Alana seorang gadis biasa yang sangat suka membaca novel di waktu senggangnya. Hingga ada satu novel yang membuatnya benar-benar sangat kesal.
Tapi siapa sangka ia justru terjebak menjadi pelayan dari penjahat utama dalam novel tersebut.
"Aku benar-benar akan mati jika terus begini." Gumamnya.
"Akh pangeran bajingan !" Umpatnya.
"siapa yang kau sebut bajingan ?"
"Mati aku..."
Dapatkah Melisa terus bertahan hidup dan dapatkah ia merubah akhir dari novel itu ? ayo saksikan kisahnya di "Transmigrasi menjadi pelayan pria jahat."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aif04, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Penyerangan
"Siapa yang kau sebut bajingan ?"Ujar seorang pria yang begitu tampan dengan mata hitam dan juga rambut berwarna yang sama. Pria itu duduk di atas kasur dengan bagian badan yang terlihat.
Alana benar-benar tidak bisa mengatakan apapun lagi. Bahkan mulutnya sampai terbuka lebar.
"Luar biasa." Gumamnya.
...****************...
Alana masih terdiam di depan pintu, dengan menatap pria itu. Sedangkan pria itu yang merasa aneh dengan tatapan Alana segera menatap tajam padanya.
"Apa yang kau lihat ?"Tanyanya dengn dingin.
"Ha ? maafkan saya yang mulia putra mahkota." Ujar Alana yang sudah menyadari keadaannya saat ini.
Pria itu mengernyitkan dahinya.
Ia mengambil kemeja putih yang ada di nakas tepat di samping tempat tidurnya. Lalu ia memakainya perlahan.
Alana tidak bisa berkata-kata karena ia benar-benar tau watak pria yang sedang ia hadapi ini. Pria ini arogan, dingin, jahat, kejam dan tidak berkedip saat membunuh.
"SLING."Pedang sudah berada di depan lehernya membuat tubuh Alana sedikit gemetar tapi ia menahannya.
"Yang mulia...di pagi yang begitu cerah ini tidak baik untuk membunuh orang." Ujarnya saat menatap ujung pedang yang sudah ada di depan lehernya.
"Kau ? pelayan baru ?"tanyanya dengan menyipitkan matanya.
"Sa-saya pelayan baru anda hehehe...tolong bisa anda sedikit menggeser pedang milik anda ini. Saya takut mungkin akan ada angin nanti yang menyebabkan terjadinya kecelakaan." Ujar Alana. Seumur hidup baru kali ini ia di todong menggunakan pedang.
"Kau memerintah ku ?"Ujar pria itu yang justru semakin mendekat kan pedangnya hingga sedikit menggores kulit leher milik Alana.
"Ma-na berani saya memerintah anda, saya benar-benar tidak berani." Ujar Alana.
'Tidak mungkin aku mati secepat ini kan ?'Batinnya.
"Kau terlalu berisik !"Geram pria itu. Ia mulai melayangkan pedangnya ke arah Alana.
"HAH BAJINGAN !" Teriak Alana pada saat pedang semakin mendekat ke lehernya ia bahkan sudah memejamkan matanya.
Tapi siapa sangka ia tidak merasakan sakit sedikit pun. Pedang yang ia tunggu juga tidak mengenai lehernya. Perlahan ia membuka matanya.
"AKH !" Teriaknya tertahan saat melihat bagaimana wajah pria itu yang sudah ada di depan wajahnya.
Alana memperhatikan mata hitam itu, mata yang begitu menyimpan banyak misteri di dalamnya.
"Kau baru saja mengumpat ku ?"tanyanya.
"Ti-tidak yang mulia...saya tidak berani." Ujar wanita itu.
"Hahaha seperti ini lebih baik, cepat bersihkan kamarku ! sebelum aku selesai mandi maka semuanya harus bersih tanpa noda sedikitpun !"Pintanya yang langsung pergi begitu saja. Bahkan pria itu juga meninggalkan pedangnya di depan Alana.
"BUGH." Gadis itu terduduk di lantai.
"Kepalaku hampir saja melayang." Gumamnya.
Tapi setelah itu ia segera bangkit dan membersihkan seluruh ruangan dengan secepat mungkin agar ia bisa pergi dan tidak perlu bertemu dengan pria jahat itu lagi.
Hingga akhirnya seluruh ruangan telah bersih sempurna lalu ia berjalan dengan begitu perlahan keluar dari kamar itu.
"Mau kemana kau ?"Tanya sosok pria yang baru saja keluar dari pemandiannya. Alana segera memutar badannya hingga menatap pria itu.
"Saya tidak kemana-mana yang mulia." Ujar Alana. Tapi pada saat ini otaknya benar-benar tidak sejalan dengan matanya yang tidak berkedip memperhatikan tubuh pria itu yang hanya di tutupi oleh jubah mandi miliknya.
"Bantu aku berpakaian." Ujar Pria itu.
"Ba-bantu apa yang mulia ?"Tanyanya.
"Apa aku harus mengulang perkataan ku ?"Tanyanya.
"Tidak yang mulia." Jawab Alana dengan cepat lalu segera berjalan mendekat ke arah pria itu.
"BRAK."
"PLASH !"
Jendela kamar itu tiba-tiba saja pecah berantakan lalu entah dari mana datang orang-orang dengan pakaian serba hitam.
'Apa-apaan ini.' Batinnya.
Alana memutar badannya dengan cepat, ia harus cepat keluar dari tempat ini sebelum nyawanya melayang.
"Ternyata begitu, bajingan yang di kirim oleh permaisuri ya..." Ujar Rion yang masih bisa di dengar oleh Alana.
Ia dengan cepat menolehkan kepalanya, ia ingat betul ada scan di mana Rion di serang oleh suruhan ibu suri lalu entah bagaimana kutukan pada pria ini kambuh dan menghancurkan kediaman miliknya sendiri. Seluruh pelayan yang ada di istana putra mahkota tidak ada yang selamat dari tragedi itu.
Alana membulatkan matanya saat mengingat scan itu. Bagaimana jika saat ini adalah scan itu ? Ia akan mati jika kutukan pria ini bangkit dan begitu pula dengan seluruh orang-orang yang ada di tempat ini.
Jadi ia menghentikan langkahnya sejenak tapi kemudian ia tetap berlari keluar dari ruangan itu.
"Akh Masa bodolah." Gumamnya lalu kembali menutup pintu.
Sedangkan di dalam kamar Rion hanya sekilas saja memperhatikan tingkah dari wanita itu.
'Ternyata sama saja.' Batinnya.
Ia melawan seluruh orang-orang itu, tampak sekali jika Rion jauh lebih hebat dari mereka. Bahkan tidak ada kesulitan baginya.
"BLASH."
"BUGH."
"AKU !"
"SLING !"
Hingga kini akhirnya seluruh orang-orang yang mengarangnya hanya tinggal satu orang saja. Rion berjalan dengan santai. Pedang yang ada di tangannya mulai meneteskan darah. Pria yang tersisa itu tampak sedikit bergetar tapi kemudian ia mengeluarkan sebuah botol kecil dari dalam saku bajunya.
"Jika aku mati maka semua orang harus tau bahwa anda monster." Gumamnya lalu menghempaskan botol itu ke atas lantai.
"PLANG." Botol kaca itu pecah membuat aroma di ruangan itu.
"Sialan kau !" Geram Rion sebelum akhirnya ia membunuh pria itu. Kali ini pria itu tampak bagai hewan buas. Ia benar-benar mencabik tubuh pria tadi hingga tidak berbentuk.
"Bunuh semua..."Gumamnya lalu berjalan perlahan ke luar dengan tubuh yang di penuhi darah.
Darah menetes di lantai itu membuat kesan mengerikan dari pria itu semakin terasa.
"Bunuh..bunuh semua."Gumam nya dengan mata yang sudah berwarna merah. Langkah kakinya semakin dekat dengan pintu tapi pada saat ia baru memegang gagang pintu sosok wanita dengan cepat membuka pintu hingga menabrak tubuh pria itu.
"BRAK !"
"BUGH."
"AKH." Pria itu langsung mencengkram erat leher Alana. Tapi wanita itu dengan sekuat tenaga melawan.
"Bunuh...aku akan membunuhmu..." Ujar pria itu dengan menatap tajam Alana yang sudah dalam genggaman tangannya. Bahkan kali ini kaki gadis itu tidak lagi bertemu dengan lantai.
"Ti-tidak ada yang akan mati...ambil ini !" Alana mengambil sebuah botol kristal dari saku bajunya lalu meminumkan pada pria itu.
"Mi-minum ini ! minum ini.."Alana berusaha dengan sekuat tenaga agar pria itu meminumnya.
"BUGH." Karena perlawanan yang begitu keras dari Alana hingga kini mereka sama-sama jatuh ke atas lantai. Alana dengan sekuat tenaga naik ke atas tubuh pria itu.
"Mi-minum ini..." Ujarnya dengan terus menahan botol itu pada mulut Rion.
Hingga akhirnya perlahan mata merah milik pria itu kembali berubah menjadi hitam pekat. Dia yang awalnya mengamuk kini menjadi tenang kembali.
"Huh...anda ke-kembali...syukurlah.." Gumam Alana.
"BRUGH." tubuhnya jatuh pingsan dengan posisi dirinya yang masih ada di atas tubuh Rion.
"Dia..."Gumam pria itu.
semangat ya buat ceritanya Thor
semangat ya buat ceritanya Thor
semangat terus ya buat ceritanya Thor
semangat ya buat ceritanya Thor👍😊💪
semangat ya buat ceritanya Thor
Sedap jika di pandang mata.
Thooor, buat Rion jatuh cinta denga Alana.
Sehingga mereka berdua bisa hidup bahagia.
Up yang banyak tjooor.
🤭🤭🤭
semangat ya buat ceritanya Thor
Ngak mudah di tindas.
👍👍👍
Dari Andrea dan Melisa.
Aq pindah ke sini.
semangat ya buat ceritanya Thor 💪😊👍