Cassandra Magnolia Payton, seorang putri dari kerajaan Payton. Kerajaan di bagian utara atau di negeri Willems yang dikenal dengan kesuburan tanahnya dan kehebatan penyihirnya.
Cassandra, gadis berumur 16 tahun berparas cantik dengan rambut pirangnya yang diturunkan oleh sang ayahanda dan mata sapphiernya yang sejernih lautan. Gadis polos nan keras kepala dengan sejuta misteri.
Dimana kala itu, Cassandra hendak dijodohkan dengan putra mahkota dari kerajaan bagian Timur dan ditolak mentah-mentah olehnya karena ia ingin menikah dengan orang yang dicintainya dan memilih kabur dari penjagaan ketat kerajaan nya dengan menyamar menggunakan penampilan yang berbeda, lalu pergi ke kekerajaan seberang, untuk mencari pekerjaan dan bertemulah dengan Duke tampan yang dingin dan kejam.
Bagaimana perjalanan yang akan Cassandra lalui? Apakah ia akan terjebak selamanya dengan Duke tampan itu atau akan kembali ke kerajaan nya sendiri?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon marriove, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB XXVII. Senang Menggoda
Cassa menatap uluran tangan Alaric, hatinya berdebar tak menentu. Entah mengapa, ada bisikan kecil di hatinya yang memintanya untuk menerima uluran Duke menyebalkan didepannya. Dengan gerakan lembut, ia menyentuh tangan Alaric, jari-jarinya yang halus terasa hangat di genggaman pria itu.
Alaric tersenyum lebar, saat merasakan tangan lembut bertengger di tangan besarnya, begitu lembut! Senyum itu menampakkan pesona yang memikat siapa saja saat orang melihatnya. Senyum Alaric begitu memikat hingga beberapa bangsawan wanita yang melihat mulai berbisik, bahkan ada yang berteriak histeris.
“Oh, Bangsawan Aneila begitu tampan!”
“Apakah mereka menjalin kasih? Jika iya, mereka adalah pasangan yang sempurna!”
Namun, tidak semua tamu senang. Beberapa pria yang tadinya berusaha mengajak Cassa berdansa hanya bisa menunduk kecewa. Ada yang mengepalkan tangannya dengan ekspresi tidak suka, tetapi tidak ada yang berani berbicara.
Musik lembut mulai mengalun, membawa Alaric dan Cassa ke tengah lantai dansa. Alaric memegang pinggang Cassa dengan tangan kuatnya, sementara tangan lain menggenggam tangan Cassa dengan lembut. Cassa sedikit canggung pada awalnya, karena tangan besar melingkar di pinganggnya. Ada sengatan listrik yang tidak menentu, tetapi gerakan Alaric begitu anggun sehingga ia dengan cepat menyesuaikan diri.
Langkah-langkah mereka selaras, melangkah maju dan mundur seolah-olah mereka sudah sering berdansa bersama. Alaric memimpin dengan percaya diri, memutar Cassa dengan elegan, membuat gaun birunya berputar seperti ombak laut.
Ketika musik mencapai puncaknya, Alaric menarik Cassa lebih dekat dan dengan satu gerakan kuat, ia mengangkat tubuhnya. Cassa terangkat ke udara, gaunnya berkibar anggun, dan semua mata di aula tertuju pada mereka. Alaric memutar Cassa perlahan, lalu menurunkannya dengan lembut.
Semua tamu terkesima. Bisikan pujian mulai terdengar di seluruh aula.
“Lihatlah betapa indahnya mereka!”
“Mereka seperti pasangan yang diciptakan untuk dansa bersama.”
“Putri Cassa dan Bangsawan Aneila benar-benar mencuri perhatian malam ini.”
Namun, ketika musik meminta pasangan untuk berganti, Alaric tetap memegang pinggang Cassa dengan erat.
“Aku tidak ingin kamu berdansa dengan pria lain, jadi tetaplah denganku, Cassie..” bisiknya pelan di telinga Cassa, cukup dekat hingga hanya ia yang mendengarnya.
Cassa mengangkat alis, menatapnya dengan malas, “Aric, ini bagian dari tradisi tahu. Kau tidak bisa seenaknya.”
Alaric hanya tersenyum kecil, “Tradisi tidak berlaku malam ini. Aku tidak akan melepaskanmu.”
Cassa mendengus, tetapi tidak melawan. Di dalam hatinya, ia merasa gugup, terlebih lagi karena sejak tadi Alaric terus menggodanya tanpa henti.
“Kamu sangat cantik malam ini, Cassie,” gumam Alaric dengan suara rendah, nadanya lembut dan memikat.
“Alaric, bisakah kau berhenti? Aku mulai malas dengan kata-kata manismu,” jawab Cassa sambil menghela napas. Alaric tidak menjawabnya, hanya membalas tersenyum tipis. Dia tahu gadis didepannya salah tingkah, menggemaskan bukan?
Namun, dalam hatinya Cassa, ia bisa merasakan jantungnya berdebar keras. Ia mencoba meyakinkan dirinya bahwa ini hanya karena kelelahan atau mungkin ada masalah kesehatan dengan jantungnya.
***
Musik akhirnya berhenti, dan aula dipenuhi tepuk tangan meriah. Alaric membungkuk sedikit, lalu mengecup punggung tangan Cassa dengan penuh cinta.
“Kamu membuat malam ini menjadi lebih indah, Cassie,” katanya dengan nada romantis, matanya menatapnya dalam-dalam.
Cassa tersenyum kecil, berusaha menjaga sikapnya. “Terima kasih, Duke. Tapi sejujurnya, tanpa kau pun, aku tetap akan menjadi pusat perhatian,” jawabnya dengan nada menggoda, sedikit menyindir namun manis.
Alaric, bukannya tersinggung, malah tertawa kecil, suaranya dalam dan lembut, “Kamu benar, kamu selalu memancarkan sinarmu sendiri. Tapi, bukankah itu alasan aku ingin selalu di dekatmu?”
Kata-katanya membuat Cassa terdiam sejenak. Ia mencoba menjaga ekspresi tenangnya, tetapi dalam hati, ia merasa ada sesuatu yang hangat yang perlahan merayap ke pipinya.
“Duke Hexton, kau terlalu banyak bicara,” balasnya dengan nada malas, meskipun senyum kecil tak bisa ia sembunyikan.
Namun, Alaric hanya menatapnya lebih dalam, tatapannya penuh arti, “Dan kamu selalu tahu cara membuatku semakin terpesona, Tuan Putri.”
Cassa cepat-cepat mengalihkan pandangannya, berusaha menyembunyikan rona merah yang mulai terlihat di wajahnya. Tapi di dalam hatinya, ia tahu malam ini adalah salah satu malam yang tidak akan pernah ia lupakan.
...****************...
Setelah dansa selesai, Cassa berjalan ke arah pintu aula, bersiap meninggalkan keramaian untuk menghirup udara segar. Namun, langkahnya tiba-tiba terhenti ketika seseorang dengan sengaja menginjak kakinya. Gerakan itu cukup kuat untuk membuat keseimbangannya goyah, dan tubuhnya hampir terjatuh saja jika tidak ditangkap oleh seseorang.
Namun sebelum dirinya menyentuh lantai, Alaric sudah lebih dulu menangkap tubuhnya, satu lengannya melingkar di pinggang Cassa, sementara tangan satunya menahan lengannya dengan lembut. Tatapan khawatir bercampur kehangatan terpancar dari matanya.
“Cassie, kamu baik-baik saja hm? Apa ada luka yang sakit? ” suaranya terdengar lembut, tetapi cukup keras untuk menarik perhatian semua orang di ruangan itu.
Cassa mendongak, bertemu dengan tatapan Alaric yang begitu dekat. Jantungnya berdetak kencang, lebih karena jarak yang begitu intim daripada rasa sakit di kakinya, “A-aku baik-baik saja, jangan khawatir! ” katanya dengan suara pelan, mencoba mengendalikan dirinya.
Para gadis bangsawan yang melihat adegan itu langsung terpekik, ada yang menutup mulut dengan kipas mereka, ada juga yang saling berbisik, memuji keromantisan di antara keduanya. Mereka iri tapi juga senang melihat kisah romantis di acara debutante mereka kali ini, lebih berwarna dari sebelum-sebelumnya.
Alaric tersenyum lembut, tetap memeluk Cassa untuk memastikan dia tidak jatuh lagi, “Aku tahu kamu kuat, tapi aku akan selalu menangkapmu, Cassie. Aku akan menjadi pelindung nomor satu dalam hidupmu, ” bisiknya pelan, tetapi cukup untuk membuat Cassa merasa lebih panas di pipinya.
Namun, di balik semua kehebohan itu, gadis yang sengaja menginjak kaki Cassa, Eclaire, putri dari Grand Duke Vernale, hanya melemparkan tatapan tajam penuh permusuhan. Ia tidak suka melihat Cassa selalu menjadi pusat perhatian, apalagi mendapatkan perhatian eksklusif dari pria setampan Alaric. Dia melupakan fakta bahwa orang yang tidak disukainya adalah seorang Tuan Putri, dan memiliki derajat yang lebih tinggi darinya.
Ketika Cassa akhirnya berdiri, dengan bantuan Alaric, Jezgar segera menghampirinya dengan langkah cepat, “Adik, kau tidak apa-apa? Siapa yang mencelakaimu?” tanyanya khawatir, tangannya menyentuh bahu Cassa dengan lembut.
Cassa mengangguk pelan, tetapi tatapannya berubah datar, penuh ketenangan yang berbahaya. Ia mengarahkan pandangannya langsung pada Eclaire, yang kini berdiri di sudut dengan wajah datar yang dibuat-buat.
“Putri dari Grand Duke Vernale lah yang telah menginjak kakiku, Kakak, ” ucap Cassa tenang, tetapi cukup lantang untuk didengar semua orang.
Semua mata langsung tertuju pada Eclaire. Gadis itu membelalak, lalu dengan cepat memasang ekspresi tidak terima, “Apa maksudmu? Kau menuduhku? Aku tidak melakukan apa-apa! Sialan kau Cassandra! Jal**g pencari perhatian seperti dirimu tidak pantas menjadi bintang utama! ” bentaknya dengan nada kasar, sama sekali tidak sesuai etika seorang bangsawan.
Para tamu terdiam, sebagian tidak percaya mendengar seorang putri Duke berbicara dengan nada seperti itu pada seorang putri kerajaan. Banyak yang menggosip tentang Putri dari Grand Duke Vernale, padahal citra gadis itu dikenal sebagai gadis lemah lembut dan banyak relasi.
Jezgar mengerutkan kening, jelas tidak terima adiknya diperlakukan seperti itu. “Kau membentak adikku, bahkan mengatainya?! Putri dari seorang Grand Duke seperti ini? Astaga aku tidak habis pikir” suaranya rendah tetapi penuh ancaman. Ia melangkah maju, melindungi Cassa di belakangnya. “Siapa saksi yang melihat untuk memastikan apa yang terjadi! Majulah jangan takut!"
Salah satu gadis bangsawan yang terlihat polos maju dengan ragu-ragu, “Saya melihatnya, Yang Mulia Putra Mahkota. Nona Eclaire memang sengaja menginjak kaki Tuan Putri Cassandra,” katanya dengan suara kecil tetapi jelas.
Wajah Eclaire memerah, bukan karena malu, tetapi karena amarah,“Pembohong! Kalian semua bersekongkol melawan aku bukan! Bangsawan rendahan sepertimu berani denganku hah?!” teriaknya, matanya melotot penuh kebencian.
Jezgar mengangkat tangannya, memotong ucapan Eclaire, “Cukup. Pengawal!” panggilnya dengan suara lantang.
Beberapa pengawal segera masuk dan membungkuk hormat, "Seret Nona Eclaire keluar dari aula ini. Pastikan dia menerima hukuman yang pantas atas kelancangannya terhadap keluarga kerajaan.”
Para penjaga langsung mendekati Eclaire, yang semakin marah dan mulai berteriak, “Keluarga ku tidak akan diam saja! Ayahku akan membalasmu!” ancamnya sambil ditarik keluar oleh penjaga.
"Kau kira aku tidak bisa menurunkan jabatan Ayahmu?!" tantang Jezgar membuat Eclaire tertekan, ingin berteriak tapi tidak bisa.
Cassa, yang sejak tadi diam, hanya menyeringai kecil, sudut bibirnya terangkat dengan penuh kepuasan, “Hama kecil memang harus disingkirkan,” katanya pelan, tetapi cukup untuk membuat Alaric yang berdiri di sampingnya tersenyum lebar.
Tatapan Alaric penuh kekaguman, melihat sisi Cassa yang dingin tetapi begitu tegas, bangga karena Cassa-nya lama lama semakin mirip dengannya, “Cassie, aku semakin yakin. Kau adalah gadis yang ditakdirkan untukku,” gumamnya, membuat Cassa hanya memutar mata malas.
"Aku mencintaimu.., " bisik Alaric lembut, Cassa membeku tidak bisa menjawab.
"Mukamu memerah, apa kamu sedang sakit? Atau sedang salah tingkah karenaku, Cassie?, " goda Alaric, senang sekali membuat Cassa-nya semakin memerah bak tomat.
"Diam kau Aric, Duke jelek!, "
"Ah, aku merindukan panggilan kesayanganmu padaku.., "
"BERHENTI MENGGODAKU!,"
"Siap, My Lady. "
...— Bersambung —...
Misal.
"Kakak, kau sudah gila, ya? Apa perlu kupanggilkan seorang tabib?" tanya Cassandra BLA BLA BLA.
Debutante. Ini kata asing, kan? bukan kata dari KBBI atau serapan?
Kalo iya, harusnya menggunakan font italic (miring) sebagai kata asing.