"Papa sudah menjodohkanmu dengan Arion, putra dari sahabat Papa!"
Jedar, bak tersambar petir disiang bolong saat mendengar ucapan dari sang Papa. Seketika tubuh Zeva langsung menegang dengan mulut terbuka.
"tidak, ini tidak boleh terjadi!"
Niat hati ingin meminta restu untuk hubungannya dengan sang kekasih, malah berakhir dengan perjodohan yang dilakukan oleh kedua orangtuanya.
Bak buah simalakama, itulah ungkapan yang tepat untuk apa yang Zeva rasakan saat ini. Dia tidak bisa berpisah dengan laki-laki yang sangat dia cintai, tapi tidak juga bisa melawan kehendak kedua orangtuanya.
Apakah yang akan terjadi pada Zeva selanjutnya?
Bisakah dia membina rumah tangga sesuai dengan keinginan kedua orangtuanya?
Yuk, ikuti kisah mereka yang penuh dengan kegaduhan dan kejutan!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayu Andila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 13. Bekerja di Perusahaan.
Setelah semua ketegangan yang terjadi, Zeva memilih untuk pergi ke balkon, hari sudah sore dan awan merah mulai tampak diufuk barat.
Untuk beberapa saat dia memandang ke arah bangunan-bangunan yang menjulang tinggi di depan matanya, atau bangunan yang lebih rendah dari tempatnya berada saat ini.
Hawa dingin mulai menerpa kulit karna terbawa angin yang bertiup sedikit kencang, tanpa dia sadari kalau saat ini ponsel yang ada disakunya sedang bergetar.
Arion yang sedang menuruni anak tangga melihat ke arah Zeva, dia memperhatikan wanita itu yang sedang terduduk di atas lantai.
"Apa yang kau lakukan?"
Tubuh Zeva terlonjak kaget saat mendengar suara baritone seseorang, sontak dia melihat ke arah orang tersebut dan langsung membuang muka kesal.
"Bukan urusanmu!"
Arion menarik sudut bibirnya dan tersenyum tipis, dia lalu melangkahkan kakinya dan berdiri diujung balkon.
Dia ikut melihat ke arah depan, matanya menatap tajam ke arah sang surya yang akan menenggelamkan diri dan berganti dengan malam.
Zeva yang sedang duduk di lantai melirik ke arah Arion, dia memperhatikan wajah laki-laki itu yang tampak bersinar karna terkena pantulan sinar matahari.
Dia mulai memperhatikan garis wajah laki-laki itu, hidung mancung dengan bibir tipis tetapi tampak penuh terlihat sangat menggoda sekali. Apalagi dengan jakun yang naik turun, membuat Zeva menelan salivenya dengan kasar.
"Kau akan jatuh hati jika terlalu lama menatapku!"
Zeva langsung gelagapan saat mendengar ucapan Arion, dengan cepat dia memalingkan wajahnya ke arah yang berlawanan dari laki-laki itu.
"Si*al! Bisa-bisanya aku terhipnotis dengan wajahnya itu, tapi dia memang ganteng sih!" Zeva merutuki dirinya sendiri yang malah mengagumi ketampanan Arion, padahal mulut laki-laki itu sangat tajam sekali.
"Apa yang kau sukai?"
Zeva melirik ke arah Arion dengan mengerutkan keningnya. "Apa urusanmu?" Kenapa pula laki-laki itu bertanya, pikirnya.
"aku suamimu, jelas aku harus bertanya!"
"Cih!" Zeva rasanya muak sekali mendengar kata-kata suami, mending kalau laki-laki itu ramah dan baik hati. Mungkin dia akan menerimanya dengan baik, tapi laki-laki itu sangat dingin bahkan bermulut pedas. Sama sekali tidak masuk dalam kriteria suami idaman, karna suami idamannya adalah Gavin.
Deg. Tiba-tiba mata Zeva kembali terasa panas saat mengingat laki-laki itu, sungguh dia masih sangat mencintainya.
"kenapa kau diam? Aku sedang-"
"Berhenti bicara denganku!" Zeva langsung berdiri dan menatap Arion dengan tajam. "Dengar, sudah ku peringatkan untuk tidak ikut campur dalam urusan pribadiku! Atau aku akan-"
"Apa? Kau mau melakukan apa?" Tantang Arion.
Zeva mengepalkan kedua tangannya dengan erat, percuma saja dia adu mulut dengan laki-laki itu yang nantinya malah akan membuat emosinya meledak-ledak.
"Terserah!" Dia segera berbalik dan memilih untuk masuk ke kamar.
"Mulai besok kau akan bekerja di perusahaanku!"
Zeva langsung menghentikan langkah kakinya, dia menoleh ke arah laki-laki itu dengan tajam. "Kau bilang apa?"
"kau akan bekerja di perusahaanku sebagai sekretaris pribadiku!"
"Apa?" Zeva sangat terkejut dengan apa yang Arion katakan. "Aku tidak mau!" Jelas dia harus menolaknya, dia tidak mau semakin terikat dengan laki-laki itu.
"Aku hanya memberitahu, bukan meminta persetujuanmu!" Arion melangkahkan kakinya mendekati Zeva yang sedang tercengang. "Dan apapun itu, kau harus menurutinya!"
Zeva sampai menahan napas saat wajah Arion berada tepat di depan wajahnya, bahkan hidung mereka hampir bersentuhan sangking dekatnya.
"tidak, pokoknya aku tidak mau!"
"Terserah, kalau kau tidak mau maka kau akan terus terkurung dalam tempat ini!"
Arion acuk tak acuh dan langsung meninggalkan tempat itu, sementara Zeva hampir menangis darah dengan apa yang sedang terjadi padanya saat ini.
"Dasar bajing*an brengs*ek, awas saja kau! Kau ingin aku bekerja kan, baik. Aku akan menjadi sekretarismu, dan aku akan mengacaukan seluruh perusahaanmu itu!"
Itulah dendam kesumat Zeva, dia akan membalas apa yang laki-laki itu lakukan padanya sampai titik darah penghabisan.
****
Sesuai dengan apa yang Arion ucapkan, keesokan harinya Zeva sudah rapi dengan pakaian kemeja dan rok di atas lutut yang sangat ketat membalut tubuhnya. Dia sedang berjalan menuruni anak tangga dan hendak menuju dapur.
"Selamat pagi, Nyonya muda!"
Langkah Zeva terhenti saat mendengar suara seseorang, terlihat wanita paruh baya sedang berjalan dari dapur ke arahnya.
"siapa ya?"
"Perkenalkan, saya Bik Sum, Nyonya! Saya yang biasanya membersihkan apartemen dan memasak untuk Tuan Muda!"
Zeva mengangguk-anggukkan kepalanya. "Senang berkenalan denganmu, Bik Sum! Saya Zevanea, Bibik bisa panggil saya Zeva!"
Bik Sum terlonjak kaget dengan apa yang Zeva lakukan, pasalnya saat ini istri dari majikannya itu sedang bersalaman dengan tangannya.
"Ba-baik, Nyonya! Nyo-Nyonya, ta-tangan saya-"
Zeva terkejut dan langsung melepaskan tangan Bik Sum, dia lupa kalau masih menjabat tangan wanita paruh baya itu. "Maaf Bik, aku lupa lepasinnya, heheh!"
Sungguh bukan itu maksud dari Bik Sum, dia bukannya kaget karna tangannya tidak dilepaskan, tetapi karna tangannya dijabat oleh tangan sang Nyonya muda.
"Maaf ya Bik! Oh ya, Bibik masak apa hari ini?"
Sungguh perilaku Zeva benar-benar diluar akal sehat Bik Sum, bukan hanya menjabat tangannya, bahkan saat ini wanita itu malah merangkul tubuhnya dan membawanya ke dapur.
"Sa-saya masak udang saus tiram, Nyonya!"
Glek. Zeva langsung menelan salivenya saat melihat makanan yang tampak sangat lezat di hadapannya, dengan cepat dia langsung menarik kursi dan duduk di sana.
"Nyonya!"
Zeva yang sudah memegang piring menoleh ke arah Bik Sum. "Ada apa, Bik? Apa Bibik mau makan bareng sama aku?"
"Bu-bukan seperti itu, Nyonya! Sa-saya cuma mau bilang ka-kalau Tuan Muda belum turun!"
Zeva mengernyitkan keningnya dengam bingung. "Memangnya kalau dia belum turun kenapa, Bik? Aku kan makan pake tanganku, bukan tangan laki-laki kurang ajar itu!"
Bik Sum langsung keringat dingin saat melihat Arion berdiri di ambang pintu dapur, sementara Zeva tidak sadar dan langsung menikmati makanannya.
"Siapa yang kau bilang kurang ajar?"
•
•
•
Tbc.
Sayang belum banyak peminat (diliht dr jumlah likers nya lo yaaa..)
Walau tokoh perempuannya di awal bikin Mak gereget, jengkel, dan kesel dg tingkahnya
Terimakasih atas karyamu yg menghibur ya Thor
Semoga makin bamyak yg minat utk baca karya2mu thor
Dan sukses selalu ya
Disatu sisi kasian, di sisi lain kamu bebal Ze..