++ Iwan seorang pemuda usia 19 tahun, setelah ia menemukan sebuah cincin ajaib saat memancing disungai. Iwan mendapatkan kesaktian yang dipergunakan untuk memijat.
Seiring waktu banyak pasien yang telah disembuhkan, sehingga menjadi masalah karena banyak wanita yang menginginkan dia. Sehingga membuat ia terlena akan kenikmatan dunia
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jamal Nurcahya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 7
Seminggu telah berlalu, pelanggan pijat Iwan pun semakin banyak.
Penghasilan yang ia peroleh dari jasa pijat cukup lumayan untuk ukuran Iwan saat ini. " Kipas angin tadi malam sudah beli, tinggal memindahkan lemari sama tempat tidur ini dikamarku dan tempat tidur itu dimasukkan kesini sudah bisa buat mijat, kasihan kalau yang pijat perempuan "batin Iwan.
" Permisi...... " seru seseorang didepan pintu.
" Silahkan masuk Mas!" seru Iwan
" Permisi .... Mas, kalau pijat untuk wanita bisa Mas" tanya orang laki laki itu.
"Bisa Mas, tapi yang mijat saya sendiri mas" ucap Iwan.
"O... pemijat perempuan gak ada mas?" tanya si wanita yang berada dibelakang laki laki itu.
"Gimana ya Mas... Mbak..!, aku sih terserah yang pijat, kalau mau silahkan kalau gak mau ya gak papa!"
Ujar Iwan sambil tersenyum.
" Gimana Pa kamu gak papa aku dipijat, pas nanti kamu cemburu " bisik si wanita
" Ya terserah Mama saja, demi Mama papa gak akan cemburu. Dari pada dengar keluhan Mama tiap hari!"
bisik si lelaki
Dan wanita itu menggangukkan kepalanya. Iwan hanya tersenyum melihat mereka berdua.
"Mari silahkan siapa dulu yang mau pijat?" tanya Iwan
"Yang mau pijat istri saya Mas "
"O.. kukira Masnya yang mau pijat, sebentar aku ambilkan sarung" segera Iwan menuju ke kamar mengambil sarung.
Iwan menyediakan beberapa sarung untuk fasilitas pijatnya.
"Keluhannya apa Mbak?" tanya Iwan
"Ini Mas! lengan kananku rasanya seperti mati rasa, 1 lumpuh gak bisa digerakkan " kata si wanita
"O.... Mbaknya bisa ganti bajunya dengan sarung ini di kamar itu!" seru Iwan.
" Kok pakai sarung Mas, kan cuma pijat tangan saja!" Kata si wanita mengeryitkan dahi.
"Gini Mbak pijatnya itu sampai sini" Iwan menunjuk bahu dada atas, punggung dan pundak. Kalau pakai baju aku kesulitan untuk memijat daerah itu" Iwan menerangkan proses pijatnya.
"O.... begitu " si wanita itu menoleh ke suaminya yang menganggukkan kepala tanda setuju. Dan wanita itu menuju kekamar yang ditunjuk Iwan untuk mengganti pakaiannya dengan sarung.
" Kok mijatnya gak dikamar ini Mas?, nanti kalau banyak orang kesini bagaimana?" tanya si wanita
" Maaf Mas... Mbak.... sebetulnya sih hari ini rencananya tempat tidur dan lemari mau aku pindah di kamar satunya, terus tempat tidur aku taruh disitu. Ini juga baru beli kipas angin, kalau gak ada kipas anginnya bisa kayak diopen di kamar itu, " ucap Iwan.
Setelah mengganti baju dengan sarung, wanita itu keluar dan duduk di samping suaminya.
"Bisa kita mulai Mbak ? duduk atau tiduran terserah Mbaknya!"tawar Iwan
" duduk aja Mas!" kata wanita itu sambil menoleh ke suaminya.
Iwan segera beraksi memulai pijatan pijatan lembut di jari jemari sambil menatap aliran darah dari urat urat wanita itu. Titik titik kecil menghilang saat tangan Iwan mengurut dan semakin lama semakin naik kepangkal lengan.
" Ha.... ha..... ha....., geli Mas!" Seru wanita itu karena tidak dapat menahan ketawanya saat Iwan memijat di daerah ketiak tapi Iwan hanya tersenyum.
Agak menyamping mbak, ini aku mau memijat daerah belikat sama pundak" kata Iwan. Saat pijatan turun dari bahu ke dada atas terdengar desahan dari si wanita" ah.... sssss....." si suami menoleh kearah tangan Iwan.
" Nah sudah selesai mbak, coba di gerakkan tangannya" seru Iwan.
"O... sudah selesai ya Mas!"Sambil mencoba menggerakkan tangannya.
" Hem... sudah bisa mas cuma agak kaku sedikit!" Kata si wanita memandang ke arah suaminya.
" Di putar putar mbak kesamping, keatas dan kebawah biar normal lagi, kalau sudah bisa ganti baju dikamar!" ucap Iwan sambil memperhatikan lengan wanita itu.
Setelah merasa lengannya sudah baikan wanita itu beranjak ke kamar untuk menganti sarung dengan bajunya yang tadi di pakai.
" Pijatan Masnya ini aneh pa! sudah gak sakit cepat lagi, gak seperti tukang pijat lainnya" sambil memadang sang suami.
" Masak ma" jawab suami terheran
" Ya kalau papa mau pijat juga ya gak papa" kata istrinya
Kapan kapan saja kalau badan papa bermasalah!" kata suaminya
Iwan yang mendengar hanya tersenyum.
"Berapa Mas pijatnya?" tanya laki laki itu
" terserah Mas, aku gak mematok harga kok" jawab Iwan
Laki laki itupun mengambil selembar biru melipat lalu disalamkan ke Iwan
"Terima kasih Mas ... Mbak ....,kalau ada yang butuh pijat bisa diarahkan kesini" ucap Iwan
" Terimakasih ya Mas, kami pamit pulang! Mari Mas...."
Sepasang suami istri itu segera meninggalkan tempat kediaman Iwan.
"Hem ... Sudah putih mulus besar lagi.... Semongko!" batin Iwan sambil tersenyum membayangkan.
"Dari pada membayangkan yang tidak tidak kupindahin aja lemari sama tempat tidur kekamar satunya.
Dikeluarkan isi lemari dan diambilnya kain dan ditempatkannya sebagai alas untuk memudahkannya menarik lemari.
Setelah selesai memindahkan lemari dan tempat tidur Iwan beristirahat sejenak setelah itu ia memindahkan tempat tidur yang dipergunakan untuk memijat kedalam kamar.
" Nah selesai sudah semua, mandi trus cari makan, mantap...!" gumamnya.
Saat mau meninggalkan rumah, tiba tiba sebuah sepeda motor berhenti didepan rumahnya. " Kak Iwaa...n!" panggil pengendara itu.
"Ya.... ada apa Dik, sebentar kamu ini Nina anaknya Pak Har kan?" tanya Iwan.
"Iya Kak, tadi Bapak telepon tapi gak diangkat sama Kak Iwan!" kata Nina.
"O.... maaf ya, tadi aku lagi beres beres kamar jadi gak dengar!" ucap Iwan sambil melihat hpnya.
" Aku disuruh jemput Kakak, ayo buruan Kak naik!"
" sebentar masak Kakak yang dibonceng, badanku kan lebih besar nanti berat lho Nin. Lagian aku malu kalau dibonceng cewek!"
" Ya udah Kakak yang bonceng" ujar Nina.
" Sudah siap Nin?" tanya Iwan
"Sudah Kak!" jawab Nina
" Ya sudah ayo turun!" gurau Iwan
" Kok disuruh turun Kak!" tertegun Nina merasa ada yang salah.
"Katanya sudah, kalau sudah ayo cepat turun ha... ha... ha.....!"
" Ih Kak Iwan nyebelin !" seru Nina sambil mencubit pinggang Iwan.
" Aduh kok dicubit sih Nin, kan sakit." seloroh Iwan.
"Biarin!" kata Nina.
Pegangan nanti jatuh!" kata Iwan lalu melajukan motor dengan baik jalannya.
Setelah sampai di rumah Pak Har, " Masuk terus aja Kak, motornya taruh diteras" ucap Nina
" Nih kuncinya Nin!"
" Ayo masuk Kak, Bapak ada di dalam, sebentar aku panggilkan. Kakak duduk dulu!"
Nina segera masuk kedalam kamar "Bapak itu kak Iwan sudah nunggu!"
"Suruh masuk kesini Nin, trus beritahu Ibumu untuk buat minum"
Nina segera menemui Iwan" Kak. masuk saja, Bapak ada dikamar. Sebelah sini Kak!"
"Permisi ya Nin!" Kata Iwan mengikuti Nina.
" Ayo masuk Kak! Bapak ada didalam "
"Permisi Pak!" salam Iwan
"Ini calon mertua kenapa lagi baru 1 minggu lebih aku pijat kakinya" batin Iwan.
" Aku habis jatuh Wan!"
" Jatuh dari mana Pak?" tanya Iwan.
" Di proyek Wan, waktu pasang bata tangganya gak kuat kebanyakan beban " kata Pak Har.
" Iya Pak sudah resiko pekerjaan, berapa meter Pak?" tanya Iwan.
" Kira kira 2 meter Wan, ini sampai bengkak!" Pak Har mengangkat kakinya.
Iwan menuangkan hand body kekaki Pak Har, setelah memegang dikerahkan penglihatannya melihat urat urat kaki setelah itu ia menajamkan penglihatannya sampai ketulang.
" Hem.... tulangnya ndak ada masalah Pak, ini cuma agak geser dikit tulangnya" kata Iwan sambil memijat kaki Pak Har dengan lembut dan " KLEEEK...." terdengar suara dari kaki Pak Har. Setelah bengkak dikaki Pak Har hilang, ia memijat kaki yang satunya.
"Sudah selesai Pak! Pak Har bisa coba bangun dan jalan!" Kata Iwan
***
Bersambung....