Fakultas peternakan x Fakultas Hukum
Nyambung nggak jelas ngak Nyambung bangetkan, bau sapi sama tumpukan undang-undang, jelas tidak memiliki kesamaan sama sekali. Tapi bagaimana jika terjalin asmara di dalam perbedaan besar itu, seperti Calista Almaira dan Evan Galenio.
Si pawang sapi dan Arjuna hukum yang menjalin hubungan dengan dasar rasa tanggung jawab karena Evan adalah pelaku tabrak lari kucing kesayangan Calista.
Kamu sudah melakukan tindak kejahatan dan masih bertanya kenapa?" Calista sedikit memiringkan kepala menatap Evan dengan tidak percaya, laki-laki yang memakai kaos putih itu pun semakin bingung.
"Nggak usah ngomong macen-macem cuma buat narik perhatian gue, basi tau nggak!" Hardik Evan emosi.
"Buat apa narik perhatian pembunuhan kayak kamu!"
Beneran kamu bakal ngelakuin apapun?" Tanya Calista yang gamang dan ragu dengan ucapan Evan.
Evan mengangguk pasti.
"Hidupin joni lagi bisa?"
"Jangan gila Lu, gue bukan Tuhan!" sarkas Evan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Realrf, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perpustakaan manis
Perpustakaan Nolite siang ini cukup lenggang, hanya beberapa mahasiswa semester hampir tua seperti Evan, Meskipun belum masuk masa penyusunan skripsi, tapi dia sering berada di perpustakaan untuk mencari materi dan bahan untuk tugasnya, seperi saat ini Evan duduk dengan kertas-kertas berserakan di mejanya dan beberapa buku yang ia ambil dari bagian hukum bisnis sebagai refrensi. Tapi ada yang berbeda dari Evan kali ini, dia yang biasanya lebih suka mengerjakan tugasnya sendiri kini di temani seorang gadis manis yang duduk berseberangan dengannya.
Setelah kejadian yang kurang mengenakkan di kampus, Evan lebih sering menemani atau mengajak Calista bersama. Tak lagi hanya sekedar makan di kantin atau mengantar gadis itu, meski Evan belum atau bahkan tidak terbiasa dengan seorang wanita di sisinya tapi dia usahakan untuk Calista. Dan sialnya gadis itu berhasil memecah fokus Evan. Matanya terus saja melirik ke arah Calista yang duduk anteng, sibuk mengetik tugas di laptopnya.
Calista telihatan serius, raut wajah yang jarang sekali ia tunjukan, sesekali menggigit ujung pulpennya sambil mengerutkan alis. Evan senyum kecil tanpa sadar, ia bahkan menopang dagunya menikmati pemandangan manis dihadapannya.
'Aneh ya, cuma liat dia ngetik aja kok rasanya seneng banget ya?'monolog Evan dalam hati.
Sudah tiga minggu lebih mereka bersama, hubungan aneh yang terjalin dengan alasan yang aneh juga. Evan sebagai tersangka dan calista sebagai ibu dari korban tabrak lari yang meminta pertanggung jawabannya. Jika dipikir lagi semua ini ini cukup konyol, Evan bahkan tidak harus menerima permintaan Calista untuk menjadi pacarnya hanya karena menabrak seekor kucing, konyol sekali. Tapi Evan tidak memungkiri jika dia juga mulai menikmati hubungan mereka, tidak begitu buruk memiliki Calista disisinya, dia sudah tidak lagi mendapatkan DM cewek aneh karena mereka tahu mereka akan berhadapan dengan seorang Calista.
Evan cukup sering meminta Calista membalas DM yang ia terima, dan tentu saja Calista memukul mundur bibit-bibit pelakor itu. Tapi bukan itu yang membuat Evan nyaman, tapi sikap dan perhatian Calista. Di balik bawelnya gadis itu punya hati yang hangat dan sangat penyayang. Calista bahkan selalu menyempatkan membawakan susu Fapet semenjak tahu Evan suka minum susu.
Tiba-tiba, Calista mendongak, matanya bertemu dengan Evan.
“Kenapa? Ada yang aneh di muka aku?” tanyanya sambil menaikkan alis, ekspresi penasaran tapi tetap manis. Calista menyentuh wajahnya mengusap-usap kedua pipi dan sudut mata, takutnya ada yang kotor sampai Evan melihatnya seperti itu.
Evan gelagapan, buru-buru balik fokus ke catatan di depannya.
“Nggak... nggak ada. Gue cuma mikir tugas ini ribet banget.”
Evan langsung menunduk lagi pura-pura mengecek materi yang sudah selesai ia masukan, bahkan sebenarnya tugas Evan sudah selesai sejak lima belas menit yang lalu. Calista berdiri, berjalan ke arahnya, gadis itu kemudia duduk di samping Evan dan sedikit mencondongkan tubuhnya agar bisa meliat layar laptop milik Evan.
“Ya udah sih, sini aku bantu. Biar nggak jadi pusing sendiri." Calista memperhatikan kertas yang berserakan di depan Evan, dengan telaten ia merapihkan kertas-kertas itu.
"Ini yang di tandai mau di inputkah? aku bacain ya, Epan dengerin biar cepet ngetiknya." Seperti tersihir Evan hanya mengangguk diam.
Jarak mereka jadi dekat, dan aroma parfum Calista yang lembut tercium. Evan mencuri pandang lagi—kali ini lebih lama. Ada sesuatu di dalam dirinya yang berdesir, seperti embusan angin pertama di awal musim semi.
Saat Calista membaca dengan pelan, suara gadis itu terdengar sangat manis menyapa gendang telinga Evan. Sesekali ia bertanya pada Evan apa yang ia baca sudah sesuai, dan saat ia melakukan itu ia sedikit merapat pada Evan tanpa gadis itu sadari. Evan membuka file kosong baru dan pura-pura memasukan data lagi. Dia ingin seperti ini lebih lama, menghabiskan waktunya bersama Calista sedikit lebih lama lagi.
“Udah bener nggak?” suara Calista memotong lamunannya.
Evan mengangguk, pura memeriksa hasil ketikannya dengan serius. Evan mengulum bibir menahan senyum, merasa konyol dengan tingkahnya sendiri “Iya, udah kok. Thanks, Ca.”
Calista tersenyum hangat, senyum yang membuat Evan yakin satu hal hari itu, dunia terasa lebih ringan karena ada dia. Semua akan baik-baik saja selama Evan bisa melihat senyum itu.
"Syukur deh kalau aku bisa bantu kamu, padahal aku nggak paham soal hukum hehehehee. Aku baru sadar dunia kita tuh beda banget ya kayak sapi sama undang-undang—nggak ada hubungannya, wkwk. Aku yang biasanya sibuk sama hewan, berurusan sama pakan, kandang, dan ya wangi khas peternakan. Sedangkan kamu pasti sibuk berdebat tentang pasal, bikin kontrak, atau simulasi sidang yang formal banget. Aku kalau pulang praktikum, bisa aja masih bau sapi, sementara kamu pulang dari moot court malah masih pakai dasi, hahaha."
Evan menopangkan dagunya lagi, tatapannya lekat menikmati Calista mode bawel.
"Tapi lucu sih, kalau Epan aku bisa ajarin Epan untuk menikmati kehidupan yang lebih santai dan harum alam terus nanti Epan bisa ngajarin aku ngomong rapi dan formal kalau mau negosiasi harga sapi, Evan yang bikin kontrak jual beli hewan, kalau aku udah jadi pedagang ternak nanti, wah seru banget ya, bakal jadi duet maut banget kita nanti," cerocos calista dengan semua angannya.
"Udah?"
"Hehehee," Calista menyengir dengan mengangguk kecil.
"Emang Lu lulus kuliah mau ngapain? mau jual beli ternak?" tanya Evan santai.
"Emh, nggak sih. Aku pengen nerusin usaha bapak dulu. Dulu Bapak punya peternakan susu sapi sama kambing gitu, tapi yang itu dulu. Tapi aku pengen suatu saat nanti aku bisa membuat Bapak bangga dengan melanjutkan kerja keras bapak yang sekarang terhenti, aku pengen lihat Bapak senyum lagi."
Evan bisa melihat kesedihan yang tersembunyi dibalik binar mata Calista. Evan tahu gadisnya itu berusaha sangat keras untuk meraih mimpinya.
"Kalau Epan sendiri lulus nanti mau ngapain? Epan mau jadi pengacara, notaris, legal officer perusahaan atau Epan mau kerja di perpajakan. Epan jadi apapun pasti keren banget, orang tua Epan pasti bangga banget sama Epan, iyalah ya siapa yang nggak bangga punya anak ganteng, pinter kayak Epan-"
"Kalau Lu?" sela Evan yang membuat Calista tertegun.
"A-Apa?" tanya Calista gugup.
"Lu bangga nggak punya Epan?" tanya Evan iseng. Calista menatap sejenak Evan dengan senyumnya.
"Bangga, aku bangga banget punya pacar kayak Epan. Aku sampai pengen semua orang tahu kalau pacar aku ini keren banget. Kamu tuh, selalu aja begadang buat nyelesain tugas tepat waktu, nggak peduli seberapa berat atau rumitnya. Kamu nggak cuma mikirin diri sendiri, tapi selalu nyempetin buat bantu orang lain juga. Aku lihat gimana kerasnya kamu usaha buat capai semua yang kamu pengenin, dan aku yakin nggak ada yang bisa ngalahin semangat dan tekad kamu. Semua kerja keras kamu itu bener-bener nggak sia-sia, Epan. Kamu tuh luar biasa, dan aku selalu bangga punya kamu di hidup aku."
Evan memalingkan wajahnya yang memerah, semua sanjungan dari calista membuat Evan merasa malu. Evan bangkit lalu membereskan barang-barangnya dengan tergesa-gesa.
"Lho .. kok diberesin?" tanya calista yang terkejut dengan pergerakan pacarnya yang begitu tiba-tiba.
"Udah selesai, ngapain di sini," jawab Evan sambil memasukkan laptopnya ke dalam tas.
Calista pun buru- buru mengambil laptopnya, dan segera menyusul langkah Evan yang sudah lebih dulu berjalan keluar perpustakaan.
"Epan kalau salting jelek ih, main tinggal aja," tutur Calista dengan langkah tergesa mengejar langkah lebar Evan.
"Epan mau es teh, aku haus!" teriak Calista saat mereka hampir sampai ke arah kantin.
"Epan! pekik calista lagi karena Evan tidak menyahut.
"Berisik!" tukas Evan.
Evan yang pura-pura manyun sambil jalan ke konter es teh. Calista senyum penuh kemenangan terus mengikuti langkah kaki Evan,
lalu paman nya Calista mna knpa gk ada yg belain Calista
kasian km cal Malang sekali nasib km udah mah kurang tidur blum LG harus kuliah semoga km sehat selalu ya cal
kan jadinya kehilangan jejaknya Caca
fix sih Evan sama Calista gaakan cuma hubungan sementara 2bulan tapi lanjooot terus wkwk