Selena diusir dari rumah karena dia lebih memilih menjadi penulis novel online daripada mengurus perusahaan keluarganya. Kedua orang tuanya tidak setuju dia menulis novel karena hampir seluruh novel yang dia tulis adalah novel dewasa.
Dia kira hidupnya akan tenang setelah menyewa apartemen sendiri tapi ternyata tidak. Dia justru diganggu oleh komentar negatif secara terus menerus. Merasa jengkel, Selena melacak keberadaan pemilik komentar negatif itu dan ternyata berada di sebuah perusahaan film.
Selena berpura-pura menjadi cleaning service dan bekerja di perusahaan itu. Dia curiga pada Regan, CEO di perusahaan itu. Berniat mengganggu Regan tapi dia justru yang merasa kesal dengan tingkah Regan yang sangat menyebalkan.
Apakah memang Regan yang menulis komentar negatif di novel Selena?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puput, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 15
"Baik, aku juga sudah menentukan pilihan. Wanita ini pilihanku," kata Regan sambil menggenggam satu tangan Selena.
Meskipun terkejut tapi Selena menarik tangannya dari genggaman Regan dan berpura-pura tidak mengenalinya. "Maaf, Anda siapa ya? Kita tidak saling kenal."
Regan mengerutkan dahinya melihat Selena yang kini mengalihkan pandangannya dan semakin menjauh darinya.
"Regan, bisa-bisanya kamu ngaku-ngaku sama orang tidak kenal," kata Bu Rosa.
"Kak Regan, tidak usah buru-buru. Kita bisa saling mengenal dulu."
"Sudah, jangan berisik, filmnya akan dimulai." Regan melipat kedua tangannya saat lampu bioskop itu sudah padam. Pandangannya kini fokus pada film meski pikirannya melayang kemana-mana. Sesekali dia melirik Selena yang juga nampak fokus dengan film yang telah diputar.
Biasanya di film, saat ada pria kaya yang berpura-pura menjadikan wanita sebagai calon istrinya, pasti sandiwara itu akan berjalan. Tapi tidak dengan Selena. Dia benar-benar beda.
Menyadari tatapan Regan, Selena menoleh. Dia hanya tersenyum miring lalu berdiri dan keluar dari ruang bioskop itu.
Selena mau kemana?
"Kak Regan, filmnya romantis sekali." Tiba-tiba saja Nadia menggenggam tangan Regan. "Nanti aku minta foto bareng sama pemain ya," kaya Nadia setengah berbisik di telinga Regan.
"Iya, iya." Regan hanya mengiyakan perkataan Nadia. Sebenarnya dia khawatir dengan Selena. Dia yang mengajaknya ke acara ini, jadi Selena adalah tanggung jawabnya dan memastikan pulang dengan aman.
"Nadia, maaf aku ke toilet sebentar." Regan melepas tangan Nadia, kemudian dia keluar dari ruang bioskop itu. Dia berjalan menuju toilet dan berhenti di depan toilet wanita.
"Apa ada wanita yang masuk ke dalam memakai gaun peach?" tanya Regan pada penjaga toilet itu.
"Wanita itu baru saja keluar."
Regan kembali berjalan sambil menghubungi Selena tapi sampai beberapa kali panggilan Selena tidak juga mengangkat panggilannya.
...***...
"Mau pura-pura menjadi pasanganku? Sorry ya, aku tidak akan terjebak dengan hubungan palsu seperti itu." Selena melihat beberapa awak media masih menunggu di luar gedung. Dia memutar langkahnya dan berjalan di samping gedung bioskop itu.
"Jadi kangen nonton sama Mama. Mumpung besok hari Minggu, aku mau ajak Mama jalan," gumam Selena sambil berjalan pelan di sekitar taman. Dia menghirup dalam udara malam itu lalu menghembuskannya.
Tiba-tiba saja ada yang melempar dahinya dengan keras hingga membuatnya terjatuh. Selena menyentuh dahinya yang terasa sangat sakit. Dia terkejut saat darah mengalir dari dahinya. "Darah!"
Selena mengambil bulatan kertas yang ternyata berisi batu. Dia membaca pesan ancaman di dalamnya.
"Jauhi Regan!" Selena melihat di sekitar tempat itu, tapi tidak ada siapapun. Apa peneror yang meninggalkan komentar hujatan dan peneror yang melemparnya batu adalah orang yang berbeda?
Napas Selena terasa sesak. Dia sangat ketakutan hingga akhirnya ada seseorang yang menyentuh bahunya dan membuatnya berteriak. "Tidak!" Selena menjauh sambil menggeser tubuhnya.
"Selena, ini aku. Kamu kenapa?" Regan berjongkok dan menyentuh bahu Selena yang bergetar. "Dahi kamu berdarah." Regan tercekat sesaat melihat darah yang mengalir dari dahi Selena.
"Aku tidak apa-apa." Selena berdiri dan akan pergi dari tempat itu tapi Regan menahannya.
Regan berusaha melawan rasa traumanya pada darah. Dia tidak mungkin membiarkan Selena pergi dengan kondisi yang terluka seperti itu. Dia ambil sapu tangan lalu mengusap pelan darah yang merembes di sekitar itu dengan tangan yang bergetar. "Kenapa kamu bisa luka seperti ini? Aku antar ke dokter agar segera diobati."
Selena terdiam beberapa saat. Kemudian dia menunjukkan surat ancaman itu.
"Jauhi Regan?"
"Aku tidak tahu apa peneror ini sama dengan peneror yang meninggalkan komentar hujatan di novelku, tapi yang jelas, peneror kali ini adalah wanita. Dia tidak ingin aku berada di dekat kamu. Jelas-jelas dia ingin memiliki kamu." Kemudian Selena berbalik dan pergi meninggalkan Regan sambil menahan sapu tangan Regan yang ada di dahinya agar darah di luka itu berhenti.
Regan mengepalkan kedua tangannya. Sepertinya peneror itu ada hubungan dengan mamanya atau Nadia?
Regan berjalan menyusul Selena dan menarik satu tangannya agar mengikuti langkahnya. "Aku sudah janji akan melindungi kamu."
"Melindungi? Tapi nyatanya aku terluka." Selena kelabakan mengikuti langkah panjang Regan. Dia terpaksa mengikutinya karena Regan menggenggamnya dengan erat.
"Makanya jangan jauh-jauh dariku!"
Selena tak menimpali lagi perkataan Regan. Tiba-tiba saja detak jantungnya meningkat setelah mendengar rentetan kalimat Regan.
Akan melindungiku? Jangan jauh-jauh darinya?
Selena kini masuk ke dalam mobil Regan dan duduk bersandar sambil menenangkan detak jantungnya. Sepertinya aku terlalu tegang sampai membuat jantungku berdetak cepat kayak gini.
Regan masuk ke dalam mobil dan duduk di kursi pengemudi. Dia melepas tangan Selena yang sedang memegang sapu tangan di dahinya.
"Apa sakit?" tanya Regan. Dia menahan poni Selena sambil setengah mengusapnya. Dia sangat menyesal mengapa tidak cepat-cepat menyusul Selena.
"Udah tahu luka, tapi tanya apa sakit. Ya jelas sakit. Jadi ada bekas luka kan di dahiku." Selena mencebikkan bibirnya. Dia sudah melakukan perawatan wajah beraneka ragam agar tetap mulus tapi justru terluka.
Regan memakai sabuk pengamannya dan segera melajukan mobilnya. "Kalau nanti luka itu membekas, kamu operasi plastik, aku yang akan membayarnya."
...***...
Setelah dari rumah sakit untuk mengobati luka Selena, Regan menghentikan mobilnya di dekat tempat parkir apartemen Selena.
"Kamu yakin tidak takut? Kamu menginap di tempatku saja, atau aku yang menginap di tempat kamu," kata Regan sambil membukakan pintu mobil untuk Selena.
Selena keluar dari mobil itu dan menatap Regan sambil tersenyum miring. "Jangan ambil kesempatan dalam kesempitan. Sorry, aku tidak akan tergoda sama kamu. Sekalipun kamu bilang telah memilihku di depan mama kamu." Selena mendorong lengan Regan agar memberinya jalan.
"Iya, maaf soal itu. Aku hanya ingin Mama tidak memaksaku lagi. Lagian aku hanya ingin menjaga kamu, tidak ada niat buruk sedikitpun."
"Aku justru aman kalau jauh dari kamu," kata Selena tanpa menoleh Regan sedikitpun. Dia berjalan menuju lift dan menoleh sekali lagi memastikan Regan tidak mengikutinya. "Dia sudah pergi."
Saat pintu lift itu terbuka dan Selena melangkah masuk, tiba-tiba ada yang menahan tangannya dan membuatnya terkejut.
adududu sepeda baru....
waduh....ada yang cemburu....
wkwkwkwkwkwk....
mantap... Selena diperebutkan kakak beradik.... ahay.
gimana ya besok reaksi Selena ketika dia tau.... nggak sabar nungguin besok....
jadi diem-diem suka baca novel Selena...he he he ...