Bercerita tentang seorang permaisuri bernama Calista Abriella, yang telah mengabdi pada kekaisaran selama 10 tahunnya lamanya. Calista begitu mencintai Kaisar dan rela melakukan apa saja untuknya, namun cinta tulus Calista tak pernah berbalas.
Sampai suatu peristiwa jatuhnya permaisuri ke kolam, membuat sifat Calista berubah. Ia tak lagi mengharap cinta kaisar dan hidup sesuai keinginannya tanpa mengikuti aturan lagi.
Kaisar yang menyadari perilaku Calista yang berbeda merasa kesal. Sosok yang selalu mengatakan cinta itu, kini selalu mengacuhkannya dan begitu dingin.
Akankah sifat Calista yang berbeda membuat kaisar semakin membencinya atau malah sebaliknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kleo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13 - Surat Perceraian
Selene tersenyum malu-malu, “Yang Mulia aku tengah mengandung anakmu.”
Calista membeku di tempatnya, ia memang sudah tidak mencintai kaisar, tapi ia tak menyangka akan berita tersebut. Dada Calista kembali sesak, rasanya seperti seribu panah menghunjamnya secara bersamaan, lebih sakit dari pada ia harus menerima kenyataan tentang adanya selir di istana ini.
Bagaimana pun juga aku masih istrimu, kenapa kau selalu menyakitiku terus-menerus? Calista.
Calista masih memasang wajah datar, ia masih terlihat tenang menanggapi berita tersebut, meski di dalam hatinya luluh lantah.
“B-benarkah?” tanya Leonardo.
“Ya, yang Mulia, aku sedang mengandung anakmu.”
Selene langsung memeluk Leonardo, tapi meski mendapat kabar bahagia, tak ada raut kesenangan di wajahnya, malah seperti tak percaya jika Selene tengah mengandung. Mata merah itu malah menatap ke arah Calista dengan ekspresi yang sulit di jelaskan.
“Kenapa Leon, apa kau tidak senang?” tanya Selene sembari melepaskan pelukannya.
Leonardo menggeleng, “Aku senang mengetahui hal itu, mulai sekarang kau harus memperhatikan kesehatanmu,” balas Leonardo sambil memegang pipi Selene.
Selene tersenyum senang, “Ya, tentu saja aku akan memperhatikan kesehatan demi anak kita berdua, tapi berjanjilah padaku kau akan memberikan apa pun yang aku inginkan.”
Leonardo mengangguk.
“Baiklah kalau begitu sekarang aku ingin pergi, Calista, kaisar Aaron, Leon, aku permisi,” ucap Selene yang kemudian pergi meninggalkan ketiganya.
Aaron menatap wajah Calista yang tak berubah, “Anda tidak papa Permaisuri?”
Calista mengangguk, “Ya, saya baik-baik saja.”
Leonardo mendekat ke arah Calista. “Calista, aku. Kau tidak perlu khawatir, Theodore akan tetap menjadi kaisar yang akan menggantikanku di masa depan.”
“Aku harap kau tidak melakukan hal buruk pada Selene.”
Sang permaisuri tertawa kecil menanggapi perkataan Leonardo, “Saya yang seorang permaisuri mencelakai selir rendahan sepertinya? Untuk apa saya melakukan itu Yang Mulia?”
“Saya wanita berstatus tertinggi di kekaisaran ini, mempermasalahkan hal yang tak berguna seperti itu hanya membuang waktu saya lebih banyak,” balas Calista yang menatap Leonardo dengan mata penuh kebencian.
...****************...
Entah bagaimana caranya Calista dapat pergi dari sana, ia dengan cepat berjalan menuju istana putih, tak memedulikan lagi tentang Leonardo maupun Aaron.
Calista membuka pintu kamarnya dengan tiba-tiba, membuat ketiga pelayannya itu terkejut.
“Yang Mulia?” Elisha mencoba berjalan mendekati tuannya.
“Tolong tinggalkan aku sendiri dan pastikan tidak ada orang yang masuk ke kamarku hari ini,” perintah Calista dengan mata yang mulai berair.
Mereka yang mengerti kondisi tuannya itu pun segera pergi tanpa banyak bicara, menyisakan Calista seorang diri.
Seketika itu pula Calista yang masih mempertahankan raut wajah serius dan tubuh tegap khas seorang permaisuri langsung limbung, ia terduduk di lantai, dadanya yang terasa sesak membuatnya tak dapat lagi menahan tangis, ia menumpahkan semua yang dirasakannya.
“Hah, hah, kenapa rasanya sesakit ini?”
Seberapa pun Calista mencoba menguatkan dirinya, pada akhirnya ia harus tumbang, bohong jika perasaannya langsung sirna begitu saja.
Mau sebenci apa pun Calista pada Leonardo masih ada sedikit rasa yang sulit untuk dihilangkan olehnya.
Calista mendongak ke arah jendela, angin kencang yang masuk dan menerpa dirinya, membuat Calista mengingat seperti apa ia setelah menerima surat perceraian.
...Kilas Balik...
Calista keluar dari ruang kerja Kaisar, dengan perasaan hancur dan tubuh yang mulai terhuyung karna menerima surat perceraian yang tak terduga, Calista memaksa dirinya untuk berjalan walau setiap langkahnya terasa berat.
Calista ayo kuatkan dirimu, bertahanlah sedikit lagi, maka Leonardo pasti akan melihat cintamu yang begitu tulus. Calista.
Ia hanya merasa lelah karna baru saja datang dari perjalanan jauh, jadi jangan risaukan hal ini, ayo Calista cobalah untuk sedikit mengerti tentangnya. Calista
Sembari menguatkan dirinya sendiri, Calista akhirnya sampai di kamar bersama surat perceraian di genggamannya. Di sana ia langsung menyuruh para pelayan untuk keluar.
Saat semua orang telah pergi, sembari menahan tangis dan rasa kecewanya Calista secara perlahan melepas semua perhiasan yang ia kenakan, mulai dari mahkota, kalung, gelang, dan cincin di jemarinya.
Ia terduduk di lantai setelahnya, dan tanpa sadar, buliran air mulai membasahi pipi wanita itu, ia tak sanggup menahan tangisnya lagi kala melihat surat perceraian di tangan.
“Leonardo apa yang kurang dari diriku sebenarnya?”
“Hiks, hiks, aku sudah berusaha untuk menjadi permaisuri sempurna yang selalu mengikuti aturan hanya untuk dirimu.”
“Kenapa kau tak pernah melihatku, bahkan hanya untuk sekali saja aku sudah sangat senang.”
“Tapi apa, kau malah memberiku surat ini sekarang.”
“Hanya karna aku memintamu untuk memberikan penjelasan tentang selir.”
“Bukan ini yang aku inginkan, suamiku!” pekik Calista.
...Kilas balik selesai ...
Apa yang terjadi kini persis seperti waktu itu, terduduk di lantai meratapi nasib dan kesakitan, akibat ulah seorang wanita yang di bawa entah dari mana.
Segera setelahnya Calista menghapus air matanya, mata itu kini kembali dipenuhi oleh kebencian,
“Aku akan membencimu lebih dari ini.”
sblmnya aku mendukung Aaron, skrg males banget