakin tidak ada sipir di sekitar terowongan itu, ia langsung mengeluarkan semua badan nya dari lubang bundar yang ada di terowongan sebelah kiri itu.